•First•

2.3K 222 0
                                    

Bantingan pintu kamar yang keras membuat pemuda yang tengah meringkuk telungkup di atas kasurnya itu terlonjak. Matanya terpejam selagi pemuda yang baru saja datang itu meletakkan tasnya dan mengganti bajunya.

Sangat canggung! Aku benci ini! Aku sungguh bodoh!

Macam-macam gerutuan ia keluarkan dalam hati. Ia tak henti-hentinya merutuki kebodohannya sehingga membuat pemuda itu membencinya, menjauhinya, dan tidak lagi peduli dengannya.

Air matanya menetes setelah pemuda yang ia kira membencinya itu keluar dari kamar. Tak lupa bantingan pintu yang keras membuat ia yang tengah meringkuk di atas kasur terkejut. Meski ini bukan pertama kalinya tapi dia selalu terkejut.

"Aaaarght .... Bodoh! Bodoh! Bodoh! Bodoh sekali kau Haknyeon!" gumamnya sembari memukul bantalnya.

Pemuda bernama Haknyeon itu mengeratkan genggamannya pada selimut yang sudah menutupi seluruh badannya. Matanya yang sudah basah oleh air mata itu perlahan merasakan kantuk. Tak lama kemudian, Haknyeon terlelap dengan selimut yang menutupi seluruh badannya dan matanya yang basah.




°”ˆ˜¨ ¨˜ˆ”°





"Haknyeon, kau tidur atau mati? Susah sekali dibangunkannya" Seorang pemuda bersurai peach mencoba membangunkan Haknyeon. Namun sudah lima menit lamanya, Haknyeon sama sekali tidak bergerak membuat pemuda itu berdecak kesal.

"Haknyeooooonnnnnnn!!" Pemuda itu menggerakan bahu Haknyeon secara brutal. Namun pemuda yang dibangunkannya masih tidak bergerak membuat dia sedikit khawatir.

"Apa perlu aku panggilkan Changmin? Suruh dia teriak tepat di telingamu," ucapnya lagi sembari mencoba melepaskan selimut yang membungkus tubuh pemuda bernama Haknya tersebut.

Setelah selimut itu tersibak, Haknyeon mulai menyergap matanya dan menghisapnya pelan. Beberapa saat kemudian, ia duduk sambil menatap pemuda bersurai peach itu. "Apa?" Haknyeon menyerkit dahinya.


"Ck, kau tidur atau mati?" decak pemuda itu.

"Mati."

"Lalu apa ini arwahmu?" tanya pemuda itu lagi.

"Ya."

"Menggerikan sekali ..." ucap pemuda itu dramatis sembari menatap horor ke arah Haknyeon. "Sudah cepat turun dari kasur dan keluar makan," sambungnya dengan nada tegas.

Haknyeon mengerutkan dahinya, "Kau ke sini hanya untuk membangunkanku?" tanyanya.

Pemuda itu mengangguk, "Ya. Tadi aku bertemu Sunwoo di jalan, lalu dia menyuruhku untuk membangunkanmu," jawabnya.

Haknyeon terdiam, entah harus bereaksi seperti apa. Ada rasa senang karena laki-laki bernama Sunwoo itu masih memedulikannya. Pun ada rasa miris, mengingat orang itu tidak mau berbicara kepadanya langsung.

"Kau kenapa? Ayo turun, makan," ucap pemuda itu sambil merampas guling yang ada di pangkuan Haknyeon.

"Aku tidak lapar," jawab Haknyeon.

"Tumben sekali. Biasanya soal makan kau nomor satu," ledek pemuda itu.

"Sedang tidak mood, Chanhee," ucap Haknyeon pada pemuda bersurai peach bernama Chanhee.

"Makanlah nanti kau sakit."

"Biarkan aku sakit."

"Bicara apa kau? Kalau kau sakit siapa yang merawatmu, hah?" Chanhee memukul pelan kepala Haknyeon.

Benar juga, kalau dia sakit siapa yang merawatnya? Sunwoo? Mustahil. Bertatap muka dengannya saja seolah tidak sudi.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Haknyeon beranjak dari kasurnya lalu berjalan ke kamar mandi hanya untuk mencuci mukanya. Setelahnya, dia keluar kamar menyusul Chanhee yang sudah di dapur.

"Ini makanannya. Aku pulang, ya," Chanhee menunjuk makanan yang sudah tertata di atas meja. Haknyeon mengangguk menanggapi, lalu menarik satu kursi dan mulai menyantap makanannya.


"Chanhee Chanhee!!" panggil Haknyeon saat pemuda bersurai peach itu belum keluar dari tempatnya.

"Hm?"

"S-sunwoo kemana?" tanyanya.

"Aku tidak tau. Tapi tadi saat aku bertemu dengannya dia tengah berjalan bersama Heejin," jawab Chanhee.

"Heejin?" ulang Haknyeon. Chanhee mengangguk menjawab.

"Kenapa?" tanya Chanhee.

Haknyeon menggeleng lalu kembali menatap makanan di depannya dan menyantapnya. Ia meletakkan sumpit yang ia pegang di atas piring. Menatap makanan itu tanpa minat, pikirannya berkeliaran kesana-kemari.

Haruskah aku membuang jauh-jauh perasaan ini? Tapi aku sudah coba dan itu tidak mudah. Susah sekali rasanya membuang jauh perasaan yang gila ini. Bagaimana ini?

Haknyeon menghela napas lalu membawa mangkuk yang berisi makanan itu ke dalam kulkas. Mendinginkannya agar tidak basi. Setelah meletakkan makanan itu ke kulkas, ia berjalan kembali ke kamarnya dan mengambil baju dari dalam lemarinya lalu menuju ke kamar mandi. Ia berniat berendam dengan air panas untuk merelaksasikan pikirannya.




Trapped [Sunhak] ✓Where stories live. Discover now