C2 Museum Sejarah Jakarta

277 40 21
                                    

Udara pada sore saat ini cukup bersahabat. Tiupan angin melambaikan beberapa helaian rambut panjang anak-anak perempuan yang sedang duduk di taman samping lapangan bola. Tak hanya perempuan saja yang memiliki rambut panjang. Wajarkan saja jika mahasiswa laki-laki teknik memiliki rambut yang gondrong.

Cukup terlihat dari postur tubuh hingga cara berpakaian mana itu mahasiswa lama dan mahasiswa baru. Dari kerapihan cara mereka berpakaian hingga sifat malu dan lugunya seorang mahasiswa tersebut. Kelakuannya masih terbatasi oleh pemikirannya yang berlaku junior harus menurut terhadap senior. Bisa dikatakan jika mahasiswa baru masih belum leluasa untuk bergerak sebebas mahasiswa lama.

Dari lapangan ketika dilihat ke arah taman depan gedung fakultas teknik terdapat dua perempuan yang sedang duduk sambil menyedot minuman dalam gelas plastik sambil asik menonton orang-orang yang sedang bermain bola. Tidak ada satupun diantara mereka yang membuka mulutnya lebih dulu untuk membuka pembicaraan. Mereka hanyut dalam segarnya minuman yang mereka minum dan pemandangan yang ada di depannya.

"Hei..."

Lunar menoleh ke arah suara tersebut. Seorang laki-laki berperawakan tinggi dan kulitnya yang putih duduk disampingnya dan ikut melihat ke arah lapangan.

"Hei Bang Sehun." Sapa Jennie lebih dulu.

"Gimana buat besok? Kalian bisa poto bersama buat angkatan di sekitar Jakarta Kota?"

"Bang, aku ngga bisa. Besok aku harus ke Bandung, lebih tepatnya ke sekolahku buat ketemu pelatih study club fisika selama sekolahku dulu. Skalian ambil ijazah juga sih" Lunar langsung menjawab.

"Unai, gue sendirian dong." Jennie menoyor kepala Lunar pelan sambil terlihat kecewa.

"Masih ada Sana Jen."

"Emangnya Lunar mau kesana naik apa dan jam berapa?" Tanya Sehun ikut larut dalam pembicaraan.

"Jam enam pagi aku harus udah berangkat bang. Karena keretanya jam setengah delapan kurang lima menit. Aku ngga ikut poto angkatan gapapa kan bang?"

"Gapapa Nai. Itu udah kewajiban lu buat ambil berkas penting. Hati-hati dijalan. Berkabar kalau ada kendala atau udah sampai tujuan."

"Siap bang."

✿✿✿✿✿

Suara alarm dari ponsel Lunar masih belum terdengar. Wajar saja jika belum terdengar karena matahari belum juga menampakan dirinya. Sedangkan Lunar menyetel alarmnya jam enam pagi. Wilayah perumahan penduduk belum ramai dengan masyarakat ataupun kendaraan yang berlalu lalang di jalanan. Seorang anak remaja yang sudah berdiri tegak didepan rumah dengan pagar berwarna coklat keemasan membawa tas ranselnya yang berwarna abu-abu. Terdapat seorang laki-laki paruh baya juga sedang keluar dari rumah yang dibelakangi oleh Lunar dan mulai masuk ke dalam mobil yang disusul oleh Lunar yang juga masuk ke dalam mobil disamping pengemudi.

Dalam perjalanan menuju stasiun, Lunar terus saja melihat ke arah kaca jendelanya. Ia tidak merenung atau terbengong. Tapi ia memikirkan apakah dirinya tidak lelah jika hari ini berangkat ke luar kota dan sampai di tempat tujuan pada siang hari, sedangkan ia harus kembali ke Jakarta besok keesokannya lagi pada pagi hari. Ia juga ingat kalau hari ini ada acara poto angkatan fakultas teknik di sekitar Jakarta Kota.

"Unai, kamu diem aja. Biasanya kamu senang kalo pergi kembali ke sekolahmu. Ada apa?"

Lunar menoleh ke arah ayahnya. "Ohh ngga Pah. Kayanya Unai cuman masih ngantuk aja."

Kini mobil telah berhenti di pinggiran jalanan depan stasiun. Lunar turun dari mobil bersama tas ranselnya yang besar. Setelah keluar ia menghadap mobil dan melambaikan tangannya pelan ke arah ayahnya.

Executive Council of StudentWhere stories live. Discover now