Jalanan Berdarah

2K 115 65
                                    


Hope you like it...







***









UKS SMA Graha Nusantara

Sudah 30 menit berlalu namun Lalora belum juga sadarkan diri. Para petugas PMR dibuat bingung dengannya. Denyut nadinya lemah, sanggulannya sudah dilepas, wajahnya yang tadinya merona kini memucat. Ada apa dengannya?

Ardi dan Franca masih setia menemani Lalora. Disusul kehadiran Noval, Hade, Kelvin, dan Lavran.

"Lalora kenapa?" tanya Lavran terengah.

Ardi memandangnya sedetik kemudian berpaling, "pingsan."

"Ya gue tau kalo dia pingsan. Maksudnya bisa pingsan gara - gara apa?" tanyanya lagi.

"Gara - gara nggak sadarkan diri." balas Ardi acuh.

Lavran mendengus, ternyata dimuka bumi ini ada orang yang lebih menyebalkan daripada dirinya. Apakah ini karma? Karena ia sering bersikap menyebalkan kepada orang - orang dan kini ia terkena imbasnya?

"Sabar - sabar... Hatiku selembut sutra" gumamnya.

"Yang rasa apaan bro?" bisik Hade cukup keras.

"Heh! Lo pikir kon--" timpal Noval terputus tatkala Ardi menatapnya sinis.

"Kon apa?" tanya Ardi dengan tatapan mengintimidasi.

"Konci bro, maksud Nopal konci tadi," bela Kelvin sembari menepuk pundak Noval, "iya kan Pal?"

"I-iya Ar, konci maksud gue, hehe"

Ardi merotasikan bola matanya. Kemudian menggenggam tangan Lalora yang sedari tadi terasa dingin. Franca mengoleskan minyak kayu putih di pelipis dan bawah hidung Lalora. Mengusap - usap kepalanya sembari bergumam memintanya segera siuman.

Dokter yang biasa bertugas di UKS kebetulan hari ini cuti. Itu membuat Lalora tak segera tertangani dengan baik dan harus menunggu kedatangan Dokter tersebut.

Tiba - tiba saja, Pak Duwi datang dan menarik tubuh Ardi untuk menjauh dari ranjang Lalora.

"Apa - apaan ini Pak?!" pekik Ardi ketika tubuhnya membentur ranjang lain akibat tarikan Pak Duwi. Pak Duwi diam tak menanggapi Ardi. Ia mencari denyut nadi Lalora dipergelangan tangannya. Seperti tengah menghitung denyut nadi itu, ia terdiam sembari berkomat - kamit.

Franca menahan Ardi yang baru saja ingin menerjang gurunya itu. Ia menggeleng menatap Ardi marah seperti memintanya untuk tenang. Ardi menahan amarahnya dengan nafas yang menderu dan tetap menatap punggung gurunya dengan tajam.

"Harus segera dibawa ke rumah sakit" ujarnya tiba - tiba dan seketika langsung mengambil tubuh Lalora.

"Heh Pak! Anak orang main gendong aja" reflek Lavran berteriak sembari menahan kaki Lalora.

"Iya Pak! Bukan muhrim" timpal Hade.

"Memang kalian membawa Lalora kesini dengan apa?" tanya Pak Duwi kemudian.

REGAN [Hold]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant