6 - Brilliant

959 67 9
                                    

Coba baca sambil dengerin multi.

Riana terus berjalan berputar-putar, layaknya orang resah menunggu dokter keluar dari ruang pasien dan mengatakan hasilnya. Atau seperti orang resah yang menunggu hasil test penting dibagi.

"Sebegitu penting kah si Nathan?" Tanya Priscilla dengan alis menyerit sebelah. Riana berhenti berjalan.

"Of course. Dia temen gue," Kilah Riana lalu--sok-- sibuk dengan ponselnya.

"Haha, bullshit, ah. Apa lo pernah sekhawatir itu, bahkan sama gue sepupu lo?"

Riana tertegun. Tentu saja Nathan temannya. Itu alasan mengapa ia resah seperti ini. Memangnya apa lagi?

Riana menggeleng pelan lalu kembali berkutat dengan ponselnya. Priscilla mendengus, "Terserahlah,"

Lalu Priscilla keluar kamar meninggalkan Riana masih dengan pikirannya untuk membuat Nathan kembali seperti dulu.

Nathan, lo dingin, cuek, irit bicara. Lo nggak berubah. Cuma lo nggak sama.

***

-Ariana-

Udah 1 minggu. Selama itu, dia menganggap gue nggak ada. Bahkan dia rela bersusah payah pindah duduk ke belakang, untuk menghindari gue.

Hampa.

Perkataan Priscilla terus mengiang di telinga gue. Gue nggak tau gue kenapa. Oke, gue nggak sebatu itu, gue peka sama perasaan gue sendiri. Gue.. gue mungkin suka Nathan.

Seriously? Gue juga masih ragu. Bahkan nggak pernah terbesit sekalipun di otak pikiran gue sebelumnya kalo gue bakal suka sama Nathan.

Mungkin, ini bukan suka. Mung- mungkin, ini hanya rasa kehilangan karena cowok nerd nyebelin tapi pinter dan perhatian itu tiba-tiba menghilang. Dan ingin kembali memukul lengannya, menjitaknya, mencibirnya, dan ingin... ingin disampingnya.

Shit. Deskripsi yang benar-benar jelas. Secara nggak langsung, sama aja gue jelasin kalo gue suka sama Nathan.

"Dor!" Pekik seseorang bersuara cowok. Gue pastikan itu Devan. Gue sama sekali nggak kaget. Sedikit pun. Selain karena terbiasa, gue terlalu fokus memikirkan Nathan. Mata gue tetap menatap tv walau fikiran gue entah kemana.

"Yah elu mah, kagak kaget. Nggak asik," Cibir Devan melempar kacang dari toples yang ia bawa.

"Berisik," Kata gue singkat. "Priscilla mana?" Gue.

"I don't know. Kayaknya sih tidur."

"Mom and Dad?"

"Katanya rapat penting yang mengharuskan Mom juga ikut," Setelah itu hening.

5 menit kemudian, hening terpecah, "Nerd itu lagi, hm?" Tebak Devan yakin seolah-olah seperti seorang kembaran yang mempunyai insting tersendiri. Atau kalau Devan lebih tepat dengan sok tahu.

"Sotil lo," Balas gue lagi-lagi singkat.

Devan mendecakan lidahnya, "Nggak usah boong sama gue, Na. Kurang baik apa lagi gue udah nanyain lo,"

"Baik 'pale lu," Cibir gue sengaja menyebut 'kepala' menjadi agak logat Betawi. Padahal gue bukan orang Betawi. Mungkin, karena gue tinggal di Jakarta? Lupakan. Lagipula nggak penting.

"Gue baik kali,"

"Adek baik, perhatian, ganteng, enak diajak curhat, peduli cuma ada di novel-novel, Dev." Elak gue dan si kutu Devan malah ngunyah kacangnya tanpa peduli apa yang gue omongin.

"Seandainya, lo kayak Rai di cerita theredvl yang judulnya ToD? Damn! Apalagi bisa diajak kerjasama buat jadi pacar boongan. Seru tuh," Kata gue ngelantur. Eh, tapi emang bener deh. Itu cerita seru banget.

"Ngomong apaan sih lo, Na?" Tanya Devan polos. Ralat, sok polos. Pengen banget gue timpuk toples kacang tuh muka.

"18 tahun keatas yang ngerti," Jawab gue asal, beneran kesal sama si Adek Kampret.

"ASTAGA NAGA TERBANG INDOSIAR! PARAH LO, NA! Selama ini lo diem ayem, ngelamun jorok ya?" Tuduh Devan berdiri dari duduk santainya dab mengacung-acungkan jari telunjuknya ke wajah bening gue ini.

Gue kontan menepis jarinya, "Enak aja! Nggak usah sok polos lo, Nyet. Elo tuh yang nyimpen kaset 'dosa'!" Giliran gue yang berdiri. Dan akhirnya gue beserta adik gue berdiri saling menunjuk di ruang makan yang sepi.

Fyi, gue pernah ketemu kaset 'dosa'--you know what i mean lah-- di laci Devan saat lagi nyari kaset Taylor Swift gue yang dia pinjem. Sebenarnya rahasia, Devan yang katanya terkenal player dan badboy di sekolah, demen lagu menye-menye Taylor Swift. Yah, gue masih bisa menghela nafas. Untungnya, adek gue satu-satunya nggak demen lagu menye-menye yang jadi backsoundnya GGS. Apa tuh? Ganteng Ganteng Seringgila? Idk and idc.

Raut Devan berubah menjadi pucat. Aha, kena lo. "Kak Riana yang canzzz, jangan bilangin Dad yah, itu punya temen gue kok. Serius, deh," Devan mengambil tangan gue lalu menempelkan ke keningnya, seperti anak TK yang pamit pada gurunya.

HAHAHA. Nggak ada yang lebih menyenangkan saat adek menyebalkan lo memohon seperti itu. Sangat langka.

"Ide bagus tuh, Van. Mending gue kasih tau Dad aja. Biar lo di kurung dikamar dan nggak boleh nge-date selama 3 bulan. Hahaha," Usil gue makin semangat. Disertai tawa jahat yang bikin Devan makin bete. HUAHAHA.

Gue makin bahagia saat wajah Devan makin memucat, "Kak, please dong,"

Sebenarnya, kasihan juga melihat dia sampai memohon gitu. Tapi, kesempatan ini harus dipergunakan sebaik-baiknya.

"Oke, tapi lo harus bantuin gue bikin Nathan nggak marah lagi,"

Devan menghembus nafas lega, lalu berikutnya ia kembali mencibir. Menyebalkan.

"Benerkan kata gue. Soal Nathan. Yaudah, gue mau bantu," Kata Devan terlihat agak malas.

"Tapi, gimana caranya?" Tanya gue kembali duduk. Hopeless.

"Eh, gue punya rencana. Dan rencana ini juga menguntungkan bagi gue,"

Gue mengerutkan dahinya. Yang mau ditolongkan gue, kok dia juga untung?

Kemudian, Devan mendekatkan kepalanya di dekat telinga gue. Psstt.. God, idenya brilliant banget. Tapi yang gue bingung..

"Van, kita cuma berdua dirumah ini. Ngapain lo bisik-bisik segala?" Ujar gue menoyor kepala Devan gemas. Dan ia hanya menyengir tijel.

***

"Nat, buku lo ketinggalan!" Seru Riana toa, seperti biasanya.

Nathan berhenti, lalu menoleh kebelakang. Mata Nathan bertemu pada mata Riana. Mereka saling menatap dalam iris mata satu sama lain. Saat Riana tersenyum pedih, Nathan kembali tersadar.

"Makasi." Ujar Nathan pelan lebih terdengar seperti gumaman. Walau lirih, Riana masih dapat mendengarnya.

Tak dipungkiri Riana bahagia mendengar satu kata keluar dari mulut Nathan.

PROMOTE TERSELUBUNG, BHAKAKAKAK:V

Hi there! Gua tau yang baca author note ini pasti dikit. Gua juga sering begitu, hehe. Gua cuma mau bilang kalo gua jarang update karna:

1. Gua nggak mood/males.
2. Nggak ada waktu alias sibuk *ini sok banget yah*
3. Gua juga harus ngetik blog gua: our-journal.blogspot.com

Itu aja sih problem gua kalo jarang update. Makasi yang udah mau baca.

Perfect TwoWhere stories live. Discover now