Chapter 1

1.3K 118 6
                                    


Suara dentuman bass musik dari dalam klub malam Magnus terdengar hingga ke jalanan di sekitarnya. Kutarik ujung dress mini merahku ke bawah berusaha untuk menutupi kakiku yang terekspos dinginnya cuaca malam ini. Aku tidak mengerti bagaimana wanita-wanita di depanku bisa mengenakan pakaian minim dalam cuaca sedingin ini.

Yah... walaupun aku sendiri juga sedang melakukan hal yang sama saat ini.

Aku sudah mencoba datang mengenakan pakaian 'normal' ku sebelumnya, tapi staff keamanan yang menjaga pintu masuk tidak mengijinkanku masuk. Rupanya hanya orang-orang yang terlihat ingin clubbing lah yang diijinkan masuk, dan berpakaian minim adalah salah satu ciri khasnya. Hal itu tidak terlalu mengherankan karena Magnus adalah salah satu klub malam paling eksklusif di San Fransisco. Membership premiumnya tidak bisa didapat hanya dengan membayar iuran tahunannya yang kelewat mahal, hanya orang-orang terpilih yang sudah diseleksi oleh manajemen lah yang bisa mendapatkannya. Salah satu keuntungan anggota membership adalah memiliki akses bebas keluar masuk ke dalam klub malam ini, sedangkan pengunjung jelata sepertiku harus mengantri berjam-jam sebelum bisa menginjakkan kaki di dalamnya.

Kuhela nafasku sambil menatap antrian dua puluh orang pengunjung jelata lainnya di depanku. Saat hembusan dinginnya angin malam kembali membuatku hampir menggigil, aku berpikir untuk menyerah saja dan pulang... kembali ke apartemenku yang hangat lalu tidur diantara selimut tebal.

"Apa karirku sebanding dengan ini?" gumamku sambil menatap malas ke arah dua pria bertubuh besar yang menjaga pintu masuk klub malam. Setiap dua puluh menit sekali hanya dua orang yang diijinkan masuk ke dalam, karena ini weekend tempat ini pasti dipenuhi lautan manusia. Pekerjaanku sebagai reporter investigasi lah yang membuatku mengenakan dress mini dan high heels lalu mengantri di pinggir jalan pukul sembilan malam. Malam ini aku datang untuk menemui Sebastian Moran... pemilik klub malam ini.

Tanpa janji tentunya. Karena tidak ada pengusaha waras yang bersedia menemui reporter sepertiku untuk diungkap kebusukannya. Sebastian Moran adalah sosok kunci di balik skandal finansial calon Walikota San Fransisco, Bill Kovach.

Kovach memiliki riwayat korupsi dan penggelapan di Bank Barclays yang dulu dipimpinnya. Aku adalah salah satu reporter yang meliput dan menulis tentang skandal itu. Butuh waktu yang sangat lama serta energi yang cukup besar sebelum aku bisa mengungkapkannya ke publik, tapi saat aku hampir berhasil editorku di koran The Daily Wire mengatakan aku tidak bisa mempublikasikan hasil investigasiku lagi. Alasannya sangat simpel, para petinggi The Daily Wire tidak mengijinkannya. Sepertinya seseorang sudah bersusah payah membungkam koran tempatku bernaung.

Hanya ada satu nama yang muncul saat aku menggali informasi tentang siapa yang berhasil membungkam koran independen seperti The Daily Wire.

Sebastian Moran.

Tidak ada banyak informasi atau foto tentangnya di internet. Yang kutaku sejauh ini hanya Sebastian Moran adalah CFO Bank Barclays saat ini, menggantikan Bill Kovach pendahulunya. Klub malam Magnus miliknya hanyalah pekerjaan sampingan sekaligus hobinya.

Apa aku sudah berusaha menemuinya di Bank Barclays tempatnya bekerja? Tentu saja. Apa aku berhasil? Tentu saja tidak. Jika aku berhasil aku tidak akan menggigil di tempat ini sekarang.

Empat puluh lima menit kemudian aku baru bisa menginjakkan kakiku di Magnus. Itupun karena segerombol orang di depanku memutuskan untuk pulang. Hingar bingar musik dan lalu lalang manusia menyambutku saat aku masuk ke dalam. Lampu temaram yang terlihat hangat menyinari interior futuristik klub malam ini. Aku tidak terlalu memperhatikan interiornya lebih detail karena tujuanku adalah lantai tiga gedung ini yang menjadi wilayah VIP Magnus sekaligus lokasi kantor Sebastian Moran.

HIS VIRGIN LEECHWhere stories live. Discover now