Chapter 30

16 4 0
                                    

Ponsel ku bergetar dan menampilkan kontak Kak Arga di sana. Aku mengulas senyum tipis saat mengetahui pacarku menelpon.

"Halo, assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam, Nesya,"

"Ada apa Kak? Kangen ya? Padahal baru aja pulang sekolah hihihi," terkaku yang sedikit berubah menjadi PD.

"Iya nih kangen, saking kangennya jadi pengen gigit,"

"Ih, apaan sih! Dasar Kak Arga!" balasku kesal, apa-apaan dia merusak momen romantis saja!

"Udahlah lupain!"

"Malam nanti free kan?" kata Kak Arga dari seberang.

Hm apakah dia akan mengajakku jalan? Semoga saja! Eh jangan terlalu berharap ntar sakit hati.

"Iya free, kenapa?"

"Bagus! Nanti malam dandan yang cantik buat aku! Jam setengah delapan aku jemput! Enggak ada penolakan!"

Tutt Tutt

Belum sempat menjawab, Kak Arga sudah menutup teleponnya, dasar!

Aku membuka lemari sesaat setelah Kak Arga memutuskan sambungan. Pokoknya aku harus tampil cantik malam ini. Secara ini kan kencan spesial. Semoga nanti malam adalah kencan yang sempurna. Perfect.

Aku mengambil kemeja biru dongker dengan panjang ¾. Dan dipadukan dengan celana jeans panjang hitam.

"Ibu!" panggilku dengan lembut.

Ibu menoleh sekilas lalu kembali memasak martabak. "Kenapa sayang? Kamu ingin pergi dengan Nak Arga?"

Sungguh tepat tebakan ibuku satu ini. Berasa punya cenayang deh, eh astaghfirullah kok malah jelekin ibu sih!

"Iya, Bu, kok ibu tempe?" tanyaku heran.

"Ya kan biasanya kamu bakal manggil lembut begitu kalau ada maunya," jawab Ibu dengan kesan jutek, tangannya memberikan sebungkus martabak pada seorang pelanggan.

Dasar ibu, suka banget deh buka aib aku ke temen-temen.

"Hehe, ya emang bener sih! Makasih ya Bu udah mengizinkan Nesya, janji nggak malem-malem deh," kataku diringi dengan cengiran nakal.

"Iya iya,"

Saatnya aku membantu Ibu bekerja! Kalau urusan meminta izin, aku harus membantu ibu lebih keras. Kalau kalian bilang aku pencitraan ya silahkan, toh nyatanya emang gitu. Tapi jangan salah aku selalu bantu ibu kok, tapi kalau masalah jualan martabak mungkin cuma sering. Ah sudahlah aku tidak mau membuka aib ku lebih dalam.

*****

Malam telah tiba! Malam telah tiba! Aku sudah bersiap dengan pakaianku. Aku keluar dari dalam kamar dan melihat sosok Kak Arga sudah duduk manis di ruang tamu bersama Kak Mira. Kebiasaan deh, aku tak pernah tepat waktu saat mau jalan.

"Maaf Kak lama," kataku tidak enak pada Kak Arga.

Kak Arga tersenyum simpul seraya berjalan mendekat. "Nggak apa-apa kok, jangankan nunggu kamu dandan nunggu kamu buat jadi istri aku aja aku sanggup."

Blush pipiku berubah menjadi merah seperti tomat saat Kak Arga melontarkan kalimat tersebut. Hatiku berbunga-bunga, dan jantungku berdetak lebih kencang.

"Ehem, bahasannya udah ke nikah-nikah!" deheman Kak Mira membuat aku dan Kak Arga salting.

"Ehe, nggak Kak, kita berangkat ya! Assalamualaikum," kata Kak Arga dengan tersenyum kikuk.

TENTANG WAKTUWhere stories live. Discover now