Chapter 12. Parsel
Kulihat Mayor Tohari sedikit resah, rencana untuk mudik ke Jawa gagal karena Corona. "Kangen sama orangtua ya ndan." Tanyaku. Dia tersenyum dan menjelaskan bahwa kedua orangtuanya telah tiada, namun dia merindukan seseorang yang baginya sudah seperti ibu. Aku sebenarnya juga merindukan ibuku, sudah empat tahun ini ibuku pensiun dan hidup sendiri. Ayah telah tiada dan aku putra tunggalnya berdinas ke luar pulau.
Dalam keadaan resah pun Mayor Tohari tetap tampak berwibawa, sudah lama aku mengagumi kepemimpinannya. Tegas, jujur, dan selalu mengayomi anak buahnya. Dia memanggilku ke ruangannya ingin minta tolong mengirimkan parsel. "Tolong ini kamu paketkan. Alamatnya aku kirim lewat wa" pintanya.
"Siap." Jawabku seraya bergegas mengambil parsel itu.Sesampai di JNE aku mengamati isi parsel, beberapa kain, selendang, sembako, dan kue kering. Semua barangnya bagus-bagus, mungkin dia mengirimkannya untuk orang yang sangat istimewa. Ketika menuliskan alamat dan tujuan pengiriman, aku kaget. Kok itu nama dan alamat ibuku? Ibu...aku jadi makin kangen padanya, Ternyata kasih sayangnya dalam membimbing murid-muridnya sangat tulus sehingga melekat kepada sanubari muridnya. Aku bangga jadi anak guru. Sepulang dari JNE, kusenandungkan lagu untuk ibuku. Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru...
KAMU SEDANG MEMBACA
PENTIGRAF (One Shoot)
Short StoryHanya beberapa kata yang kutulis tentang Cinta, dan kehidupan sehari hari