20

2.5K 238 6
                                    

Naruto menguap lebar ketika turun ke lantai satu, ingin mengambil air putih. Di depan meja ada ayahnya sedangkan Naruko sedang menata piring di rak, Naruto bergegas mengambil air dan hendak beranjak ke kamarnya sebelum suara ayahnya menginterupsi langkahnya.

"Naruto," panggil Minato yang hanya dijawab gumaman.

"Kemari sebentar, ayah ingin bicara. Naruko juga." Naruto melirik ayahnya yang menatap layar laptop dengan malas. Ia dengan setengah hati berjalan menuju ayahnya bersama Naruko.

Minato mengetik sesuatu sebentar sebelum menarik tangannya dan menatap kedua putra-putrinya ini.

"Sebelumnya Naruto, kamu belum mengenal tunangan Naruko bukan?" tanya Minato yang membuat Naruto mengernyitkan dahi. Sungguh, kalau saja persoalan pertunangan Naruko tidak dibicarakan, ia akan lupa kalau saudaranya itu sudah memiliki pasangan.

"Un." Jawab Naruto.

"Sebelumnya kamu tidak datang ke pertemuan mereka. Tidak baik rasanya kalau kamu tidak mengenalnya. Naruko, bawa calon tunanganmu ini ke rumah untuk bertemu Naruto." Ucap Minato tanpa nada yang segera diangguki dengan semangat oleh Naruko.

"Itu saja?" tanya Naruto. Ia tidak begitu tertarik sebenarnya dengan urusan Naruko maupun Minato. Namun, mengingat ini berhubungan saudara sedarahnya, ia tidak dapat menolak dengan mudah.

"Ya."

"Kalau begitu aku akan ke atas."

"Selamat malam Naru chan~" ucap Naruko dengan senyum manisnya. Naruto hanya membalas dengan senyum kecil dan melangkah menuju kamarnya.

Naruto menghempaskan dirinya menuju tempat tidur dan meraih boneka rubah yang ia tempatkan diatas dadanya.

Pikirannya mengembara. Masalah utama yang sedang dipikirkannya adalah pekerjaan yang dihentikan Tsunade secara sepihak, bahkan neneknya itu melarang Naruto datang ke markas dengan alasan harus fokus ke sekolah.

Naruto menyampingkan masalah itu dan pikirannya sekarang melayang ke arah sosok Sasuke. Naruto tidak tau harus menyebut Sasuke itu seperti apa. Selama ini Naruto hanya berpikir Sasuke mencari teman, karena itu dia memperhatikannya, Naruto sekarang sadar setelah di goda Kiba dan Choji. Sasuke itu terlalu intim dengannya, dia bertindak seolah-olah mereka bersahabat atau lebih, chat nya dengan Shikamaru juga mengusiknya. Ia bingung kenapa rambut nanas itu mengiriminya pertanyaan itu.

Naruto menatap boneka rubahnya, ia mengernyitkan dahi dan duduk. Ia menutup mata yang berkilau shappire miliknya.

"Aku tidak bisa menuduhnya, aku akan mengamatinya."

"SIALAN!!" Naruto memekik dipagi hari. Ia bergegas menuju kamar mandi dan bersiap ke sekolah secepat mungkin.

"Sepuluh menit lagi," gumam Naruto setelah mengecek jam di tangannya, ia bergegas keluar dengan berlari secepat mungkin. Yah, dia kesiangan.

Tidak masalah sebenarnya siswa secerdas dia masuk jam berapapun namun yang mengerikan adalah petugas kesiswaan yang berjaga didepan gerbang. Jika dia tidak beruntung, Naruto akan mendapat wanita dengan rambut bergelombang yang mulutnya seperti bebek, tidak mau berhenti berceloteh dan mencatat namanya besar-besar di buku kesiswaan. Dia pernah sekali mendapatkannya yang berujung ke pemanggilan orang tua.

Tidak ada bus yang akan datang di jam ini, Naruto menggertakan giginya dengan gemas dan mulai berlarian lewat gang-gang berliku. Untung pengalaman menjadi Assasain membuatnya dapat mengatur nafas dengan baik. Naruri tiba disekolah dan gerbang telah ditutup. Ia telat sekitar lima menit.

"Sialan sialan, mimpi apa aku semalam?!" Naruto mengacak surai pirangnya frustrasi. Jika tidak masuk maka dia akan dianggap membolos. Tentu saja Naruto tidak mau mengulangi sikapnya, tapi kalau dia masuk pasti si bebek itu akan mengoceh padanya.

NO ONE LOVE ME [SASUNARU]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora