Prolog & Cast

17.7K 1.1K 130
                                    

"Kau harus segera menikah!"

Pemuda itu tersedak mendengar perkataan ayahnya. Sontak saja sang ibunda langsung memberikannya air minum.

"Apa!? Menikah!?" Tanya pemuda itu. Ayahnya mengangguk menjawab pertanyaan putranya.

"Ayah! Aku baru saja genap 27 tahun. Itu terlalu muda untuk menikah" Kata pemuda itu.

"Itu usia yang matang untuk menikah, Vic. Usiaku baru 22 saat menikahi ibumu" Kata Ayahnya membuat ia memutar matanya malas.

Victor Xavier Wilson, pemuda tampan yang berasal dari Kerajaan Gorlewin. Nama belakangnya menujukkan derajat keluarganya. Victor merupakan putra satu-satunya sekaligus pangeran mahkota di kerajaan Gorlewin.

"Kita berbeda zaman ayah. Di usiaku yang sekarang, kebanyakan orang masih bersenang-senang." Kata Victor.

"Tapi kau berbeda dengan kebanyakan orang. Kau tidak tahu berapa banyaknya orang yang ingin menjatuhkanku agar mendapatkan takhta ini" Kata Ayahnya.

"Jadi kau mementingkan takhta dibanding dengan putramu sendiri ayah?" Tanya Victor.

"Aku tidak peduli dengan takhta ini. Mendiang nenekmu yang memberikannya kepadaku, padahal kakakku yang lebih berhak mendapatkannya. Ia hanya ingin kerajaan ini maju dengan memprioritaskan kepentingan rakyat dan kakakku serta saudara-saudaramu itu jauh dari kata memprioritaskan rakyat." Jawab Stephen.

"Hanya kau penerusku dan aku ingin kau yang meneruskan semua ini. Meneruskan semua yang sudah aku lakukan. Aku sudah tidak muda lagi Vic." Sambung Stephen.

"Usiamu bahkan belum menginjak kepala enam, ayah! Mengapa kau berbicara seolah kau sudah berusia lebih dari seratus tahun!" Kata Victor suara yang meninggi. Sungguh ia hanya ingin hidup seperti pemuda biasa, tidak selalu dituntut dengan banyaknya keinginan sang ayahanda.

"Vic!" Tegur ibunya. Wanita paruh baya yang sedari tadi tidak mengeluarkan suara itu pun pada akhirnya mengeluarkan suaranya.

"Kau terlalu memanjakannya, Shannon. Dan lihat ini akibatnya. Selalu memberontak. Temanmu Jimmy bahkan akan segera bertunangan, sedangkan dirimu masih saja bermain-main." Kata Stephen.

"Bicarakan itu nanti, Steve. Jangan rusak pagi yang cerah ini dengan pertengkaran kalian." Kata wanita paruh baya itu.

Kedua pria dewasa itu mematuhi perkataannya. Walaupun Stephen seorang raja, pada saat seperti ini istrinya lah yang berkuasa. 

***

"Kau akan terus belajar disaat seperti ini, putri ku?" 

Pertanyaan ayahnya membuat gadis yang sedang sibuk membaca itu segera menutup bukunya. Ia tersenyum manis kepada ayahnya.

"Buku ini sangat menyenangkan ayah. Kurasa setelah ini aku harus membeli beberapa buku lagi." Kata gadis itu. 

"Untuk apa membeli buku lagi jika di ruang kerja ayahmu terdapat ratusan buku?" Tanya Ibunya.

"Aku sudah membaca semua buku disana berulang kali bu. Akan membosankan jika aku terus membaca buku yang sama." Jawab gadis itu.

Ayah dan ibunya hanya menggelengkan kepalanya. Putrinya itu sangat suka belajar, ia bahkan semangat untuk mencoba hal-hal yang baru. Disaat gadis seusianya sibuk mengencani beberapa pria, ia hanya berkutat kepada buku. 

"Kau boleh membaca buku sesuka mu, tapi tidak saat kau sedang berada di ruang makan. Tidak sopan mengabaikan makanan di hadapanmu. Itu sama saja kau menghina makanan ." Kata Ayahnya. 

"Maafkan aku ayah." Kata gadis itu sambil menundukkan kepalanya.

"Tidak apa-apa. Sekarang tutup buku mu itu! Dan makan dengan tenang." Kata Ayahnya dengan tegas. 

Resplendence ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang