🦕DR-DIAM-DIAM MERESAHKAN🦕

212 31 0
                                    

  °Rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  °Rumah

  Sehabis di antar balik oleh Reval, gue langsung merebahkan diri  di atas kasur nan keras. Karena masih galau, gue mengambil ponsel buat nonton film drakor yang di mainkan bias gue. Cha Eunwo.

  Lagi-lagi, hati gue galau merana, bias gue lagi adegan kiss sama lawan pasangannya.

  "Huwa, hidup gue kenapa jadi begini?!" Gue mengacak rambut frustasi, lagian hidup gue sedih amat.

  Bila lama kelamaan sendirian begini bisa stres gue dilema kegalauan, gue memutuskan untuk turun dari atas kasur menuju ke kamar kuda nil yang berhadapan dengan kamar gue.

  'Cklek!

  Tanpa ketok-ketok terlebih dulu, gue nyelonong masuk tanpa seijin kuda nil. Setelah di dalam, gue mendapati kuda nil lagi rebahan sambil memainkan ponselnya. Sama itu juga si kuda nil lagi makai earphone.

  Terus, si kuda cuma makai lapisan dalam sama boxer doang. Enak, ya, jadi cowok, tapi kalau gue jadi cowok pasti selalu salah di mata ciwi-ciwi. Yang bikin gue heran di sini, kenapa pula kepala kuda nil manggut-manggut sendirian kayak kesentrum, mana kedua tangannya membentuk sebuah sarangheyo. Terlebih lagi matanya dia meremin, lalu mulutnya komat-kamit. Mungkin lagi ngusir setan kali.

  "Oi!"

  Kuda nil terperanjat kaget. Hidup gue itu berasa kurang gitu kalau nggak ada satu hari pun menjahili kuda nil. Alias adek kesayangan gue, walau ini adek satu, nyebelinnya tingkat dewa.

  "Eh, ayam ayam-ayam!"

  Tangan kuda nil seperti bunga yang baru kuncup, dan bibirnya monyong kek ayam yang mentok nasi. "Ha ha--kamu kenapa, sayang?"

  Kuda nil melotot, lalu menampol pipi gue, badannya aja yang kecil, tapi tamparannya beuh.

  "Anjir, gue kaget bangsat!"

  Mohon di maklumi pemirsa, dia ini kalau ngomong suka kasar begitu. Tapi, dia ini baik kok sebenarnya kayak gue contohnya.

  "Aish, saket atuh!" sungut gue.

  "Lo ngapain ke sini, hah? Sana lo, ganggu orang pacaran aja." Si kuda nil mendorong badan gue supaya keluar dari biliknya.

  "Hah, lo punya pacar? Serius, nih? Mana, gue mau liat pacar lo, dong!"

  Sebenarnya, sih, gue yakin aja bahwa kuda nil nipu gue, dia itu anti banget yang namanya 'pacaran' tapi hobinya suka mainin cewek. Haduh keturunan siapa, sih, gue aja nggak tau.

  "Kepo lo, sana hush hus ...!"

  "Huwa, kuda nil, gue lagi galau. Tolong dong temenin gue curhat. Huwaa-----" Salah satu cara yang ampuh yaitu gue berlutut seraya mencium tangannya.

  Bau terasi guys.

  "Ck, untung gue baik, ya sudah gue temenin. Tapi lo jangan banyak bacot."

  "Terima kasih adek terlaknat gue, muach." Gue mencium pipinya yang tembem. Dianya melotot gue tajam seperti alis Shincan.

Diary Remaja [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang