6 - TIME TURNER PLAYLIST TRACK #2

5.6K 812 19
                                    

Now playing: Oh, It's Love – Hellogoodbye

Apa yang akan kamu lakukan jika kamu punya kesempatan untuk memutar waktu dan mengubah takdir? Setiap orang pasti pernah membuat kesalahan dalam hidup bukan? Kesalahan yang membuat kita amat menyesal dan berharap, "Andai aku dapat memutar waktu..."

Bagi Lasha, kesalahan terbesarnya adalah membuang seluruh masa remajanya dengan seorang Raeshangga Rashid. Membuat dirinya terlalu bergantung pada cowok itu. Raeshangga bukan hanya seorang pacar bagi Lasha. Dia adalah orang yang pertama Lasha cari untuk berbagi cerita, berbagi perasaan yang sedang dirasakannya, dia adalah sahabat, dia seperti separuh diri Lasha. Maka ketika Raeshangga berjalan menjauh darinya dan tidak menoleh lagi, ada lubang dalam hatinya yang selalu gagal diisi dengan orang lain. Karena hatinya terlalu terbiasa dengan keberadaan Raeshangga. Saat itu Lasha bukan hanya kehilangan seorang kekasih, tapi juga seorang sahabat.

Dan ketika ia mendapatkan kesempatan untuk mengulang waktu, ia tak ingin lagi membiarkan dirinya jatuh pada sosok Raeshangga. Sejak dini ia berusaha menghindari sosok Raeshangga. Karena berteman dengan Raeshangga, seperti membaca buku yang sudah dibaca. Sudah tahu akhirnya akan seperti apa.

Maka berdirilah ia kini di sekolah barunya. Sekolah yang berbeda. Tidak ada Raeshangga. Seperti buku baru dengan kertas-kertas yang masih bersih. Siap ditulis dengan kenangan-kenangan yang baru. Dilihatnya namanya di sebuah kertas berisi daftar murid dan kelas masing-masing. Kelas Lasha adalah kelas X-2. Letaknya agak di pojok. Siapa yaa kira-kira yang akan menjadi teman duduknya? Dulu teman sebangku pertamanya adalah Raeshangga. Ah, Raeshangga lagi... Lasha jadi teringat perkenalannya dengan Raeshangga dulu. Berawal dari teman duduk saat masa orientasi, berakhir menjadi teman baik. Raeshangga yang ramai, lucu, suka bertingkah aneh, ekspresif, dan dapat membuatnya tertawa. 

Semoga sejarah tidak terulang lagi! Untung saja hari pertama sekolah, ia bebas memilih tempat duduk dan ia memilih duduk sebangku dengan seorang anak perempuan bernama Rani. Rani menjadi teman pertamanya di sekolah ini. 

Pokoknya Lasha sudah berjanji, nggak akan membuang-buang waktunya lagi untuk terlalu dekat dengan satu orang! Dia nggak akan membuka dirinya terlalu dalam pada satu orang. Satu hal yang ia pelajari setelah dewasa. Orang datang dan pergi. Kita harus bisa bertumpu pada diri sendiri, karena pada akhirnya kita semua akan sendiri. 

Daripada fokus dengan cari pacar, lebih baik dia mulai menyusun strategi untuk masuk ke perguruan tinggi negeri. Mulai dari kelas satu jauh lebih baik kan? 

****

Baru dua-tiga bulan di sekolah baru, Lasha lebih senang bersembunyi di perpustakaan saat istirahat. Buku-buku fiksi di sekolah ini lebih lengkap dibanding sekolahnya yang dulu. Perpustakaannya beralaskan karpet dan difasilitasi oleh AC, sehingga kalau masuk harus lepas sepatu dan hawanya sejuk sekali. Mejanya pun ada yang meja kopi, sehingga bacanya duduk di lantai karpet, ada juga yang meja tinggi untuk duduk di kursi. Sehingga kalau mau bersembunyi diantara rak buku jadi lebih nyaman.

Hari itu, ketika Lasha sedang membaca buku tentang kisah Mahabarata, seseorang menghampirinya dan bertanya, "Ngikutin Mahabarata juga?"

Lasha langsung menoleh ke arah sumber suara tadi. Ada seorang anak laki-laki berdiri di samping rak buku, memandang ke arah Lasha. Mata kecilnya dibingkai oleh kacamata. "Lumayan suka... dulu pernah nonton..." eh, film India yang bercerita tentang Mahabarata itu kan kayaknya baru ada tahun 2013 apa 2014 gitu ya? "Nonton... wayang. Tapi karena nggak paham-paham banget bahasa Jawa, jadinya penasaran pengen baca ceritanya hehehe."

"Udah sampai perang baratayudha?" tanya cowok itu lagi yang kini duduk di samping Lasha.

"Belum. Masih jauh perjalanan ke sana," jawab Lasha lengkap dengan seulas senyum di bibirnya. "Suka Mahabarata juga?" tanyanya bisik-bisik. Mereka nggak bisa ngomong seperti biasa karena sedang di perpustakaan.

"Setelah baca jadi suka. Guru Bahasa Indonesia gue pas kelas satu, Bu Sri, tiap bulan nyuruh bikin ringkasan dari buku perpustakaan yang dibaca. Jadi setiap bulan kita dibiasakan baca buku. Nah gue sempat lihat buku itu, tebal sih tapi kayak menarik aja perang-perangan. Dan ternyata karakter-karakternya menarik."

Lasha malah salah fokus, seru abis dapet guru Bahasa Indonesia kayak gitu! Di tahun 2000 belasan, anak muda harus makin terbiasa baca! Biar otaknya terbiasa mengolah kata, nggak gampang kena hoax, giliran suruh bikin Business Requirement Specification atau email atasan struktur bahasanya ngaco dan berantakan.

"By the way, gue Dinan. Sebelas IPA satu," bisiknya sambil menyodorkan tangan.

Lasha menyambut sodoran tangannya dan membalas, "Lasha, sepuluh dua."

***

The Strange Playlist (#2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang