Part 40

292 23 6
                                    

-Gela, Province of Caltanissetta, Italy 03.37 p.m.-

"Huh! Thanks lo udah bantu editin suara Rissa tadi. Mending itu alatnya lo simpen aja siapa tahu entar Kelvin atau yang lain bakal telepon Rissa sama Alzra nanti. Lo juga udah punya kan sampel dari suara Alzra?"tanya Nathan sesaat setelah ia mematikan telepon dari mantan rekan setimnya dulu, Ray.

"Udah ada Than. Lo tenang aja."jawab Aero dengan nada yang terdengar cukup berat dan sarat akan kelelahan sambil mulai merapikan alat-alat pengubah suara yang ia gunakan tadi untuk mengubah suaranya agar terdengar seperti suara Rissa.

Ya! Tadi yang menyahut ketika Alzra tengah menjawab telepon dari Ray itu adalah Aero dengan bantuan alat pengubah suara agar suaranya terdengar seperti suara Rissa yang kini tengah terbaring di tempat tidurnya sejak 2 minggu yang lalu.

"Nath. Gue nyesel tau gak waktu Rissa bilang sebelum berangkat kalo misi ini pakek prinsip turun kita yang dulu. Gue nyesel kenapa disitu gue sama sekali gak bantah perintah dia! Gue nyesel kenapa gue gak suruh William yang saat itu udah keluar dari tempat persembunyiannya buat bantu Rissa sama Alzra waktu itu! Gue nyesel karena dengan bodohnya gue lakuin apa yang Rissa inginin buat lapor ke para petugas kepolisian dan militer tentang apa yang mereka lakukan dengan detail! Gue nyesel Nath! Gue nyesel!"hancur sudah semua pertahanan yang di bangun Aero selama dua minggu ini di hadapan semua para petinggi hingga William yabg kini tengah berada di kantor utama organisasi di Milan.

Flashback On...

Brooke dan Theo alias Rissa dan Alzra terjatuh ke dalam gelap dan dinginnya laut dengan sebuah timah panas yang masing-masing tertanam dalam di dalam tubuh mereka.

Rissa yang mendapat luka tembak di bagian dada kiri atasnya hingga mampu menggores paru-paru bagian atas dan salah satu arterinya sedangkan Alzra mendapat luka tembak di bagian perut yang menyebabkan tergoresnya hati hingga pecahnya empedu akibat daya hantam peluru itu.

Mereka berdua dengan kesadaran yang masih bertahan segera melarikan diri dan berenang tanpa menunjukkan kepala maupun badan mereka sedikitpun.

Mereka terus berenang ke arah barat dari tempat mereka jatuh. Di rasa jarak mereka dengan tempat mereka jatuh sudah cukup jauh, barulah mereka naik ke permukaan dan mulai mengambil napas serakus mungkin tanpa menghiraukan luka kecil akibat peluru yang mereka rasa telah menyebabkan kerusakan di organ mereka masing-masing tersentuh oleh asinnya air laut.

"Zra, kayaknya hah... paru-paru gue yang kena hah..."ujar Rissa yang mulai kesulitan bernapas akibat dari luka yang di terimanya tadi.

"Sial! Kita ke tepi dulu terus cari pertolongan!"umpat Alzra sambil membantu Rissa berenang ke tepi pantai.

Sesaat setelah mereka tiba di tepi pantai yang ternyata tak jauh dari pemukiman warga, mereka berdua berjalan tertatih-tatih sambil menekan bagian yang terluka untuk mengurangi pendarahan yang terjadi meskipun hal itu tak membantu mereka mengurangi rasa sakit dari luka itu.

Jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari dan sudah dapat dipastikan jika seluruh warga di sekitar sana sudah terlelap tidur.

Dengan langkah yang tertatih, mereka berdua berjalan ke rumah salah satu warga dan mulai menggedor-gedor rumah itu dengan tenaga yang mulai habis.

Sesaat terdengar pintu yang di buka dan menampilkan seorang laki-laki dewasa dengan sebuah pistol di tangan kanannya guna berjaga-jaga

"Tolong kami!"pinta Alzra dengan wajah pucat meski tertutup masker hitam di wajahnya. Dengan tangan yang gemetar, di turunkan nya masker yang menutupi sebagian wajah miliknya dengan sarung tangan yang sudah ia lepas terlebih dahulu.

"Astaga! Siapa kalian?!"kaget pria itu ketika menyadari terdapat genangan darah di bawah kedua remaja itu.

