Chapter 34

32.8K 2.9K 205
                                    

Tom sudah selesai dioperasi oleh tenaga medis yang bekerja di markas Darkest Clan Russia semalam, Dokter Vino belum sampai ke sini. Tom masih belum boleh banyak bergerak tapi dia terus memaksa untuk bangun dan ingin menghubungi Alana.

“Sialan Tom, kau ingin mati?! Jahitan operasimu belum kering dan aku ingatkan sekali lagi!” bentak Jordan yang memang sudah kelewat kesal. Dia nyaris gila mengatasi sifat keras kepala Tom.

“Peluru itu nyaris mengenai jantungmu! Kau nyaris mati, Tom, NYARIS MATI!!!” bentak Jordan, memaksa Tom kembali berbaring.

“Aku ingin bertemu Alana...,” kata Tom pelan.

“WANITAMU TIDAK AKAN KEMANA-MANA! KESELAMATANMU LEBIH UTAMA SEKARANG, KALAU KAU MATI, BAGAIMANA KAU MENEMUINYA?!” suara Jordan menggema di ruang rawat tersebut, membuat Tom semakin pusing mendengar teriakannya.

“Bisakah kau berhenti berteriak. Kau membuatku semakin pusing,” kata Tom, sambil memijit pelipisnya.

Bagaimana Jordan tidak kesal? Tom sudah mau turun dari ranjangnya dan memaksa untuk pulang ke Boston, menemui Alana. Padahal saat itu dia baru saja menyelesaikan operasi, baru keluar dari ruangan operasi dan baru sadar. Tom memang sudah gila, tidak bisa berpikir jernih lagi.

“Apa... dia baik-baik saja?” tanya Tom, Jordan mendengus.

“Kau mengurungnya di kamarmu memangnya dia bisa ke mana?” tanya Jordan balik, Tom menatapnya malas.

“Panggil Kevin masuk, kau keluar!” usir Tom sambil mengibas-ngibaskan tangannya.

“Kau mengusirku?” tanya Jordan.

“Kau berisik! Kepalaku sakit!” balas Tom, giliran dia yang kesal.

Jordan lalu keluar dan memanggil Kevin masuk ke dalam. Kevin langsung masuk dan menghampiri Tom. “Bagaimana? Kau baik-baik saja?” tanya Kevin, khawatir.

Tom tersenyum lemah. “Tenanglah Kevin, aku baik-baik saja.” jawab Tom.

Kekebalan tubuh Tom lebih kuat dibandingkan orang lain karena dia sudah sering dilatih. Satu peluru yang nyaris mengenai jantungnya tidak membuatnya koma, bahkan saat ini dia sudah mulai bisa menampilkan senyum menyebalkan pada Kevin. Padahal asistennya itu sangat khawatir, Tom memang tidak terlalu peduli dengan tubuh dan keselamatannya.

“Demi Tuhan, jantungku nyaris berhenti ketika melihatmu tertembak. Bagaimana pelurunya bisa menembus bajumu?” tanya Kevin.

Tom menghirup napas sejenak, sebelum menjelaskan pada Kevin. “Dia merancang peluru itu selama satu tahun ini—masa persembunyiannya. Dia cukup pintar mengeluarkan ide itu, peluru itu sudah pasti melalui banyak penelitian dan percobaan. Itu sebabnya dia berani menemuiku. Harusnya aku tahu lebih awal. Apa remaja itu sudah mati?” jelas Tom, sekaligus bertanya.

Kevin menggeleng. “I’m not sure. Tapi menurut informasi, dia tidak sadarkan diri setelah kau melepaskan dua peluru yang bersarang pada tubuhnya. Mungkin dia sedang sekarat atau mati. Tidak ada yang tahu kecuali mereka.” jawab Kevin.

Tom menghela dan menghirup napasnya lagi, dia memang sedang menggunakan tabung oksigen untuk membantu melancarkan pernapasannya. “Apa aku akan dikutuk kalau dia—Vladimir mati?” tanya Tom.

Psychopath's Obsession Where stories live. Discover now