Chapter 17

20 1 0
                                    

"Kekecewaan terkadang mengubah cara kamu bersikap. Namun jika kamu mengabaikan seseorang karena rasa kecewa, bukankah baginya menyakitkan?" | Lintang |

Tak bisa digambarkan bagaimana kuatnya seorang Ibu.

Rela mempertaruhkan nyawa saat melahirkan.

Berusaha terlihat tegar meskipun hatinya rapuh.

Kadang terlihat menyesal,

Kala Ia tak bisa memberikan kebahagiaan seperti yang diharapkan.

Ketika jauh ada rindu yang mendalam.

Begitupun perasaanya akan hancur jika terabaikan.

~o0o~

Entah mengapa perasaan Lintang berbeda dari biasanya. Ia bahkan tak sabar segera sampai di rumah Gema. Apakah karena hari ini Ia ingin bertemu dengan mama Gema? Rasa bahagianya seolah terasa seperti Ia akan menjumpai Ibunya yang lama tak ditemui. Apakah memang begitu rindunya Ia kepada ibu?

"Gem..Gema...tok..tok..,"

"Iya.....," sahutnya panjang dari dalam.

"Aku masuk ya." Lintang melangkahkan kakinya ke belakang karena Gema belum terlihat di ruang tamu.

"Astaga Gema," teriak Lintang terkejut menutupi matanya dengan kedua tangan. Kemudian Ia berbalik menghadap kebelakang.

"Kenapa Tang?"

Refleks Gema menatap tubuhnya yang masih tak berpakaian itu seakan sadar dan tertawa.

"Upss sorry," ucapnya santai sembari memakai baju yang masih dipegangnya.

"Udah belum?"

"Sudah," sahut Gema masih asyik dengan tawanya.

"Bener sudah? Jangan bohong." Lintang masih tak percaya. Kemudian dengan canggung Ia berbalik.

"Lagian kenapa jam segini sudah datang?"

"Lucu?" gerutunya kesal melihat Gema yang malah menikmati suasana kecanggunya. Lalu Ia melengos beranjak ke sofa." Aku nggak sabar pengen ketemu Ibu kamu."

Gema menghela nafas dan mengernyitkan dahinya. "Aku kesana cuma nurutin mau kamu ya," ucapnya dingin sembari mengambil kunci mobilnya. Lintang mengikutinya dari belakang tak menyahut perkataanya.

~o0o~

Setelah cukup lama di perjalanan dan saling diam, Gema menghentikan mobilnya di halaman yang tak terlalu luas. Pintu rumah itu terbuka sehingga dengan jelas dapat terlihat isinya. Di ruangan ujung, terlihat seorang wanita sedang fokus dengan alat jahitnya. Tampaknya Ia segera menyadari jika di luar ada orang, sehingga dengan cepat tergopoh menghampiri.

Wanita itu terlihat cantik. Pantas saja Ia memilki anak setampan Gema. Tubuhnya masih terlihat sehat meskipun tak muda lagi. Namun kerutan di wajahnya mulai terlihat seakan Ia menanggung beban berat.

"Kamu datang Nak."

Wanita itu memandang Gema sayu. Sesaat kemudian air matanya mengalir di pipi. Lalu dipeluk tubuh Gema erat seperti memendam rindu yang teramat dalam.

Mendapat pelukan mamanya, Gema hanya berdiri dengan ekspresi datar. Tanganya tetap berada pada sisi tubuhnya. Sepertinya memang Ia tak ada keinginan untuk memeluk mamanya juga.

"Ayo masuk,"ucapnya melepaskan pelukan itu. Pandangan matanya kemudian beralih menatap Lintang.

"Iya tante."

Lintang dan Gema [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang