Because, In The End... [Epilog]

4.5K 306 132
                                    

[The Kim's]

"Because in the end, there was only me and them, who were patient with the wait in the midst of the feeling that burst. Because in the end, what I believe about happiness in this life is only them. Those who succeeded in making me feel like I was someone perfect. " - Kim, SH

 " - Kim, SH

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Ucapin selamat tinggal untuk Kim's Family yuk!

***

28 Januari 2022, Seoul International Hospital

Jiwoo menatap kembali pria berbalut jas kebanggaannya itu dengan linglung. Merasa tidak tahu harus mengambil keputusan bagaimana, dan sekarang hatinya menyesak. Mengusap wajahnya kasar, Jiwoo menghembuskan nafas pelan, "Ini.. apa sudah tidak ada harapan apapun lagi? " Ada nada kefrustasian di sana.

Serenggang-renggangnya hubungan mereka, tetap saja Kim Suho adalah anaknya. Kim Suho adalah anak yang dia banggakan jauh di dalam lubuk hatinya. Anak yang sangat dia percayai untuk segala hal. Dan serenggang-renggangnya hubungan mereka, tetap saja Jiwoo sangat menyayangi anaknya itu.

Melebihi apapun.

Dua tahun, dua tahun mereka semua menunggu. Dengan kepastian yang tidak jelas dan berharap semua akan berakhir indah. Tapi nyatanya.. ini kah yang mereka dapatkan dari harapan indah itu?

"Maaf, tuan. Ini sudah terbilang melanggar hukum, membiarkan pasien dengan mati otak selama ini sangat riskan untuk kami. Tidak ada kemajuan apapun dari tuan Kim selama dua tahun ini, dan pihak hukum sudah berkali-kali menghubungi kami untuk mencabut semua alat bantu di tubuh tuan Kim. " Jeda sejenak di sana, dengan ketegangan yang semakin terasa ketika pria berkacamata itu kembali berbicara, "Dalam dunia medis, tuan Kim Suho sudah tidak ada harapan untuk hidup lagi, begitu juga dengan anggapan pihak hukum. Jadi saya mohon.. tolong relakan tuan Kim untuk pergi sekarang, karena ini tidak baik juga untuk tubuhnya ketika akan dikremasi nanti. "

Rasanya pening sekarang. Pria itu tahu ini memang hal yang salah, dia pun sudah mengantungi persetujuan dari pihak keluarga, tapi bagaimana dengan Irene? Bagaimana dengan kedua cucunya?

"Istrinya sedang di luar negeri, bisakah proses pencabutan ini diundur? Setidaknya sampai menantuku itu kembali ke sini. " Tetaapi hanya gelengan kecil yang dia dapatkan sebagai jawaban. Kemudian ucapan itu kembali menyerang ketakutannya.

"Ini sudah batas waktu, tuan. "

Hingga akhirnya, semua dia pasrahkan. Dengan hati yang berat mempersilahkan pihak rumah sakit untuk melakukan proses yang semestinya. Walaupun ada rasa sedih yang sangat mengena di hatinya, terlebih ketika melihat keluarganya di sana yang hanya diam, menangis, dan melamun.

My Arrogant CEO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang