DISCLAIMER: CERITA INI TIDAK 100% SAMA DENGAN METEOR GARDEN DAN BOYS BEFORE FLOWERS!
Sinopsis
Karena kaulah yang akan ku tukarkan dari semua meteor yang ada di langit
-Mingyu
Seperti dirimu, aku juga mempunyai impian dan keinginanku sendiri. Aku ju...
Aku sedang memjiat-mijat bahuku pegal dan menguap. Aku melirik jam tangan dan tersenyum kecil.
Waktu menenangkan pikiran. Mungkin Jaehyun mau menamaniku ke bar. Aku mencoba menghubungi
ponselnya. Tidak ada jawaban. well, tidak aneh. Jaehyun memang jarang menjawab telepon kalau sedang sibuk dengan basketnya itu. dan aku tidak bisa mengajak Mingyu karena dia sedang tidak fit.
Lebih baik aku hubungi ayahnya Jaehyun.
“Yeoboseyo, paman ” sapaku ketika telepon dijawab oleh Jung Il woo.
“Apakah Jaehyun sudah pulang? Aku tadi mencoba menghubungi ponselnya, tapi dia tidak menjawab.”
“Dia tidak ada di sini. Dia pergi menonton pertunjukan, mungkin itu sebabnya dia tidak menjawab telepon.”
“Oh, begitu.”
“Ya, tadi pergi bersama calon menantuku, Chaeyeon.”
Alisku terangkat heran. “Jung Chaeyeon?” bukannya mereka musuh bebuyutan?
“Ya, namanya Jung Chaeyeon.” Suara Il woo terdengar jelas kembali.
“Chaeyeon pergi bersama Jaehyun?” ulangku sekali lagi dengan nada tidak percaya.
“Ya.”
“Dan Chaeyeon pergi atas kemauannya sendiri?” desakku.
“Tentu saja.”
Sepanjang pengetahuanku, Chaeyeon sama sekali tidak ingin berbicara dengan Jaehyun. Bagaimana mungkin ia mau pergi bersama Jaehyun?
“Aneh,” gumamnya.
“Kenapa aneh?”
“Tidak apa-apa, paman. Aku hanya tidak menyangka mereka berteman.”
“Kulihat mereka cukup akrab,” komentar il woo. “Jaehyun bahkan sudah menyetujui pertunangan mereka.”
“Apa?”
“Ya, kau harus datang nanti ya, saat mereka bertunangan, Jungkook?”
“Iya..” aku tidak tahu harus berkata apa.
“Tuan muda.”
Aku menoleh mendengar panggilan itu dan melihat salah satu pelayan berjalan menghampiriku.
“Maaf, paman. Aku harus pergi,” gumamnya di telepon.
Setelah itu aku menutup telepon setelah menunggu balasan setuju dan berbalik kearah si pelayan. “Ya, Bibi. Ada apa?”
“Ada yang mencari anda, Tuan,” kata si pelayan. “Dua wanita tuan, karena tadi saya lihat tuan sedang menelpon, saya memintannya menunggu di ruang tamu.”
“Baiklah, terima kasih bi,” kataku kepada si pelayan. Kemudian aku pun bangkit dari tempatku duduk dan berjalan menghampiri tamu itu.
Dua sosok wanita sedang membelakangiku aku tahu salah satu diantara mereka, tapi wanita satu lagi yang berambut agak pirang dan postur tubuh lebih tegap dari wanita di sampingnya membuatku mengerutkan kening berpikir.
Setelah melihat wajah mereka berdua dengan jelas, aku segera tersenyum lebar dan memeluk wanita berambut pirang itu, “Rose! Astaga, sudah lama sekali. Apa kabar?”
“Jungkook,” balasnya dan balas memelukku. “Aku baik-baik saja. Kulihat kau masih sama seperti dulu.”
Baru saja aku melepas pelukanku, tatapanku beralih pada wanita yang sedang memegang sebuah bingkisan dan menatapku dengan tatapan heran.
“Eunha? Ada apa, malam-malam begini?” tanyaku spontan.
“Hmm,,,aniyo aku hanya ingin mengantar ini, ini cake resep terbaru dari café. Kata Chaeyeon, kau juga harus mencobanya.” Ucapnya terlihat gemetar sambil menaruh bingkisan itu di atas meja.
“Iya, nanti pasti aku akan mencobanya.”
