Bagian 4 "Tumbang."

135 12 0
                                    

Meskipun cuaca sedang terik-teriknya, dua orang siswi tengah hormat dibawah tiang bendera. Keringat bercucuran dari wajah mereka dan jangan tanyakan mereka siapa, tentu saja mereka Rara dan Sasya. Sasya, si primadona itu mendapat banyak sekali tatapan memuja dari kaum adam. Meskipun mereka masih di dalam kelas, tetapi mereka tidak memperhatikan para ibu/bapak guru yang mengajar. Melainkan melihat Sasya.

"Lo mah enak." Ucap Rara mencebikkan bibirnya. Cuaca panas seperti ini bisa menyebabkan ia kehilangan kulit putihnya.

"Enak matamu!" Sinis Sasya.

"Lihat tu, cowok-cowok pada ngelihatin lo." Ujar Rara.

"Because aku cantik ... " Ucap Sasya terkekeh. Memang benar adanya, dirinya cantik, pintar, punya tubuh yang ideal dan tentunya ia juga punya sikap yang baik. Bagi Sasya, banyak orang yang memandang orang lainnya lewat parasnya, jadi wajar bila ia senang dan bersyukur dengan wajahnya yang cantik.

"Terus maksud Sasya, Rara ini jelek?" Tanya Rara.

"Rara cantik, lebih cantik dari gue." Jawab Sasya.

"Itu baru betul."

"Udah, jangan ngajak gue ngomong nanti kita malah nggak selesai-selesai hukumannya." Ucap Sasya.

Rara-pun mengangguk.

***

Siswa bad yang nggak ketulungan gantengnya itu sedang duduk manis di tempat tongkrongannya. Pikirannya tenang, ia tidak kena hukuman kali ini. Kalaupun ia terkena hukuman karena sering membolos dan ulahnya yang lain ia tidak akan takut. Ia hanya malas berhadapan dengan guru-guru yang menurutnya terlalu serius.

"Rangga." Panggil Vino. Salah satu teman dekat Rangga.

"Kenapa bro?"

"Bolos lagi lo?" Tanya Vino.

"Seperti yang lo lihat." Jawab Rangga enteng.

"Ck! Udah punya pacar lo masih aja nggak berubah." Cibir Vino.

"Pacar gue nggak nglarang gue Vin ... Dia cuma kepaksa pacaran sama gue." Ucap Rangga.

"Aelah! Cemen lo ... Ya lo buktiin dong kalau lo itu beneran sayang sama dia." Ujar Vino.

"Iya, bawel lo."

Vino menggelengkan kepalanya pelan, tingkah laku Rangga dari dulu memang tidak pernah berubah. Padahal ia berharap, jikalau Sasya menerima Rangga perempuan itu bisa membuat Rangga jadi lebih baik.

Ting!

Vino mengeluarkan smartphone-nya dari saku setelah ada notifikasi.

"Hape baru lagi Vin?" Tanya Rangga sedikit melirik tipe hape yang dipegang temannya itu.

"Sasya?" Gumam Vino.

Rangga langsung menatap Vino tajam. Ada apa? Kenapa ekspresi Vino seperti itu?

"Ada apa?" Tanya Rangga.

"Pacar lo mimisan." Jawab Vino menunjukkan foto Sasya yang sedang dikerumuni orang banyak.

Tanpa basa-basi Rangga berlari ke lapangan walaupun jaraknya tidaklah dekat.

"Minggir!" Teriak Rangga ketika ia melihat pacarnya dikerubungi banyaj orang. Lalu bak seorang bawahan, mereka minggir dan memberi jalan kepada Rangga.

"Sya ..." Rangga berjongkok dan mengambil tubuh Sasya dari tangan dan pangkuan Rara. Soal Rara, gadis itu menangis histeris.

"Sya ... Bangun." Ucap Rangga menepuk pelan pipi sang kekasih. Ada yang senang melihat adegan tersebut, tapi ada juga yang memasang wajah tak sukanya. Mereka memotret Rangga dan Sasya. Ya tau sendiri, Sasya adalah primadona dan queen di antara murid sekolah tersebut.

Menyaksikan Sasya yang tak kunjung bangun juga, Rangga akhirnya membawa Sasya ke UKS. Ia membopong tubuh Sasya dan jangan lupakan langkah Rangga yang terburu-buru.

"Rangga sweet banget anjir!"

"Kasihan Sasya."

"Pacar gue kenapa mimisan coba?"

"Rangga kok jadi sweet gitu sih?"

Rangga itu Sasya itu Rangga Sasya Rangga Sasya Rangga Sasya Rangga Sasya Rangga Sasya Rangga Sasya Rangga Sasya Rangga Sasya Rangga Sasya Rangga Sasya Rangga Sasya Rangga Sasya Rangga Sasya Rangga Sasya Rangga Sasya Rangga Sasya Rangga Sasya Rangga Sasya Rangga Sasya Rangga Sasya Rangga Sasya

"DIAM!!!!" Rara mengelap air matanya yang berjatuhan. Dirinya sedih melihat sahabat satu-satunya yang ia punya sakit. Tapi dirinya pun juga sedih, hatinya sakit.

Rangga SasyaWhere stories live. Discover now