Part 1 "Berteriak Menggunakan Towa"

332 92 29
                                    

Tujuanku bukan untuk merubah masa depan, tapi untuk merubah masa lalu.

Ini hari Kamis, sudah 17 tahun 4 bulan dan 15 hari sejak ayahku dipenjara. 17 tahun lalu ayah divonis 20 tahun penjara oleh hakim disidang pengadilan. Ayahku dituduh melakukan pembunuhan. Pada saat itu, aku masih kecil, baru masuk kelas 2 SD. Dalam bayangan ku setelah pulang sekolah, aku akan masak bersama ayah dan ibu, aku akan makan banyak makanan dan aku akan bersenang-senang sambil nonton film kesukaanku.

Ternyata takdir tak mendukungku, aku melihat kejadian yang tak pernah aku bayangkan. Kulihat banyak orang berkerumunan di depan rumah, aku tak tahu apa yang mereka lakukan, ibuku menangis sambil memohon kepada orang berseragam abu-abu yang berdiri tegap di depan rumah. Di waktu yang sama, aku melihat orang yang aku sayangi diseret ke luar sambil membantah apa yang mereka tuduhkan.

"Nggak nyangka ya,,,Orang sebaik Pak Chandra bisa melakukan pembunuhan sekeji itu. Dasar Psikopat Gila," hina para tetangga

Perkataan seperti itu yang selalu mereka katakan. Aku tetap bingung, pikiranku melayang entah kemana. Rasanya ingin merobek semua mulut yang mengatakan hal-hal buruk kepada ayah. Tapi apa daya, aku hanya anak kecil yang masih berseragam merah putih. Percuma, meski berteriak menggunakan towa sekalipun mereka takkan mendengarkanku.

Hari itu adalah awal kebencian ini mulai tumbuh. Satu persatu orang yang aku sayangi mulai meninggalkanku. Semua keluarga dan kerabat dekat hanya memandangku dengan tatapan kebencian. Mereka selalu menganggapku sebagai anak seorang monster. Jangankan peduli, mereka semua bahkan tak menganggap diriku ada. Aku selalu merasa sendiri.

Tapi satu hal yang selalu dan sampai sekarang aku yakini bahwa ayahku bukan pembunuh, ayahku bukan psikopat seperti yang mereka katakan.


Sejak hari itu, duniaku berubah dan tujuan hidupku hanya satu, yaitu untuk mencari tahu siapa dalang dari semua ini dan aku akan memastikan untuk balas dendam. Aku tahu itu tidak mudah, rasanya seperti tidak mungkin. Tapi semua itu harus ku lakukan, karena aku harus memastikan  sampah harus berada di tempat sampah. Aku tidak bisa melakukannya sekarang, aku butuh kekuasaan untuk melindungi dan  memastikan apa yang aku inginkan  terwujud. Aku berjanji pada diri sendiri, aku akan kerja keras sampai aku menemukan  bedebah itu.

                             0oo0

"Lama tidak bertemu ayah, apa ayah mulai terbiasa dengan kehidupan penjara ?" Aku mulai membuka percakapan.


"Lama tidak bertemu, kau masih tampan seperti dulu, sepertinya kau mewarisi wajah tampan ayahmu ini. Maafkan ayahmu yang B*j*ng*n ini nak, karena diriku hidupmu menjadi sulit. Ayah bahkan tak sempat melihatmu tumbuh dan berkembang seperti anak lain. Ayah macam apa aku ini."  Ucap ayah sambil tertunduk.

"Tidak yah, bukan ayah yang harus minta maaf tapi bedebah itu yang harus minta maaf. Duniaku memang sulit, tapi  dengan kesulitan itu duniaku semakin kuat. Tekad ku juga semakin bulat, aku sangat tidak sabar ingin melihat bedebah itu bersujud di hadapan ayah."  Kata ku sambil memberi senyum simpul.

"Ngomong-ngomong, bagaimana kabar ibumu ?"