“Kalau begitu, aku pergi dulu. Kurasa kau harus melayani tamumu.” Ucapnya sambil menoleh gadis di
sampingku, lalu beranjak pergi dan menghilang dari pandanganku.
Ketika aku menoleh ke arah Rose, aku tersadar sesuatu, tanganku masih bertengger di pinggang gadis itu. Aku segera paham mengapa Eunha bersikap seperti itu, dengan lembut aku membebaskan
tanganku.
“Hai, astaga. Rose, kau terlihat sangat berbeda,” balasku sambil mengamatinya dari ujung kepala sampai
ke ujung kaki. “Dengan kulit seputih susu itu, kau lebih mirip seorang dewi daripada seorang model.”
Rose tertawa. “Kau memang mahir dalam urusan merayu wanita. Aku menghabiskan tiga tahun terakhir di Aussie, apa yang kauharapkan?”
“Ya, sudah lama ternyata. Kurasa banyak yang bisa kau ceritakan tentang apa yang sudah kau lakukan selama ini,” kataku. “Kau punya acara lain malam ini? Kegiatanku sudah selesai dan kita bisa ke bar sambil mengobrol kalau kau mau.”
Rose merentangkan tangan dan tersenyum lebar, menunjukkan giginya yang putih. “Aku memang datang kesini berharap ditraktir.”
“Beberapa hari yang lalu,” sahutnya sambil berjalan mengikutiku. “Kuliahku di Aussie sudah selesai, jadi
mulai sekarang aku akan mulai bekerja di kantor Seoul.”
“Begitu,” gumamku sambil mengangguk-angguk.
“Bagaimana kabar Mingyu?”
“Dia sedang tidak enak badan hari ini, jadi dia tidak masuk tadi,” sahutku.
“Dan temanmu yang manis?”
Berpikir tentang temanku membuatku tersenyum.
“Jaehyun? Di sangat baik. Masih sibuk dengan kuliah
dan basketnya.”
“Apakah dia sudah menikah?”
Ada sesuatu dalam nada suara Rose saat itu yang membuatku penasaran, “Belum. Kenapa?”
“Tidak apa-apa, aku hanya bertanya-tanya apakah dia masih menungguku,” sahutnya, lalu tertawa kecil,
“Karena dia pernah memintaku menikah dengannya sebelum aku berangkat ke Aussie.”
“Apa?!”
Rose menatapku dengan alis terangkat bertanya. “Kau tidak tahu?”
***
Sekembalinya aku dari bar bersama Rose, aku melihat Eunha berdiri di depan rumahku.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
“Ada apa lagi?” tanyaku tanpa basa-basi, aku yang melihatnya masih terdiam sambil menggigit bibirnya pun merasa kesal dan segera
melewatinya sambil berkata, “Jika tidak ada lagi yang ingin kau bicarakan, silahkan pergi”
“Aku… aku punya tujuan kesini.”
Aku sontak berbalik dan menatapnya, “Apa?”
“Maukah kau berkencan denganku?” tanyanya dengan satu tarikan napas.
“Hah? Kencan? Kita sudah pernah melakukannya, bukan?”
“Bukan kencan yang palsu, tapi nyata.” Ucapnya sambil menunduk.
“Eunha-ssi, apa kepalamu habis terbentur sesuatu atau..”
“Aku tidak bercanda,” selanya. “Aku… aku menyukaimu.”
Aku menatap menerawang. Rasanya seperti devaju, mengingatkanku pada seseorang empat tahun silam.
“Terima kasih, tapi aku punya persyaratan bagi gadis yang ingin berkencan denganku?”
“Syarat?”
“Pertama, aku tidak berkencan dengan gadis baik-baik, kedua aku tidak ingin berkencan dengan gadis bodoh dan yang ketiga, aku benar-benar tidak suka dengan gadis yang mengenal dengan baik teman-
temanku. Kau tentu tahu, semua itu ada pada dirimu, kan? Jadi, jawabanku tidak.”
“Jungkook-ah…”
“Kau bisa berbalik dan pergi dari sini sekarang juga.”
Aku masih tidak ingin memandangnya, sampai aku melihat bayanganya menghilang dari pandanganku.
Maafkan aku, eunha. Kau pantas mendapatkan laki-laki yang lebih baik daripada aku, aku tidak ingin kejadian empat tahun yang lalu, terulang kembali. Aku tidak ingin menyakitimu.