Chapter 7

704 113 8
                                    

Masih sambil menggenggam tanganku, Sebastian membawaku melewati lorong merah yang baru saja kulalui satu jam yang lalu.

"Manajermu bilang biasanya kau hanya mengunjungi Magnus saat akhir pekan." kataku sambil berusaha menarik tanganku dari genggamannya yang terasa hangat. "Mr. Moran, aku datang bukan untuk bertemu denganmu."

"Aku tahu, karena itu aku yang datang... untuk bertemu denganmu." balasnya sebelum meletakkan jas dan tas ku di sofa hitam.

Dasar bohong, pikirku sambil mendengus kesal. Ia datang karena manajernya memberitahunya aku ada di Magnus. Sebastian akhirnya melepaskan tanganku setelah memastikan aku tidak bisa kabur. Ia memintaku duduk di sofa lalu berjalan menuju telepon yang terpasang di dinding.

"Aku tidak akan tidur denganmu malam ini." celetukku dengan agak ketus.

Sebastian yang hendak mengambil gagang telepon berhenti lalu membalikkan badannya sambil tertawa dengan suara dalamnya. "Aku tahu." balasnya dengan ekspresi geli yang baru pertama kali ini kulihat. "Aku hanya ingin mengajakmu makan malam, bukannya kau ingin tahu tentang Bill Kovach?" timpalnya sebelum kembali menarik gagang telepon dan menghubungi bagian dapur untuk memesan makanan dan wine.

Kugigit bibirku untuk menahan rasa maluku. Pandanganku tertuju pada punggungnya yang lebar, berotot, dan keras... aku tahu karena aku sempat merabanya saat itu.

Ah, Ludmila dan pikiran cabulnya... pikirku sambil memejamkan mataku dengan erat selama beberapa detik untuk mengusir bayangan ingatan malam itu yang berkelebat di dalam kepalaku. "Dasar cabul." gumamku pada diriku sendiri dengan suara rendah. Tiba-tiba Sebastian yang masih menelepon, menoleh ke arahku lalu mengangkat salah satu alisnya dengan ekspresi bertanya.

Kubalas tatapannya dengan pandangan bertanya juga. Salah satu sudut bibirnya berkedut ke atas lalu Ia kembali fokus menelepon. "Aku memesan steak dan pasta, kuharap kau menyukai menu itu?" tanyanya setelah selesai menelepon lalu mengambil tempat di sebelahku.

"Aku suka semuanya."

"Untuk apa kau datang hari ini?" lanjutnya tanpa berbasa-basi lagi.

Oh, aku sudah menyiapkan jawaban untuk pertanyaan ini. "Aku hanya ingin mencoba kartu yang kau berikan." balasku sambil menarik kedua sudut mulutku ke bawah, "Mengapa kau memberiku kartu milikmu? Sekuritimu berpikir aku mencuri kartu itu."

"Oh ya? Aku akan menegurnya nanti." jawabnya dengan suara rendah sementara kedua matanya abu-abunya menatapku dengan seksama. Aku baru menyadari Sebastian selalu memberikan seluruh perhatiannya saat berbicara padaku, Ia tidak pernah memegang handphonenya atau mengalihkan perhatiannya saat bersamaku.

"Mengapa kau menatapku seperti itu?" tanyaku sebelum aku bisa mencegahnya.

Sudut bibirnya kembali berkedut menahan senyuman. "Seperti apa? tanyanya balik.

"Aku tidak tahu... Tapi tatapanmu membuatku seperti... seperti rubah yang sedang diamati di kebun binatang." balasku dengan penjelasanku yang belepotan. Aku ingin menjawab tatapannya terlalu intens hingga membuatku salah tingkah, tapi jawaban seperti itu hanya akan meningkatkan rasa egonya. Pria seperti Sebastian Moran tidak membutuhkan sokongan ego lebih banyak.

"Karena kau aneh." jawabnya dengan cepat tanpa rasa bersalah. "Ini pertama kalinya aku tertarik pada manusia."

Jawabannya yang janggal membuat keningku berkerut, "Kau lebih aneh dariku."

Ia kembali tertawa kecil. "Aku tahu."

"Dan berhenti mengirimiku buket bunga Daisy." sambungku dengan tegas, "Semua rekan kerjaku mulai menatapku dengan aneh setiap kali bunga itu datang ke mejaku."

HIS VIRGIN LEECHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang