Drabble III (Growing Up)

10.8K 700 105
                                    

"JJ! SooSoo! Ayo makan!" teriakan Jungkook nyaring dari arah dapur. Wangi dakgalbi menguar ke seluruh ruang, sampai ke area dining room yang cukup luas untuk menampung beberapa keluarga.

Sore itu kediaman keluarga Kim hampir sepi, hanya ada si kembar, Taehyung yang masih tertidur di kamar dan dirinya sendiri. Areumie menginap di salah satu rumah temannya. Yeonwoo masih study tour, dan Taehyung yang baru pulang perjalanan bisnis pagi buta masih sibuk tidur mengembalikan energinya. Meski Jungkook yakin suaminya itu akan bangun sebentar lagi.

Saat bermenit-menit berlalu, si kembar tak kunjung turun, Jungkook melepas apron dan menaiki tangga ke arah kamar dua putra bungsu laki-lakinya. Suara bising dari game menyambutnya saat membuka pintu.

"JJ, SooSoo, ayo makan. Tinggal dulu gamenya."

"Nanti saja, Ma." jawab JJ, sulung dari si kembar, tapi tatapan keduanya masih fokus pada game di hadapan mereka.

Jungkook mendesah lesu. Matanya menerawang sedih.

"Tidak turun sekarang, atau tidak ada makan malam."

"Kami bisa buat sendiri, Mama.", JJ menjawab.

"Iya. Ah-- Hyung jangan kesana!", SooSoo menyahut.

"Terserah." Jungkook membanting pintu kamar sedikit keras.

Ia kembali ke dapur, mengambil dua butir telur untuk ia ceplok sebagai lauk pendamping.

Alih-alih si kembar yang datang, Taehyung masuk sambil menggaruk perutnya, dengan mata yang masih setengah tertidur, wajah lelah lengkap dengan kantung mata yang menghitam di bawah matanya. Kakinya membawanya tepat ke belakang Jungkook, mencuri ciuman tepat di pipi sebelah kanan istrinya.

"JJ dan SooSoo?"

"Masih main."

"Lalu ini kan jatahku memasak?" Taehyung menggumam tepat di samping telinga Jungkook, dengan posisi dagu yang dikaitkan pada pundaknya, mengintip ceplok telur yang sedang dibuat istrinya di atas wajan.

Mereka membagi jadwal memasak, selalu seimbang dan adil. Meski Jungkook punya porsi lebih besar kalau urusan dapur, Taehyung selalu menjalankan apapun untuk membantu istrinya itu. Ia paham mengurus seorang anak saja sulit, apalagi Jungkook yang harus mengurus empat, membagi waktu antara melukis juga mengurus art gallery mendiang ibunya. Taehyung tidak paham bagaimana istrinya itu sehebat ini.

Jungkook mengernyitkan hidung. "Aku sedang bosan Panda Express." kenyataannya makanan cepat saji itu yang pasti Taehyung beli. Terlalu riskan membahayakan semua anggota keluarga jika ia benar-benar terjun memasak.

Taehyung terkekeh,  "Areumie pulang malam ini kan? Aku yang jemput ya?" ia bertanya, kemudian mengambil satu potong dakgalbi yang baru masak, menggigitnya sepotong lalu sepotongnya ia suapi pada Jungkook yang kedua tangannya masih sibuk dengan wajan.

Jungkook mengangguk, sambil mengunyah potongan ayam gurih di dalam mulutnya, "Semalam menelpon sambil menangis, tidak bisa tidur katanya. Baru setelah aku nyanyikan dan berjanji kalau hari ini kau akan menjemputnya, dia bisa tidur. Putrimu itu.." Jungkook berdecak, tetapi Taehyung bisa mendengar nada melankolis yang tidak luput dari telinganya.

Jadi kemudian, Taehyung berinisiatif mematikan kompor, lalu membalik Jungkook yang sedikit terkesiap ke arahnya.

"Kurasa bukan hanya Areumie yang sedih?" Taehyung mengangkat tubuh Jungkook ke atas counter, dengan dirinya diapit oleh kedua paha istrinya. "Kenapa, sayang?"

Jungkook menghela nafas, melingkarkan kedua tangan di leher Taehyung, dan menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher Taehyung yang selalu wangi akan aroma favoritnya.

Arranged Marriage? Hell No!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang