AnakPakRashid
Las, aku udah di depan nih
Lasha membaca SMS dari Raeshangga, lalu segera keluar dari rumahnya dan mencari-cari Raeshangga sepanjang jalan. Tidak ada siapa-siapa. Kemana dia? Ternyata Raeshangga ada di ujung jalan, ia kemudian mengadahkan tangannya untuk menyapa Lasha. Ngapain coba?! Bukannya nunggu di depan rumah Lasha aja! Lashapun langsung menyuruhnya ke rumah. Tau apa yang dilakukan Raeshangga kemudian? Dia mendorong motornya dengan kaki sampai rumah Lasha! Iya, mesinnya dimatikan! Aneh banget kelakuannya!
Lasha yang keheranan dengan kelakuan Raeshangga langsung bertanya-tanya, "Kenapa nggak dinyalain mesinnya sih?"
"Takut berisik, kedengeran sama orang tua kamu nanti," jawabnya cengengesan.
Gelak tawa Lasha pecah seketika. "Geer aja! Kan motor yang lewat sini bukan kamu doang!"
Hari itu Raeshangga memakai kaus lengan ¾ warna putih dengan warna biru di bagian lengannya, celana jeans, dan sepatu converse biru tua. Rambutnya seperti baru habis dicukur.
"Ya kan aku mau bawa pergi anak perempuan satu-satunya. Ntar aku dikeroyok lagi sama ayah, kakak, dan adik kamu."
Lasha tertawa lagi. "Ya nggak lah! Makanya, kenalan dulu yuk bentar?"
"Shanaz, bentar dulu. Aku mau kasih tau sesuatu," Raeshangga menahan Lasha. Kemudian melanjutkan, "Kamu jangan ketawa-ketawa gitu, lama-lama tulang kakiku ini nggak kuat nopang badan saking lemesnya denger kamu ketawa. Nanti aku nggak bisa ketemu keluarga kamu..."
Asli, mulut Raeshangga bisa banget! "Gombal mulu!" tukas Lasha begitu saja.
"Ih, nggak gombal. Beneran... mau ketemu keluarga kamu aja aku udah gemetaran, denger kamu ketawa lagi. Siksa aja terus!" ucap Raeshangga jujur walau pakai setengah bercanda.
Lasha membalasnya dengan tersenyum dan menarik tangan Raeshangga untuk masuk ke dalam rumah, kemudian memperkenalkan cowok itu ke ibu, ayah, Kak Abi, dan adiknya, Biyas. Raeshangga berusaha menyapa dengan sopan, lalu menunggu Lasha bersiap-siap di ruang tamu sendirian.
Ibu Lasha menaruh segelas sirup di meja dan seperti biasa, dibalas basa-basi, "Aduh, Tante, jangan repot-repot. Sebentar lagi kan mau jalan juga," ujar Raeshangga tidak enak melihat ibunya Lasha menyiapkan minuman untuknya.
"Nggak repot-repot kok, Angga. Diminum, ya!" Ujar ibu Lasha ramah.
"Makasih, Tante."
"Sama-sama. Angga satu sekolah sama Lasha? Sekelas?" ibu Lasha mulai menyecar Raeshangga.
"Iya, Tante. Sekelasnya dulu waktu kelas sepuluh. Sekarang sih udah nggak."
"Ooh... emang IPA atau IPS?"
"IPS, tante."
"Ooh... ya udah, diminum ya! Tante ke dalam dulu," ujarnya berpamitan. Datar. Itu respon ibunya Lasha. Tidak lama Lasha pun sudah siap dengan celana jeans dengan atasan baby doll ditumpuk dengan jaket kulit sepinggang. Gadis itu pun berpamitan dengan keluarganya, Raeshangga pun ikut berpamitan. Dengan halus meminta izin membawa anak gadis mereka pergi. Biasanya kalau anak perempuan satu-satunya, keluarganya suka agak protektif. Tapi ayahnya sih nggak kelihatan protektif, cuma kakaknya yang kayaknya ngescanabis Raeshangga dari atas sampai bawah. Bikin Raeshangga beberapa kali menelan ludah lihat tatapan mata kakaknya.
"Titip Lasha yaa, Angga," ujar ayahnya ke Raeshangga. Raeshangga pun mengangguk sopan dan berpamitan.
"Tadi ibu kamu nanyain aku IPA apa IPS. Kamu boleh kan pacaran sama anak IPS?" tanya Raeshangga ketika Lasha baru saja menutup pagar rumah.
Lasha tertawa kecil. "Emangnya kenapa kalo anak IPS?" tanyanya balik pada Raeshangga sambil mengenakan helm.
"Nanti aku dikira anak nakal atau nggak bisa dapet IPA. Padahal kan anak IPS belum tentu nggak lebih pintar dari anak IPA."
"Kamu pintarnya emang di IPS kok."
Raeshangga cengengesan karena malu dipuji begitu oleh Lasha.
Lalu Lasha bertanya lagi, "Kalau aku nggak boleh pacaran sama anak IPS gimana?" godanya pada Raeshangga.
"Aku kasih nilai rapot aku ke ibu kamu, biar bisa buktiin kalo aku masuk IPS karena pilihan. Bukan karena nggak bisa masuk IPA!"
Keduanya tertawa bersamaan karena jawaban Raeshangga tadi.
Hari itu mereka memutuskan untuk menonton sebuah pensi SMA lain di Parkir Timur Senayan. Sebelumnya mereka berputar-putar keliling Jakarta dengan motor. Bercanda-tawa dengan jokesyang hanya mereka berdua yang mengerti. Awalnya Raeshangga sempat ragu Lasha dibawa jalan-jalan naik motor, takutnya Lasha model cewek yang repot kalau kena angin. Tapi ternyata Lasha menikmati saja angin yang membelai-belai rambut tebalnya hari itu.
Salah satu band yang tampil sore itu memainkan lagu yang lama milik The Cardigans yang berjudulCarnival. Raeshangga meraih tangan Lasha, mengajaknya berdansa kecil mengikuti beat musik. Awalnya Lasha merasa malu, tetapi akhirnya dia mau-mau saja setelah dirayu Raeshangga.
Menggenggam tangan Lasha rasanya seperti menggenggam kupu-kupu. Jangan digenggam terlalu erat, nanti ia tersakiti. Tapi jangan pula dilepas, nanti ia pergi dan tak kembali. Punggung tangannya lembut, sedang telapak tangannya terasa hangat. Hangatnya itu seperti menjalar melalui darah dan nadi Raeshangga menuju jantungnya.
"Las, tau nggak kenapa aku waktu itu SMS kamu tiba-tiba, nulis lirik Goodnight and Go?" ucap Raeshangga setengah berbisik di telinga Lasha. Tangan kanannya bertautan dengan tangan Lasha dan tangan kirinya berada di punggung Lasha.
Lasha menggelengkan kepala pelan.
"Karena aku nggak mau kamu kayak lirik lagu ini, ' I will never know, cause you will never show.' Aku mau jujur sama kamu, tapi aku takut. Soalnya kita temenan banget, takutnya kamu jadi ngejauh kalau kamu nggak suka sama aku," cerita Raeshangga.
Menggenggam tangan Raeshangga rasanya hangat. Hangatnya itu terasa menjalar ke seluruh nadi Lasha, berakar di jantungnya. Kemudian jantungnya terasa terus berdebar. Lalu debarannya seolah mengganggu kupu-kupu yang bersarang di perutnya. Kini mereka menari-nari dengan gembira.
"Tapi kalo aku nggak kasih tau, kamu nggak akan pernah tau."
Senyuman di bibir Lasha mengembang.
"Las, aku nggak tau kita ke depannya gimana. Aku juga nggak bisa janjiin apa-apa sekarang. But for now, i just want you to know that... Aku mungkin manusia paling gombal dan nyampah buat kamu, but i don't do bullshit to you."
Tuhan, bisa tolong suruh kupu-kupu di perut berhenti menari? Lasha lama-lama nggak kuat kalo mereka terus merespon sentuhan atau ucapan Raeshangga dengan cara seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Strange Playlist (#2)
Romance"It's Funny How Music Could Be A Time Machine" Setiap orang pasti punya keinginan untuk merubah keputusannya agar punya masa depan yang lebih baik. Kalau Lasha diberi kesempatan itu, ia akan belajar lebih giat untuk masuk sekolah yang diincarnya, le...