Chapter 1. Pintu
Ibuku adalah seorang wanita yang super sabar. Tidak ada sesuatu yang mampu membuatnya naik pitam kecuali satu hal. Kalau aku melakukan hal itu,beliau akan berteriak dengan mimik wajah yang menurutku sangat menakutkan.
Dan seperti hari hari sebelumnya. Setiap pukul delapan malam ibu selalu duduk di kursi dekat pintu rumah. Matanya menatap luar pintu dengan pandangan yang tak pernah kupahami.
Waktu telah menunjukkan pukul 00.30 WIB, dini hari. Kulihat ibu sudah tertidur di kursi itu. Pelan-pelan kututup pintu rumah. Seketika itu ibuku berteriak, "Jangan tutup pintunya, biar saat ayahmu pulang tidak usah membuka pintu!" Aku tersenyum perih karena sudah 5 tahun berlalu ayahku bak hilang ditelan bumi. Tak pernah berkabar apalagi pulang. Dan aku pun harus menunggu lagi. Menunggu ibu benar benar terlelap agar aku bisa menutup pintu dan menggendong tubuh kurus ibuku ke tempat tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PENTIGRAF (One Shoot)
Short StoryHanya beberapa kata yang kutulis tentang Cinta, dan kehidupan sehari hari