Bagian 2 : What!

218 17 0
                                    

"Rangga jangan gangguin gue!" Gertak si primadona, Sasya. Wanita yang masih mengenakan seragam putih abu-abu itu begitu kesal karena ulah Rangga. Bayangkan saja jam istirahat yang seharusnya ia rayakan penuh suka cita mendadak menyeramkan sejak kedatangan Rangga ke kelas Sasya. Pria yang mengaku badboy itu dengan percaya diri duduk di bangku sebelah Sasya sembari terus memandangi wajah Sasya. Risih?Tentu saja!

"Gue nggak gangguin lo, orang gue cuma duduk." Ujar pria itu santai. Tanpa rasa bersalah pria itu malah mengunyah permen karet di hadapan Sasya.

"Kalau lo pikir, lo itu ganteng pas ngunyah permen di hadapan gue lo salah! Muak gue sama lo." Sinis Sasya.

Rangga mendengus pasrah. Begitu buruknya kah dia di mata Sasya sampai wanita itu tak sudi jadi kekasihnya?

"Apa susahnya sih Sya nerima gue jadi pacar lo? Kayaknya lo benci banget sama gue, emangnya gue salah apa ke elo?" Tanya Rangga. Serangkaian kata itu membuat Sasya kicep, kini dirinya bingung harus bilang apa.

"L...o nggak salah apa-apa Ngga ... Cuma gue emang nggak suka sama lo." Finish! Kata itu lagi muncul dari mulutnya membuat Rangga muak. Itu kalimat yang sama seperti 10 bulan yang lalu. Jika dipikir-pikir bukankah waktu 10 bulan bisa merubah benci menjadi cinta? Terbuat dari apakah hati keras Sasya?

"Kasih gue kesempatan please!" Ujar Rangga. Ia memegang tangan Sasya erat, ah lebih tepatnya menggenggam. Sekarang Rangga tidak nampak seperti badboy meskipun bajunya tak dimasukkan, sekarang ia terlihat seperti bucin.

"Gue nggak bisa." Ujar Sasya.

"Kenapa?" Tegas Rangga.

"Aku nggak suka sama kamu." Ucap Sasya.

"Gue bisa bikin lo jatuh cinta sama gue." Ujar Rangga.

"SORRY." Ucap Sasya.

"Gue ngerti." Rangga melepaskan tangan Sasya berat. Ini mungkin ke 100 kalinya ia ditolak oleh Sasya. Kenapa cinta sebodoh itu?

Rangga perlahan meninggalkan bangku Sasya dan enyah dari kelas itu. Pikirannya kesal karena tahu bahwa Sasya belum menyukai dirinya. Padahal dia ganteng dan juga tenar. Lalu apa yang kurang?

"Rangga!" Pekik seseorang yang entah sejak kapan berada di hadapannya.

"Minggir," Dingin Rangga.

"Nggak mau, Rara mau ngobrol sama Rangga." Ujar seseorang itu yang notabenenya adalah perempuan.

"Minggir gue bilang!" Bentak Rangga. Nyali perempuan itu menciut apalagi dirinya dihadiahi tatapan kasihan dari siswa dan siswi yang tak sengaja melihatnya.

"I...ya." Rara pun menyingkir dari hadapan Rangga.

Brak!

Rangga dan Rara menjadi pusat perhatian siswa lain saat Rangga menggebrak pintu kelas di sebelahnya. Mereka yang melihatnya bergidik ngeri dan sekaligus terkejut kenapa Rangga marah?  Setidaknya kalimat itu yang mampir ke otak mereka.

Rara menangis tersedu-sedu setelah Rangga pergi meninggalkannya. Ia merasa malu, sangat malu.

"Rara kenapa tuh?"

"Caper sih."

"Udah tau dia bukan tipe Rangga."

"Ganjen."

Rara berlari masuk ke dalam kelasnya. Ia tau sedari tadi banyak siswa yang menatap heran ke arahnya apalagi dengan kondisinya sekarang yang menangis tak karuan. Rara memeluk Sasya erat ketika ia sampai pada tempat duduknya.

"Ra." Sasya kaget setengah mati, pasalnya ia tengah mendengarkan lagu dengan earphone lalu tiba-tiba ada orang yang memeluknya. Untung Rara.

"Sya ... Hiks." Rara makin tersedu-sedu .

"Ra, lo kenapa?" Sasya mendadak cemas. Tidak biasanya Rara menangis seperti ini. Sasya mengusap-usap punggung Rara untuk menenangkan gadis itu.

"Rangga Sya ... Hiks."

"Rangga?" Gumam Sasya sembari mengernyitkan dahinya. Sedetik kemudian matanya membulat.

"Rangga yang bikin lo jadi kayak gini?" Tanya Sasya.

Dan gadis yang bernama Rara itu mengangguk. Sasya menghembuskan nafasnya marah. Ini sudah keterlaluan. Lalu gadis itu mencari si biang onar. Biang dari masalah ini.

"Rangga!" Teriak Sasya ketika ia melihat Rangga di rooftop sekolah. Ia sudah berkeliling tadi, ke kantin, ke kelas Rangga, ke seluruh sekolah. Persetan dengan Rara yang masih menangis tadi.

"Sya ... " Rangga bangun dari acara rebahannya. Ia berjalan menghampiri Sasya.

"Ngapain lo kesini?" Tanya Rangga.

"Mau lo apa sih! Hah! Bisa nggak lo nggak usah kasar ke Rara! Dia itu suka sama lo!" Teriaknya di depan muka Rangga.

Nampak bahwa pria itu sedikit terkejut. Tapi sedetik kemudian pria itu acuh.

"Rangga!" Teriaknya lagi.

"Terus gue harus gimana Sya? Gue kan nggak suka sama Rara Rara itu." Ujar Rangga. Ia memutar bola matanya malas.

"Ya tapi seenggaknya lo bersikap baik ke dia." Ucap gadis itu.

Rangga mendengus sebal. Terus setiap ketemu Rara ia harus salto gitu?

"Gue bisa bersikap baik ke sahabat lo itu." Ucap Rangga setelah mereka lama terdiam. Ah! Akhirnya Rangga menemukan secercah harapan.

"Nah gitu kan bisa-"

"Asalkan lo jadi pacar gue." Lanjut Rangga memotong ucapan Sasya.

"What!" Pekik gadis itu.

Sedangkan Rangga malah senyum-senyum tidak jelas. Ia gagal fokus dengan paras Sasya, cantik.

"Mau nggak?" Tanya Rangga kemudian.

"Emang nggak ada cara lain apa!" Teriak Sasya bingung.

"Nggak ada sayang."

"Oke! Tapi kita backstreet, gue nggak mau Rara sampai tau soal ini ... Gue minta lo jangan kasarin dia lagi." Ucap Sasya pasrah.

"Oke, mulai saat ini lo pacar gue." Ujar Rangga.



Rangga SasyaWhere stories live. Discover now