Rissa berusaha sekuat tenaga untuk tetap sadar meskipun kini ia berusaha bernapas menggunakan mulut dan hidungnya secara bersamaan setelah berhasil melepaskan masker miliknya.

"Tolong, antarkan kami ke Flaco Apartemen. Kami tidak bisa menjelaskannya sekarang."ucap Alzra berusaha terlihat biasa saja meskipun bagian tubuhnya terus meronta-ronta kesakitan.

"Nanti akan kami bayar USD 2000!"sahut Rissa dengan napas yang mulai kesusahan ia ambil.

"Ok! Tunggu sebentar! Saya mau ambil kunci mobil!"jawab pria itu ketika menyadari luka yang berada di dada Rissa yang kembali mengeluarkan darah.

"Ayo!"ujar pria itu sesaat setelah ia pergi ke dalam guna mengambil jaket, ponsel dan kunci mobil miliknya.

Dengan cepat dikemudikan nya mobil miliknya ke arah sebuah apartemen yang ia ketahui cukup mewah di daerah ini.

"Apa kalian punya kenalan disana? Jika iya gunakan ini untuk menghubungi mereka!"ujar pria itu sambil menyerahkan ponselnya ke arah Alzra sambil tetap fokus dalam menyetir mobilnya.

"Terima kasih."ucap Rissa dengan susah payah sambil sesekali melihat tangan Alzra yang berlumuran darah mulai menekan tombol-tombol yang tertera di layar pintar milik pria itu.

"Hallo? Siapa?"tanya sebuah suara yang amat sangat mereka kenali itu, Aero.

"Tunggu di depan apartemen sekarang! Kami dalam perjalanan!"ujar Alzra sesaat sebelum mematikan panggilan tanpa menunggu balasan dari orang diseberang sana.

Uhuk...uhuk...

Darah!

Batuk Rissa dengan darah sebelum Rissa kembali memuntahkan darah segar dari mulutnya. Hal ini otomatis semakin membuat kedua orang berbeda usia itu semakin panik dibuatnya.

"Zra, ini bukti yang gue dapet. Uhuk!"ucap Rissa disela batuk dan muntahnya sambil memberikan sebuah memori kecil kepada Alzra yang kondisinya cukup mirip dengan Rissa.

"Sa! Rissa! Sadar!"

Hilang sudah kesadaran Rissa bertepatan dengan tibanya mereka di depan pintu utama letak apartemen mereka yang disana sudah ada beberapa orang yang Alzra yakini adalah bawahan mereka serta beberapa orang dengan jas putih dan di depan mereka semua terdapat Aero dan William yang tengah berdiri dengan wajah yang menunjukkan kekhawatiran.

"Tolong buka pintunya!"pinta Alzra pada pria yang ia ketahui bernama Gianluca itu.

Sesaat setelah ia membukakan pintu untuk kedua remaja itu, Aero, William serta beberapa orang yang sejak tadi berdiri menunggu kedatangan mereka berlari ke arah mobil itu tanpa menghiraukan Gianluca yang kini sudah berdiri sedikit jauh dari mereka semua dengan di temani oleh Angelo yang merupakan bawahan mereka selama di Italia ini.

"Oh My Gosh!"pekik William ketika menyadari Rissa yang sudah tak sadarkan diri dengan Aero yang mulai kehilangan kesadarannya setelah berjuang mempertahankan kesadarannya selama dalam perjalan ini.

"Cepat bawa keduanya ke dalam apartemen dan mulai lakukan penanganan bagi keduanya sekarang!"perintah Aero pada mereka semua sebelum beranjak ke Gianluca guna meminta penjelasannya.

"Mari ikut saya ke atas. Kami tidak akan melukai anda dan terima kasih sudah menyelamatkan ke dua rekan saya tadi."ucap Aero dengan wajah yang terkesan amat datar dan dingin.

"Kami hanya ingin meminta penjelasan anda tentang apa yang sebenarnya terjadi pada mereka berdua. Tenang saja, kami dari organisasi keamanan yang dibentuk khusus oleh PBB."jelas Aero lagi sebelum pergi menuju apartemen yang mereka tinggali.

Dengan langkah bingung dan sedikit syok, Gianluca mulai berjalan mengikuti Aero dengan didampingi oleh Angelo disebelahnya.

The Secret (Complated) - Full version Webnovel, Mangatoon, Kubaca, IcanNovelWhere stories live. Discover now