Ujian (lagi)

525 56 20
                                    

Selamat berakhir pekan 😘

Langit kota Jakarta di terangi  oleh sinar sang mentari. Teriknya  menyelinap hingga ke kisi-kisi jendela yang di lapisi oleh kaca lebar dan tirai tebal berwarna kebiruan.

Ruangan terasa sangat sunyi, hanya terdengar samar suara televisi yang entah ada di ruangan sebelah mana.

Dirga duduk sambil menggosok-gosok telapak tangannya, sekali dia menutup wajahnya yang sangat tampak gundah gulana. Di lepaskan kacamata minus dua nya. Terlihat garis hitam dibawah matanya.

Selama tiga hari menerima berbagai pesan berisi ancaman, makian, dan rayuan dari Cathty, akhirnya hari ini dia memutuskan untuk mendatangi perempuan itu. Dia tidak ingin rencana pernikahannya gagal akibat ulah Cathty.

Didepannya tampak Cathty dengan senyum sensualnya, yang terlihat seperti sebuah seringai.

"Jadi, mau kamu apa?!" Tanya Dirga dengan nada gusar.

"Seperti yang kamu tahu, setengah dari saham perusahaan kamu." Jawabnya dengan nada menggoda. Tangannya mengusap tungkai kaki nya yang ramping. Dalam keadaan normal mungkin Dirga akan tergoda dengan gerakan-gerakan yang dilakukan oleh dia. Begitu seksi dan menggairahkan.

Dirga menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak mungkin dia memberikan setengah sahamnya kepada perempuan ini. Diam-diam, dia sudah mengatasnamakan ketiga anak Dania sebagai pemegang saham keseluruhan perusahaannya.
Dia ingin memberi kejutan dan hadiah untuk calon anak-anaknya.

"Tidak!" Dirga menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

"Hohohoho, berarti kamu siap melihat tubuh telanjang kamu terpampang di media sosial." Ujar Cathty dengan senyum mengejek.

Dirga mendongak, tampak sinar amarah di matanya.

"Kamu memeras ku." Dengus Dirga dengan tatapan tajam.

Cathty tertawa dengan suara melengking, dia tahu Dirga, bukan hal yang mudah untuk Dirga melepaskan orang yang di cintai. Dirga rela menukar apapun untuk mempertahankan prinsipnya.

"Aku tidak bisa meyerahkan apapun kepada kamu. Kamu ingat Cath, aku tidak pernah memaksa kamu untuk bersama aku malam itu." Dirga memandang perempuan itu dengan tajam.

"Kamu memang tidak pernah memaksa aku, tapi ingat!, aku memberikan kepuasan kepada kamu." Ujar Cathty dengan suara mendesah.

Dirga menghempaskan punggungnya ke sandaran sofa. "Tuhan, ini kah balasanmu atas ke Jahiliyahan ku di masa lalu?"

Dirga kembali menutup wajahnya dengan telapak tangan yang mulai berkeringat. Dia tidak ingin kehilangan Dania. Dia tidak ingin mimpi-mimpi yang dia bangun akan hancur begitu saja.

"Aku akan beri kamu saham salah satu supermarket, tapi.tidak perusahaan!" Ujar Dirga dengan suara keras.

Hembusan nafasnya berat. Sejujurnya dia tidak rela. Tapi dia tidak ingin kehilangan Dania dan ketiga anaknya. Untuk Dirga, saat ini harta yang akan di pertahankan adalah mereka. Anak-anak yang menerima dia sebagai ayah sambung tanpa menuntut apapun, kecuali pesan untuk menjaga ibu mereka.

"Ok, kita ke notaris. Sekarang!. Sentak Cathty sambil berdiri merapihkan gaun mini nya.

Dirga berdiri dengan lesu, sudah tidak ada gunanya menyesal. Cepat atau lambat, dia tahu hal ini akan terjadi.

Mereka berjalan menyusuri lorong apartemen. Dirga mencoba menjaga jarak, namun Cathty selalu menarik tangannya untuk dia gandeng. Berkali-kali Dirga melepaskan pegangan tangan Cathty. Namun, bukan Cathty kalau tidak memaksakan kehendaknya.

"Pakai mobil kamu, ya!" Cathty menggandeng tangan Dirga begitu mereka melangkah keluar pintu lobby.

Mereka berjalan menuju mobil yang terparkir agak jauh dari lobby apartemen yang berada di atas beberapa perkantoran di area niaga ini. Cathty memeluk lengan Dirga, mencoba berlindung dari terik sinar matahari, di balik tubuh tinggi besar laki-laki itu. Sikapnya membuat Dirga merasa risih. Berkali-kali dia menyingkirkan tangan Perempuan itu.

Ruang Rindu  { Sekuel "It's a Life }        T A M A T       Where stories live. Discover now