Chapter 23

19 2 4
                                    

"Jika kita bisa berdamai dengan masa lalu, masa depan pun perlu diperjuangkan dengan baik agar tak memberikan penyesalan." | Lintang |

Gema masih syok dan ketakutan. Kemudian Ia beranjak menaiki tangga dengan langakah sempoyongan. Wajahnya pun tampak pucat dan menahan kesakitan.

Mengetahui reaksi tak terduga Gema, Lintang merasa  ketakutan. Tanganya bergetar tak menyangka jika ternyata Gema sangat takut pada kucing. Seketika Ia teringat Vera. Bagaimana Ia tahu jika Gema ulang tahun dan menyukai kucing? Namun pikiranya teralihkan pada keadaan Gema tadi.

"Gara-gara lo sih Dip,"ucap Remon dengan ekspresi panik.

"Gue bercanda kemarin Tang, dia trauma pada kucing," sahut Dipa menunduk.

Tanpa menyahut, Lintang berlari menaiki tangga. Langkahnya diikuti oleh Remon dan Dipa yang juga masih sangat panik.

Di tempat tidurnya, Gema tampak meringkuk dengan sikap tubuhnya  ketakutan dan wajahnya semakin pucat. Perasaan Lintang semakin cemas lalu mendekat kearahnya. Ternyata badanya juga sangat panas.

"Kalian berdua pergi..pergi..,"ucap Gema menatap tajam Remon dan Dipa.

" Gem, gue minta maaf," ujar Dipa mendekat." Gue nggak beriniat buat lo takut.

"Pergiiii!!!!"

"Tolong kalian pergi dulu." Lintang berbisik pelan memberi kode pada orang yang tampak panik di belakangnya.

"Iya gue pergi."  Dipa dan Remon akhirnya nurut dan beranjak.

"Maafkan aku Gem, maafkan aku. Semua ini bukan salah mereka," ujar Lintang cemas memengang tangan Gema erat. Kemudian dielus pelan dahinya yang sangat panas.

Gema tak menyahut, ekspresinya masih sangat ketakutan. Merasa menyesal, Lintang beranjak mencari kompres untuknya. Lalu Ia kembali cepat sembari meletakkan kompres kain di kening Gema dengan lembut. Suhu badannya masih panas tubuhnya pun sedikit menggigil. "Aku buatkan makanan ya," ucap Lintang meletakkan kompres lalu berdiri.

"Temani aku disini saja,"ucapnya meraih tangan Lintang.

Tanpa diduga, Gema menarik tubuhnya ke pembaringan lalu mencoba memeluk.

Meskipun cukup syok dengan perlakukan tiba-tiba Gema, Lintang menuruti." Mungkin dengan seperti ini dia bisa sedikit tenang," gumamnya canggung. Ia pun memeluk dan menepuk punggung Gema yang masih terlihat ketakutan.

"Aku nggak minta hadiah apa-apa. Hari ini ulang tahunku saja aku nggak ingat," ucapnya lirih sambil memeluk Lintang erat. "Ada kamu disampingku saja sudah menjadi hadiah terindah dalam hidupku."

Setelah berbicara, Gema menatap wajah mungil gadisnya itu yang masih tampak ketakutan. Ia mengelus wajahnya penuh cinta. "Gema..kamu." Lintang grogi dengan wajah memerah melihat wajah Gema yang begitu dengan denganya. Kali ini Gema tak mengindahkan kepanikan kekasihnya itu. Kedua tanganya bergera meraih pipi gadisnya, kedua matanya ditatap lekat kemudian Ia mencium pipinya. Tak sampai disitu, ciuman Gema beralih pada bibirnya.

Ia mengulum bibirnya lembut kemudian sangat kuat hingga Lintang merasa tak bisa bernapas. Seketika jantung Lintang berdegup sangat kencang. Belum berhenti sampai disitu, gejolak pada diri Gema semakin berkobar lalu mencium leher gadisnya itu. Sontak saja Lintang semakin panik, detak jantung Lintang berdegup semakin kencang hingga Ia pun mencengkeram baju Gema. Perasaanya berbeda seperti Ia merasakan kehatangan dan merasa dicintai secara dalam olehnya. Seakan hasratnya tak terbendung lagi, Gema mencoba membuka kancing baju Lintang. Namun Lintang segera tersadar dan menghentikanya.

Lintang dan Gema [END]Where stories live. Discover now