Mendengar pertanyaan itu aku terdiam, aku tak tahu harus nengatakan apa. Maaf ayah, dari dulu ayah tak pernah mengajariku untuk berbohong, tapi kali ini aku melakukannya. Aku berbohong kepada ayah bahwa ibu masih hidup, aku tidak ingin menambah penderitaan ayah.

"Ibu....Ibu baik, hanya saja dia sibuk hari ini. Ayah, hari ini adalah hari penting dalam dunia ku, hari ini adalah pelantikan ku setelah mengikuti pelatihan pembentukan jaksa. Setelah ini aku akan jarang menemuimu, mulai besok ada banyak urusan yang harus aku urus, karena sebelumnya sempat tertunda." Ujarku kepada ayah agar bisa mengalihkan perhatiannya

"Waktu memang cepat berlalu, sepertinya baru kemarin kamu lulus SMA. Dan sekarang usiamu sudah 25 tahun saja, selamat atas pelantikan mu nak, hanya itu yang bisa ayah berikan".

Waktu menjenguk ayahku habis, saatnya untuk memulai permainan. Aku akan memulai dengan yang paling kecil dulu, Si Detektif picik yang sekarang menjabat sebagai Kapolda. Tuan-tuan Bedebah yang terhormat, nantikan kedatangan ku. Kali ini, kalian tidak akan ku biarkan lolos.

                              0oo0

"Saya bersumpah/berjanji:

Bahwa saya akan setia kepada dan mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia, serta mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, serta melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi Negara Republik Indonesia.

Bahwa saya senantiasa menjunjung tinggi dan akan menegakkan hukum, kebenaran dan keadilan, serta senantiasa menjalankan tugas dan wewenang dalam jabatan saya ini dengan sungguh-sungguh, seksama, objektif, jujur, berani, profesional, adil, tidak membeda-bedakan jabatan, suku, agama, ras, gender, dan golongan tertentu dan akan melaksanakan kewajiban saya dengan sebaik-baiknya, serta bertanggung jawab sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, bangsa, dan negara.

Bahwa saya senantiasa akan menolak atau tidak menerima atau tidak mau dipengaruhi oleh campur tangan siapapun juga dan saya akan tetap teguh melaksanakan tugas dan wewenang saya yang di amanat kan undang-undang kepada saya.

Bahwa saya dengan sungguh-sungguh, untuk melaksanakan tugas ini, langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan nama atau cara apapun juga, tidak memberikan atau menjanjikan sesuatu apapun kepada siapapun juga.

Bahwa saya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam tugas ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau tidak langsung dari siapapun juga suatu janji atau pemberian".

Aku dinobatkan sebagai peserta diklat terbaik tahun ini. Nilai ku sempurna. Itu sebabnya aku ditunjuk sebagai perwakilan dari sekian banyak peserta. Aku mengucapkan sumpah dengan suara tegas dan lantang. Bukan karena pamer, tapi karena terlalu bahagia. Akhirnya penderitaan ayahku akan segera berakhir. Cemoohan orang juga akan hilang, dan yang pasti cap sebagai pembunuh akan dihapus selamanya.

Ini adalah langkah awal untuk cari tahu kebenaran 17 tahun lalu. Butuh waktu lama untuk sampai di tahap ini. Inilah yang aku tunggu, diriku semakin dewasa dan kuat, mereka semakin tua dan lemah.Balas dendam yang sempurna. Jika ditanya apa yang akan kulakukan kepada mereka? Membunuh? Ya, pasti, karena membunuh adalah hukuman paling adil di dunia. Hukuman yang akan memberantas kejahatan hingga akar-akarnya.Tapi siapa yang harus ku bunuh? Si Detektif picik itu? Tentu, tapi pasti ada orang lain juga. Karena Detektif Picik mungkin hanya ekor saja. Aku harus membasmi mereka dari kepala hingga ekor.

NB: Maaf kalau banyak typo...
HAPPY READING😊😊 Semoga suka ceritanya

Jangan lupa vote& coment ya👇👇
Thank you

Tuan Rubah BerdasiWhere stories live. Discover now