Chapter 37

19 1 0
                                    

"Tak peduli seberapa baik atau buruknya dirimu, Ingat dan bersyukurlah bahwa kamu masih memilikinya."|Gema Baskara|

Lintang tak bisa menyembunyikan kebahagianya melihat seorang yang dicintainya akhirnya sadar. Ia tersenyum bahagia. Air matanya pun tak terbendung menyaksikan momen yang sangat dinantikan dan diharapkanya ini.

"Kamu sadar Gema." Lintang menggenggam tanganya dengan mata berseri.

Gema hanya mengedip menatapnya. Lintang pun segera berlari keluar. Ia memberi tahu dokter dan juga orangtuanya. Kabar ini jelas saja membuat orangtuanya sangat bahagia dan segera berlari menemui Gema.

"Maafkan Papa, gara-gara Papa kamu jadi seperti ini," ucap Rendra menyesal sambil menggenggam tanganya.

"Alhamdulillah, Mama senang kamu sadar nak."

Gema hanya mengangguk dan tersenyum. Melihat senyuman anaknya itu, mamanya lagi-lagi tak memapu menahan air matanya. Ia biarkan air mata itu mengalir sembari mengelus kening mamanya pelan. Lintang yang juga ada disana hanya tersenyum menyaksikan momen mengharukan itu. Mereka semua pun beranjak keluar dan hanya mamanya saja yang menemani di dalam.

"Maafkan Mama ya Gem," ujar mamanya pelan sembari mengelus keningnya.

"Gema yang seharusnya minta maaf Ma, Gema hanya takut jika tak bisa melihat Mama lagi," sesalnya dengan air mata yang keluar.

"Sudah, kamu istirahat jangan berfikir macam-macam nak."

Mendengar perkataan mamanya yang terlihat begitu kahawatir padanya, Gema menuruti perkataanya dan memejamkan matanya lagi. Melihat anaknya tersadar lagi tak henti-hentinya Ia mengucapkan rasa syukur. Ia juga mengelus lembut kening anaknya yang terlihat masih lemas. selama masa pemuliahnya pun mamanya itu yang selalu setia berada di sampingnya setiap waktu.

Lintang juga tak pernah absen menjenguk seseorang yang berarti untuknya itu. Entah setelah pulang kerja ataupun setelah kuliah Ia selalu menemui Gema di rumah sakit. Siang itu selesai bekerja, Lintang bergegas menuju rumah sakit untuk melihat keadaan Gema. Sesampainya di luar ruang perawatan, Ia melihat Gema tengah bersama dengan mamanya sehingga membuatnya mengurungkan niat untuk masuk dan mengganggunya. Lintang hanya melihat Gema dari kejauhan lalu duduk di kursi tunggu.

"Ada Lintang Ma?"tanya Gema tiba-tiba pada mamanya.

"Kenapa? Nanti biar Mama lihat."

"Gema mau ngomong sama dia."

Mamanya pun mengangguk lalu beranjak keluar memastikan Lintang ada atau tidak. Ternyata setelah Ia membuka pintu, Lintang sudah duduk di sebuah kursi sehingga membuatnya seketika tersenyum dan menghampiri.

"Gema mau ngomong sama kamu."

"Iya tante."

Mendengar ucapan mama Gema, Lintang segera berlari dan menghampirinya di pembaringan. Kali ini Ia melihat kondisi laki-laki itu sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, bahkan Ia tampak tersenyum manis kearahnya.

"Aku rindu kamu,"ucapnya saat Lintang mendekat.

"Aku juga, aku hanya takut..."

Belum sempat Lintang melanjutkan kata-katanya, Gema lebih dulu mearih tanganya dan mengatakan sesuatu padanya. "Kamu tak perlu takut lagi sekarang."

"Temani aku keluar ya, aku bosan disini," ujarnya sembari mengusap tangan Lintang.

"Iya."

Tanpa diminta Lintang membantu kekasihnya itu untuk bangkit, lalu memapahnya berjalan. Tubuhnya masih terlihat lemah, namun dari hari ke hari Ia kondisi fisiknya tampak lebih segar dan segera pulih kembali. Lintang membawanya ke sebuah bangku. Disana mereka bisa menghirup udara lebih segar karena tempatnya di kelilingi pohon dan beberapa jenis tumbuhan. Gema hanya diam beberapa saat seakan Ia masih memikirkan rasa trauma atau sakit atas kejadian yang tiba-tiba menimpanya itu. Sedang Lintang melirik dengan pandangan bahagia melihatnya bisa pulih seperti ini lagi.

"Mama kamu sangat khawatir kemarin, dia bahkan tak mau beranjak dari sisimu."

Gema tak menyahut. Entah apa yang dipikirkan tiba-tiba Ia pun menunduk beberapa saat. Kemudian Ia pun beralih menatap Lintang dan tersenyum seakan senang mendengar perkataanya.

"Papa kamu juga sangat menyesal Gem."

"Iya, aku beruntung memilki mereka disiku dan kamu juga."

Lintang hanya tersenyum mendengar ucapan manis Gema kali ini. Entah mengapa ucapan itu terdengar sangat tulus dan dalam sekali. Dipandangnya laki-laki disampingnya itu dengan penuh kekaguman. Tiba-tiba suasana damai itu seketika berubah saat kedatangan Malvin tiba-tiba.

"Gema,aku bisa ngomong sebentar?" ucapnya penuh penyesalan.

Gema hanya diam bahkan tak menatap pada Malvin yang mengajaknya bicara itu. Malvin hanya menunduk dan menghela nafas seakan paham jika kebencian saudara tirinya itu mungkin sudah memuncak kali ini.

"Mau ngomong apa?" sahut Gema tiba-tiba sambil memberikan kode Lintang untuk pergi dulu.

Malvin kaget dengan respon Gema itu seraya duduk di sampingnya. "Aku tahu kamu tak akan bisa memaafkan diriku, tapi aku sangat menyesal atas perbuatan keterlalaluan yang dilakukan Mama. Kau bisa membenciku sepuas hatimu,"sesal Malvin.

"Ini semua bukan salah kamu Vin. Perbuatan Mama kamu tak ada kaitanya dengan dirimu, aku juga salah selam ini memperlakukanmu terlalu dingin.

"Apa Gem? Serius kamu mau memaafkan aku?"

"Tentu, bagaimanapun kamu juga saudara aku."

"Terimakasih Gem."

Mendengar jawaban tak terduga dari Gema, secara refleks Malvin memeluk tubuhnya karena merasa sangat bahagia. Gema pun tersenyum sembari membalas menepuk-nepuk pundak Malvin di pelukan saudaranya itu. Lintang yang netap dari kejauhan lagi-lagi tak bisa menyembunyikan kehauranya. Ketika Malvin beranjak,Ia pun kembali menemui Gema. Mereka berbincang-bincang cukup lama disana sebelum akhirnya kembali ke ruang perawatan Gema lagi.

Lintang dan Gema [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang