[6]

22 6 15
                                    

bahkan untuk sesaat, aku lelah dengan keadaan ini. Kapan kebahagiaan memihak padaku?

...

[Author PoV]

"Zen, dimana kita?" Tanya Karuto panik. Bahkan, sangat panik.

"Kita ada di Elverst bagian Utara. Sekitar 12 menit lagi kita akan sampai di Elverst bagian selatan. Ada apa denganmu? Kenapa kamu panik sekali?" tanya Zen sambil menoleh kebelakang. Karena, Zen dan pak Pri duduk di bangku depan dan Karuto bersama Lily dibangku penumpang.

"Badan Lily dingin sekali. Beberapa bagian tubuhnya juga luka. Bajunya juga banyak yang sobek. Bahkan, tadi telinganya sempat mengeluarkan darah, Zen" Jelas Karuto panjang lebar.

"Kukira dia tidur, Kar—"
Sebelum Zen selesai berbicara, Karuto segera memotong ucapan Zen dengan nada Panik. "—jika dia tidur dia tidak akan memerenyit bodoh!"

Karuto segera membaringkan Lily di kursi penumpang dengan posisi miring dan menopang kepalanya ke pangkuannya. Bukan pegal, tapi Karuto pikir jika tidak dimiringkan darah di telinga Lily akan menggumpal dan merusak saluran pendengarannya.

"Zen, darahnya banyak sekali!" Panik Karuto.

"Astaga. Maaf saya lancang tapi, menurut apa yang saya pelajari jika telinga seseorang berdarah maka akan berdampak pada rangsangan otak, pernafasan dan mulutnya. Karena, Saraf Telinga Mulut juga otak saling terhubung. Jika tidak segera diobati, bisa - bisa akan terjadi pendarahan yang parah" kata pak Pri sambil menaikan laju kendaraanya. Kini, kecepatan mobil itu benar benar sangat tinggi.

karuto dan Zen yang mendengar itu panik sekali.

Jika tidak bergegas, kami akan kehilangan Lily. Pikir Karuto dan Zen.

"Pak, saya akan ambil jalan pintas, mungkin ini akan mengguncang tubuh kalian. Tolong topang tubuh nona" Kata Pak Pri sambil melakukan Drive

"Baik pak!" Karuto segera memeluk erat Lily dan memastikan ia tidak apa - apa.

Benar saja. Jalananya lebih buruk dari muka zombie yang sudah hancur. Karuto, Zen, Lily terombang - ambing.

Dan tiba - tiba mereka dikejutkan oleh teriakan Lily.

"ARKGH—" katanya sekilas.

Karuto dan Zen pucat pasi setelah mendengar itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karuto dan Zen pucat pasi setelah mendengar itu. Mereka panik sekali. Karena, mereka tidak punya pilihan. Disatu sisi, Lily akan sangat tersiksa tapi disatu sisi kalo tidak cepat Lily bisa kehilangan nyawanya. Maaf—maksudnya pancra indranya.

Sekitar 3 menit kemudian, mereka sampai. Baju Karuto basah oleh air mata, dan darah yang dikeluarkan Lily.

"Markas pusat, buka gerbangnya. Kami dalam bahaya!" Kata Zen sambil bergegas membuka pintu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Zombie Story || Karuto × Lily Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang