[3]

48 14 18
                                    

Lily makin salah tingkah. Ia mendengar suara laki - laki, tapi tidak tahu itu siapa. Ka.. Karuto kah? Batinnya.

Lily membalik badannya, lalu membungkuk meminta maaf. Bukan salahnya sih, dia hanya malu lalu salah tingkah.

"Ma-maafkan aku! Aku tahu aku berat!" ucapnya.

"apa? Kamu ini bicara apa sih? Ko ngelantur? Lagian siapa yang berat? Ketemu aja baru sekarang " laki laki itu terkekeh.

Hah? Apa? Bukan Karuto?

"perkenalkan, aku Zen!" ucap laki - laki yang berambut putih itu. Hampir kukira dia kakekku. Oh tidak! Sebenarnya dia tampan:'D

 Oh tidak! Sebenarnya dia tampan:'D

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Kenapa kamu menganga?"

Aku gelagapan. Sementara lelaki itu malah memasang senyum licique yang tentu saja bisa aku tebak dengan mudah.

"Ooooooo. Kamu terpesona?" katanya sambil mendorong rambut depannya kebelakang dengan gaya jahil.

Kurasakan pipiku wajahku dan seluruh anggota badanku memanas. Antara malu, senang, dan kesal tercampur menjadi satu. Bagai adonan cookies yang sedang dimasak.

"Aaa-aa-aku, tidak..  Uhm..  Argh! Terserah!" kataku sambil menutup seluruh badanku dengan selimbut yang ada.

Laki - laki itu tertawa dengan kurang ajarnya. Membuat aku ingin menampol orang itu jika boleh. Tapi, rasanya ada yang aku lupakan. Siapa?

"Hei gadis pendek! Tadi Karuto membawamu kan? Kamu hanya pura - pura tidur tadi. Apa kamu mencari kesempatan?" dia membuka selimbut-ku.

Aku gelagapan. Aku yakin pipiku memerah. Dan, hatiku rasanya panas sekali. Ada rasa sesak dan malu yang tidak bisa kupancarkan. Tapi dadaku rasanya sesak hingga aku ingin berteriak pada lelaki ini.

Aku benar - benar memukul tangannya hingga laki-laki Zen ini tertawa. Aku juga sih.

Tapi rasanya ada yang aku lupakan. Tentang kehidupanku, dan perasaanku sendiri. Bagai dilahap api, aku penasaran akan diriku sendiri dan dunia ini.

Apa dunia ini dunia asalku? Apa aku sudah mati dan berada di surga yang membuatku tertawa? Apa aku juga sekaligus berada di neraka, karena serangan zombie ini rasanya bagai ketakutan terbesarku yang menjadi hidup. Apa boleh aku bertanya pada lelaki Zen ini?

"Uhm..  Zen..  Dunia ini nyata kan?" tanyaku yang membuat Zen spontan tertawa.

Setelah puas tertawa yang membuat telingaku berdengung dia berkata "Tentu saja bodoh! Dunia ini asli. Hanya karena ada Zombie tidak membuat dunia ini palsu" katanya dengan masih diiringi tawa yang membuat aku dongkol.

"kamu tidak merasa ini terlalu melodrama seperti di komik? Aku rasa ada yang salah. Aku bahkan lupa bagaimana awal aku lahir"

Kukira dia bakal menghiburku seperti kebanyakan orang yang ada di film. Tapi nyatanya, orang yang membuat film itu merupakan kebohongan besar. Zen malah tertawa makin keras hingga terduduk dilantai.

"BODOH! BAYI MANA YANG BISA MENGINGAT BAGAIMANA AWAL DIA LAHIR? APA KAMU TIDAK TAHU?" Katanya sambik tertawa lagi. Lagi. Dan, lagi.

"Bukan begitu bodoh!" kataku sambil memukul bahunya. Tentu saja. Bahkan dia tidak mengaduh walau pura - pura. Dia masih sibuk tertawa dan harus masuk ke rumah sakit jiwa.  Ha - ha - ha!

"Aku hanya..  Merasa..  Ini terlalu seperti komik. Aku tertidur dan tiba - tiba ada zombie di dunia nyata. Apa kamu yakin aku tidak tersesat di dunia nyata, Zen?" aku menggeleng lesu. Sepertinya Zen mulai kasihan padaku. Dia berhenti tertawa dan duduk di sebelahku.

Tapi, nyatanya aku salah.

"kamu tahu..?" aku mendongkak agar bisa melihat mukanya dengan jelas.

"Sebenarnya, kamu yang melodrama disini" dia mulai tertawa lagi. Aku benci.

Aku mulai memukul dia disembarang tempat. Memperkirakan dimana kelemahannya.

Lalu, bagai tersengat listrik. Aku bisa melihat sesuatu. Sesuatu yang menunjukan kelemahannya.

Tanda.. Bukan..  Mungkin hanya aku yang bisa melihat tanda ini. Ah..  Harus kucoba.

Kupukul bagian perut kiri bawahnya. Tentu saja tidak terlalu keras. Aku takut penglihatan-ku benar.

Buaght!

Zen mengerang. Lalu jatuh dari tempat tidur dengan memegang perutnya yang baru saja Kutinju.

"Erh..  Bagaimana bisa.. "

Sekarang, aku panik. Aku bisa melihat sesuatu berupa kode. Bagai..  Komputer yang bisa mengakses sesuatu yang tidak bisa diketahui.

Wow? Apa sejak awal mata pink-ku ada kelebihannya. Apa ini kelebihannya? Apa.. Apa..  Apa..? Banyak sekali pertanyaan yang tidak bisa kujawab sendiri. Aku butuh seseorang. Tapi..  Siapa?

"Merindukanku?" suara yang sangat kukenal itu datang. Suara yang membuat jantungku jumpalitan tidak kenal arah. Suara yang membuat hatiku hangat.

"Karuto!"

"Hai Lily.. " dia tersenyum. Manis..  Eh? Apa yang kupikirkan?!

-----------_-----------------_----------------_----------

Erhm.. Maap hiya lupa up huaakskamanwjsn :v

Vote gass. Wkwk

Zombie Story || Karuto × Lily Where stories live. Discover now