21. Hal yang Harus Dilepaskan

270 49 34
                                    

Melepaskan mungkin pilihan terbaik
Saat menggenggamnya membuatmu begitu sakit

⏳⏳⏳

Tania mengelus satu per satu foto masa kecil Aluna dan Elsa di album foto. Tangannya gemetar, dengan gerakan lembut Tania mengelus foto-foto tersebut. Matanya merah, entah sudah selama apa ia menangis. Yang jelas ada sakit yang tak bisa Tania jelaskan, berasal dari hatinya. Sebuah ruang di mana ia menyimpan kedua putrinya.

Jam menujukan pukul 9 pagi, harusnya Alta sudah ada di rumah sakit. Namun ia memutuskan untuk cuti, menemani Tania di rumah walau ia tau Tania tak akan setuju. Alta tak ingin Tania terluka sendirian, tanpa ada seorang pun yang membantu menyembuhkannya.

"Mungkin kita udah harus melepas mereka, Tan."

Suara Alta yang tiba-tiba membuat Tania menoleh cepat ke arah pintu, Alta berjalan ke tempat tidur dan duduk di sampingnya.

"Maksud kamu apa, Ta?" tanya Tania tak suka.

"Aluna harus kembali sama kita, apapun yang terjadi, emosinya belum stabil. Tapi kamu harus coba untuk memahami Elsa, dia udah ambil keputusan, Tan. Sebagai Papanya aku udah pikirin hal itu matang-matang, aku setuju sama keputusan dia."

Tania memicingkan matanya. Perhatiannya terfokus pada Alta, album foto itu tak lagi menjadi fokus utamanya.

"Keputusan apa, Ta?!" tanya Tania karena merasa tak tau apapun.

"Elsa mutusin untuk nggak tinggal sama kita."

Tania tersenyum miring, namun setetes air matanya jatuh. Wanita itu tertawa hambar, mencerna perkataan Alta.

"Dia masih 16 tahun, kamu mau dia jauh dari rumah? Kamu pikir dia bisa jaga dirinya?! Kamu yakin kamu setuju sama hal itu sebagai Papanya? Kamu nggak bisa setujuin hal itu kalau kamu memang bener menganggap Elsa sebagai anak kamu."

Alta menghela napas, ia tau akan sulit menjelaskan pada Tania. Ia tau Tania akan menepis semua pikirannya yang mengatakan bahwa keputusan Alta dan Elsa sudah benar.

"Elsa nggak akan jauh dari kita, kita tetap bisa jaga dia, jadi orang tuanya dia, komunikasi seperti biasa. Itu keputusannya, Tan. Itu yang terbaik untuk kita semua, aku, kamu, Elsa dan Aluna."

"Kenapa kamu bisa bilang kalau itu yang terbaik?" tanya Tania.

"Kita semua nggak akan pernah baik-baik aja, selagi belum ada yang pergi. Kalau kamu terus begini, kamu bukan cuma akan kehilangan Elsa, tapi Aluna juga."

Tania menutup wajahnya dengan telapak tangan, di detik selanjutnya bahunya muai bergetar, isakannya terdengar sangat pilu. Alta mengepalkan tangannya, lagi-lagi sesuatu yang sangat ia benci.

Alta menarik Tania dalam pelukan, menepuk-nepuk bahu Tania pelan, mencoba menenangkan Tania yang isakannya semakin kencang.

Alta tau melepaskan seseorang bukan hal yang mudah. Tapi terkadang, manusia harus melakukannya. Mau tidak mau. Suka tidak suka.

"Lusa kamu ulang tahun, kita ketemu Elsa hari itu ya?"

...

Dengan hoodie yang menutupi tubuh serta kepalanya Elsa memberanikan diri datang ke rumah sakit, tentu saja menemui Kenzie.

Time : Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang