23 - Surabaya (1)

357 34 6
                                    

"Jadi gimana? Kalian setuju?"

Arjuna dan Yulia kompak melihat ke arah Zahra. Tak lama, mereka juga saling melihat dan menganggukkan kepala. Keduanya sama-sama pasrah dengan apa yang akan dipersiapkan oleh kedua belah pihak dari keluarga mereka.

Zahra dan Alvin sudah membicarakan ini selama mereka berada di pesantren. Kemarin malam, mereka kembali dan langsung menghubungi Arjuna dan Yulia agar datang hari ini.

Akad kedua sekaligus resepsi mereka akan dilaksanakan 1 bulan lagi. Segala persiapan akan diurus oleh keluarga. Sedangkan pengantinnya diberi kebebasan untuk mengerjakan pekerjaan mereka di Surabaya.

"Tapi mah, kami kan disana cuma 1 pekan. Kenapa gak dibicarakan waktu kami sudah pulang, sih?" Tanya Arjuna dengan raut jengkel. Mood Arjuna seketika hancur saat Zahra membicarakan resepsi pernikahannya dan Yulia. Bukan karena dia membenci Yuli, dia hanya belum siap harus berhadapan dengan situasi itu.

Jeda beberapa detik, dengan tatapan matanya yang tajam, Zahra membalas raut kesal Arjuna.

"Kamu itu kalau kerja suka lupa waktu Jun. Bisa aja kan kamu mengajak istrimu kerja sampai sebulan lamanya. Jadi, jika hal itu terjadi, sepulang kalian dari sana, acaranya bisa langsung dimulai. Ingat ya, jangan lebih dari satu bulan, kalau bisa lebih cepat sedikit, biar Yulia gak terlalu capek"

Mata Arjuna memasang kilatan kecewa mendengar Zahra terdengar sangat memperdulikan Yulia.

"Kenapa Yulia aja yang mama khawatirkan? Jadi, Juna enggak penting capek atau enggaknya?"

"Kamu kalau capek kan bisa dipijitin istri, kalau Yulia yang capek, pijitan kamu gak enak.."

Yulia tertawa mendengar ejekan Zahra terhadap Arjuna. Apalagi saat wajah pria itu terlihat sangat kesal karena Zahra tidak memperdulikan keadaannya.

• • •

Sore harinya, Yulia dan Arjuna pergi ke bandara dan terbang ke Surabaya. Hanya mereka berdua, kali ini Arya atau siapapun tidak ikut serta.

Sikap dingin yang Arjuna tampakkan pun sudah bisa ia kendalikan, Yulia berhasil membuat Arjuna melupakan sejenak segala pikirannya tentang Alana.

"Kamu tau gak, mbak. Proyek ini banyak banget hambatannya. Setelah desas-desus pembuatan produk ini didengar oleh para pesaing, kita disangka ingin mencari gara-gara sama mereka." Ungkap Arjuna saat mereka di dalam pesawat. Tangan Arjuna bertengger merangkul Yulia yang menyenderkan kepalanya di pundak kokoh Juna. Pria itu menikmati aroma khas Yulia yang segar dan sesuai dengan seleranya. Yulia memang sengaja memakai parfum pilihan Arjuna. Tidak berlebihan, jika berdekatan seperti ini baru akan terasa. Hal itu tentu saja atas paksaan Arjuna.

Mereka berdua memang berbeda. Jika yang lain bisa saling dekat karena ada cinta diantara keduanya. Mereka justru bisa bermesraan meskipun belum sepenuhnya memiliki cinta itu. Kata 'sahabat' yang menjadi tolak ukur dua sejoli itu untuk tetap seperti ini.

"Oh ya? Terus gimana? Gak heran sih kalau perusahaan berjaya seperti Rasega ini banyak yang gak suka. Tapi Jun, Lo harus hati-hati juga loh. Kalau udah urusan bisnis gini ribet dah. Sekali gak suka atau merasa terancam. Orang-orang dengki itu bisa sampai membahayakan"

Arjuna sama sekali tidak terpengaruh dengan apa yang dikatakan Yulia. Arjuna percaya bahwa Allah pasti tidak akan membahayakan keselamatan hamba-Nya yang bertawakal. Meskipun nantinya akan terjadi, Arjuna yakin itu adalah ujian keimanan saja. Arjuna memang tak pernah mengalami itu secara langsung, karena perusahaan pun berada ditangannya baru dua tahun terakhir ini. Alvin dulu juga tidak terlalu mengalami kontroversi yang menegangkan. Jadi tak ada alasannya untuk bertingkah paranoid

ARJUNA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang