Enam belas

9.9K 1.2K 138
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


---

PAGI-PAGI sekali Mari harus bangun dan mempersiapkan diri sebelum berangkat ke sekolah, ia pergi ke kamar mandi untuk berbenah diri dengan seragam sekolahnya sementara Hara dan Sena masih tertidur di balik selimut dengan nyenyak.

Berikutnya Mari ke dapur, menyiapkan sarapan untuknya juga dua orang temannya nanti. Sembari makan roti dan meminum segelas susu, ia menyempatkan diri mencatat tulisan dari buku yang Chani pinjamkan padanya. Buku catatan itu harus segera ia kembalikan, mengingat besok ada ujian.

Mari memejamkan matanya, menarik napasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan seolah menyemangati diri sendiri, ia kemudian meneruskan catatannya yang kurang sedikit lagi.

Tahun ini tahun terakhirnya bersekolah di sana, ia harus belajar lebih giat lagi untuk mengejar ketertinggalannya jika ingin memperbaiki nilai dan masuk perguruan tinggi. Jika nilai dan prestasinya bagus mungkin peluang untuk mendapatkan beasiswa semakin terbuka lebar. Sehingga Mari tidak perlu menerima tawaran Paman Hara untuk membiayai semua keperluannya, walaupun Mari sendiri tidak pernah memikirkan untuk menerima bantuan Jungkook sejak mendengarnya pertama kali, ia tidak akan menerima pemberian pria itu bahkan dalam keadaan melarat sekalipun.

Mari bukan siapa-siapa Jungkook, pun sebaliknya. Tidak perlu saling merasa bergantung satu sama lain.

Tidak peduli jika mereka pernah tidur bersama.

Tak lama setelah itu Mari mendengar suara pintu kamarnya terbuka. Sepasang tungkai berjalan mendekatinya diikuti suara kursi ditarik ke belakang setelah itu dan Sena menjatuhkan bokongnya di atas kursi tepat di sebelahnya.

Wajahnya masih setengah mengantuk, tangan kanannya mengusap-usap sebelah matanya. "Ma, laper." keluhnya dengan memanggil nama Mari sesingkat itu.

Mari tertawa ringan melihat temannya. "Emangnya aku Mama kamu?" ia mengemasi buku dan alat tulisnya ke dalam tas lalu bangkit dari sana. "Kamu kuliah nggak?"

Sena menidurkan kepalanya di atas meja makan, ia mengangguk ringan. "Tapi masuk nanti siang."

Mari memakai ranselnya di belakang punggung. "Aku buatin roti panggang tadi, kamu bangunin Hara buat sarapan, ya. Aku mau berangkat, jangan lupa pintunya dikunci."

"Pagi banget berangkatnya."

"Iya, dong, kan aku rajin."

Sena berdecih sebal, lalu mengulurkan bekal Mari di atas meja. "Nih, nanti ketinggalan."

"Oh, iya." Gadis itu meraih bekalnya. "Aku berangkat dulu ya."

"Perlu dianter nggak? Aku telfon supirku dulu deh bentaran, kamu jangan buru-buru berangkat, masih pagi banget gini."

"Nggak usah, Sen. Biasanya juga naik bus, kok." tolak Mari.

Sena menghela napasnya pelan. "Yaudah deh, hati-hati di jalan."

KOO-NSTANT || JJK ✔️Where stories live. Discover now