Delapan Belas

106K 8.3K 79
                                    

"Anda tidak perlu repot-repot mengantarkan saya Pak," ucap Paris saat mereka berdua sudah berada di jalan.

"Tidak apa, saya malas melihat Rangga di rumah. Maafkan sikap dia yang aneh ya."

Tidak masalah Pak. Anda juga sama anehnya dengan teman Anda, jadi saya sudah terbiasa menghadapinya. Ucap Paris dalam hati.

"Iya Pak," jawab Paris akhirnya karena tidak mungkin ia mengutarakan isi hatinya.

Setelah itu mereka sama-sama diam, tidak ada yang berniat membuka suara.  Hingga tiba-tiba Paris teringat sesuatu.

"Saya dari kemarin tidak melihat Winter Pak?" tanya Paris.

"Oh iya. Winter sedang bersama Salsa. Saya kurang pandai jika merawatnya sendiri."

Paris menatap Ken kesal. Ia jadi merasa bersalah kepada Salsa karena tugasnya jadi bertambah dengan mengurus Winter.

"Kenapa tidak Anda titipkan kepada saya saja Pak. Kan itu sudah tugas saya."

Ken menatap Paris sekilas. Ia malah tersenyum melihat wajah kesal Paris.

"Baiklah kalau begitu. Besok Winter biar sama kamu," ucap Ken akhirnya.

***

Ken menghentikan mobilnya tepat di depan tempat tinggal Paris. Paris segera melepas seatbeltnya, ia lalu beralih menatap Ken.

"Terimakasih Pak, sudah mengantarkan saya dan membiarkan saya menginap di rumah Anda semalam," ujar Paris.

"Sama-sama," jawab Ken singkat.

"Oh iya Pak, saya belum mengganti uang baju ini," ujar Paris menunjuk dress yang ia pakai sekarang.

"Sudahlah tidak perlu, baju itu memang sengaja saya belikan untuk kamu."

Paris menghela napas pelan, karena lagi-lagi Ken memperlakukannya dengan berlebihan, "Sekali lagi terimakasih banyak ya Pak," ucap Paris akhirnya.

Setelah itu Paris keluar dari mobil Ken. Ia menunggu sampai mobil Ken menjauh dari hadapannya, setelahnya ia berbalik untuk membuka kunci pagar.

"Paris!"

Paris langsung menoleh ke belakang saat ada yang memanggilnya.

"Mama Papa?" tanya Paris tidak mempercayai penglihatannya.

Tiba-tiba saja kedua orang tuanya sudah berada di hadapannya, tanpa memberitahunya jika akan datang.

"Mama Papa kok nggak bilang kalau mau datang?" tanya Paris.

"Kamu nggak suka?" tanya Amalia cemberut mendengar pertanyaan putrinya.

"Bukannya nggak suka Ma. Kan Paris bisa siap-siap dulu," jawab Paris.

"Pasti kamar kamu berantakan kan? Mama sudah bisa menebaknya."

Paris mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan mamanya. Ia lalu membuka pagar lebar-lebar agar mobil papanya bisa masuk.

"Kamu habis dari mana?"

Asisten MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang