A/N: Siapa kangen Ghilman? Kasih daaaaah~
*****
Lasha tak bisa konsenterasi terhadap dokumen berbahasa Jerman yang sedang tampil di layar komputernya. Dilihatnya teman sekantornya, Ghilman, baru saja balik dari mengambil air di dispenser. Sudah beberapa hari Lasha kesulitan tidur akibat pertemuannya dengan Raeshangga. Sekarang kepalanya terasa migrain.
Ia kemudian berjalan ke arah pantry dengan membawa mugnya untuk mencari obat sakit kepala. Jalan menuju pantry, pasti Lasha harus melewati meja Ghilman. Diliriknya perlahan lelaki yang sedang sibuk mengetik di laptop.
"Kenapa, Las?" tanya Ghilman seraya menoleh ke arah Lasha.
Aduh! Ghilman sensitif banget sama aura orang apa gimana sih, cepet banget dia sadar kalo daritadi ada yang pengin nyamperin dia!
Lasha sebenarnya pengin cerita ke Ghilman, tapiii dia juga bingung, perlu cerita atau nggak?
"Hee... nggak pa-pa. Gue mau ke pantry. Sakit kepala gue," jawab Lasha begitu saja kemudian ngeloyor ke pantry.
Setelah mengaduk-aduk kotak P3K dan menemukan obat sakit kepala, Lasha langsung menenggaknya dan kembali ke mejanya. Tentu saja rasa sakit itu nggak langsung hilang. Maka Lasha mengistirahatkan badannya sebentar dengan menyandarkan punggung serta kepala di sandaran kursi. Mengatur napasnya sambil memejamkan mata.
"Las, Bu Dania kemana?" suara Ghilman memecah keheningan. Lelaki itu sudah berdiri di samping mejanya.
Lasha langsung membuka mata dan melihat ke arah ruangan bosnya, Dania, yang pintu ruangannya terbuka lebar.
"Masih meeting kayaknya. Kenapa? Mau minta tanda tangan?"
"Iya, tapi Sari nggak ada di tempat." Sari yang dimaksud adalah adminnya Bu Dania.
"Mungkin lagi pumping. Taro sini aja, nanti gue kasih ke Sari kalo dia balik. Lo pasti mau turun ngerokok kan?" Lasha menebak-nebak setelah melihat jam di layar laptopnya. Udah jam setengah dua belas, biasanya sekitar pukul 11:45 Ghilman dan teman-teman cowoknya akan turun ke lobi untuk merokok sebelum makan siang.
Ghilman manggut-manggut tanda mengerti dan menitipkan map biru yang berisi dokumen yang baru di print kepada Lasha.
"Sakit, Las?" tanya Ghilman tak langsung cabut dari meja Lasha.
"Nggak sih, cuma migrain dikit. Tapi ini udah mulai reda setelah minum obat kok."
"Kecapekan?"
"Kurang tidur mungkin... eh, Man..."
Ghilman menaikkan kedua alisnya mendengar Lasha seperti mau memulai pertanyaan diluar topik migrain.
Lasha jadi teringat pembicaraannya Hangga waktu di acara nikahan Ghilman. "Lo cerita-cerita apa ke Hangga, soal curhatan kerjaan gue? Kok dia tau sih gue suka misuh-misuh jadi interpreter?"
Ghilman mengerutkan kening, agak lupa mungkin. "Hmm lupa. Banyak sih yang gue ceritain ke dia tentang lo."
Lah, lah? Gimana?
"Ngapain deh lo cerita-cerita gue ke dia?" tanya Lasha keheranan.
"Ya kalo ketemu dia kan banyak obrolannya. Salah satunya pembahasan elo. Ya kadang dia nanyain kabar lo duluan sih."
Hangga masih nanyain kabar?
"Makan siang bareng yuk! Kebetulan gue mau makan siang sama Athaya juga hari ini di food court gedung sebelah," ajak Ghilman tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Strange Playlist (#2)
Romance"It's Funny How Music Could Be A Time Machine" Setiap orang pasti punya keinginan untuk merubah keputusannya agar punya masa depan yang lebih baik. Kalau Lasha diberi kesempatan itu, ia akan belajar lebih giat untuk masuk sekolah yang diincarnya, le...