23. D-day(1)

310 43 37
                                    

Akan selalu ada akhir dari awal yang kita mulai
Entah siapa yang lebih dulu menghilang
Atau siapa yang dibuat terluka atas kehilangan
Ayo tetap menjadi 'Kita' yang utuh
Sekarang ataupun selamanya

⏳⏳⏳

Menit demi menit berlalu begitu cepat. Hampir 3 jam Aluna menghabiskan waktu bersama kedua sahabatnya di pasar malam. Menaiki satu per satu wahana yang ada, mencicipi semua makanan yang mereka lewati, ataupun sekadar menertawakan tingkah konyol orang-orang di sekitar mereka.

Aluna tertawa lepas, setelah sekian lama memasang wajah masamnya hari demi hari. Akhirnya, tawa itu lepas, disaksikan oleh seseorang yang selama ini selalu mencoba untuk menghibur Aluna tanpa lelah.

Sekarang di sinilah Aluna berdiri, di halaman sebuah rumah yang terlihat tak berpenghuni. Suasanya sungguh berbeda dari yang terakhir kali Aluna lihat. Rumah ini terasa sangat hampa tanpa Elsa, mungkin juga tanpa dirinya. Aluna tak bisa mengukur seberapa banyak rasa sakit yang Tania tanggung selama ini. Atas ketidakpahamannya dengan keadaan.

Satria dan Evgar menunggu di dalam mobil, mereka akan pergi jika Aluna sudah masuk ke dalam rumah. Lagipula rumah Satria tidak jauh dari rumah Aluna.

Aluna menghela napas sebelum akhirnya menekan bel. Tak lama kemudian, terdengar langkah kaki yang sangat ia kenali. Langkah kaki Tania. Aluna menunggu dengan cemas. Rasa bersalah semakin mencekiknya kuat, perasaan tak enak untuk bertemu seorang malaikat yang selama ini telah ia lukai.

"Siapa?" tanya Tania sebelum membuka pintu. Hening beberapa detik, Aluna masih diselimuti rasa takut.

Melihat tak ada jawaban dari Aluna, Evgar langsung berdecak kesal. Dengan lantang cowok itu menyahut, "Aluna, Tante!" yang tentunya mulut Evgar langsung dibekap oleh Satria.

Mendengar nama Aluna disebut, Tania langsung cepat-cepat membuka pintu. Menatap seorang remaja yang berdiri di hadapannya dengan kepala tertunduk.

"Aluna," panggil Tania pelan. Suaranya terdengar sangat pelan, lembut, seakan-akan Tania sedang berbicara dengan seorang bayi yang sedang tertidur.

Aluna mendongakan kepalanya, membalas tatapan Tania yang berkaca-kaca. "Mama." Ucapnya tak kalah pelan.

Tania tersenyum menahan tangis, lalu menarik Aluna ke dalam pelukannya. Pelukan yang sangat erat, tak lupa ia usap rambut putrinya.

"Maafin aku, Ma." Ucap Aluna dalam pelukan Tania. "Aku bener-bener minta maaf."

"Mama maafin kamu, Sayang." Jawab Tania dengan suara serak karena menahan tangis.

Evgar dan Satria membuang napas lega di dalam mobil. Keduanya memutuskan untuk pergi, meninggalkan Aluna hanya berdua dengan Tania.

Aluna membalas pelukan Tania sama eratnya. Betapa beruntungnya ia bertemu wanita sehebat Tania, betapa baiknya Tuhan membuatnya menjadi seorang anak dari wanita yang begitu hebat.

Tania menangis. Senang, bahagia, sedih semuanya bercampur menjadi satu. Akhirnya Aluna datang, akhirnya ucapan maaf keluar dari mulut gadis itu, Tania senang segalanya perlahan membaik.

Alta terdiam di tangga. Tersenyum tipis memandangi wanita-wanita yang disayanginya. Ia yakin semuanya akan kembali normal. Ia yakin mereka akan kembali menjadi keluarga yang utuh.

Time : Why?Where stories live. Discover now