Part 3 "Detektif Johan"

197 83 16
                                    


Aparat penegak hukum bertugas mencari kebenaran, bukan menutupi kebenaran.
Aparat penegak hukum bertugas menegakkan hukum, bukan menghancurkan hukum.

Aku melihat tempat mencurigakan, menurutku disini mereka beraksi. Gelap. Aku menyalakan senter dan berjalan perlahan menuruni tangga. Kulihat satu persatu barang yang ada di ruangan ini.

Tiba-tiba seseorang muncul dan memukulku dengan kayu. Hanya itu yang aku ingat sebelum pingsan.

Aku membuka mataku yang terasa berat. Serasa ada yang bergelantung di mataku. Aku merasa pusing penglihatan ku masih kabur. Aku terbangun dengan posisi duduk di kursi kedua tanganku diikat di atas kursi, kakiku juga diikat dengan kaki kursi ini, tidak lupa mereka juga membungkam mulut ku dengan lakban. Aku memberontak sekuat tenaga. Kulihat sekelompok orang di depanku, ya aku mengenal mereka.

"Detektif Johan. Dunia memang sempit, tak ku sangka kita akan bertemu di sini. Akan ku lepaskan lakban nya jika kau tak berteriak."

Aku mengangguk. Ketua geng itu menyuruh komplotan nya untuk melepaskan lakban ku. Aduh sakit, lebih menyakitkan daripada sakit hati.

"Astaga, ternyata kalian yang membunuh Defandra?" Ujar ku mengejek mereka.

"Defandra? Ooh anak DPR itu? Kalau ya memang kenapa? Apa aku harus takut? Aku takut sekali ada detektif yang mengetahui kalau aku membunuh seseorang. Bukankah sudah ada tersangka? Kenapa polisi payah seperti mu menggali kasus ini lagi?" Tanya ketua genster

Aku memang payah, tapi aku tak bisa dibohongi. Sudah kuduga bukan dia pelakunya.

"Kau pikir setelah pembantu itu ditangkap, kau bisa lolos? Sebaiknya bersiaplah, kau harus terbiasa tidur di sel tahanan."

Bukannya mendengar ucapanku mereka justru tertawa, mereka menganggap ucapanku sebagai lelucon.

Anak buah yang berada di belakangnya mulai maju perlahan mendekati ku, mereka mulai menakuti ku dengan membuat suara dari gunting pemotong rumput.

"Dipotong dari mana ya?" Dia bertanya pada diri sendiri tapi langkahnya di hentikan oleh ketua gangster itu. Mereka pasti akan menyiksa sebelum membunuh, karena mereka sangat benci kepada ku. Aku selalu menolak mentah-mentah ketika mereka menawarkan kerjasama. Aku mungkin tidak memiliki jabatan yang tinggi, tapi aku memiliki kejujuran yang tinggi dibanding yang lain. Itu sebabnya banyak penjahat yang benci kepadaku. Mereka selalu menganggapku sombong, sok suci, dan lain sebagainya.

"Sudah lama aku ingin menghampiri mu, tapi kau justru mempermudahkan ku, detektif payah."

Ternyata itu yang ingin ketua geng sampaikan. Baiklah, sudah cukup merekam pembicaraan ini. Sekarang aku harus berfikir bagaimana caranya kabur dari mereka. Kali ini ketua gengster itu yang membawa gunting pemotong rumput, seperti anak buah yang lain, dia juga menakutiku dengan membuat suara, dia berputar mengelilingi ku. Selama jadi polisi, aku tak pernah terjebak dalam situasi seperti ini. Berpikirlah Johan, cepat berfikir.

Tunggu. Kataku menghentikan langkah ketua geng. Aku punya ide, kali ini pasti berhasil.

"Kalian ingin membunuh ku bukan? Kalau begitu biarkan aku makan ayam goreng dulu. Aku ke sini belum sempat makan, sekarang aku benar-benar kelaparan. Aku aku tidak ingin mati dengan kondisi kelaparan seperti ini".
Aku tak tahu lelucon ku bisa membuat mereka lengah atau tidak, mereka justru tertawa terbahak-bahak.

"Kau benar-benar polisi payah." Kata mereka mengejek ku sambil tertawa, aku pun ikut tertawa bersama.

"Bwahahahaha.....Aku memang bodoh, tapi kau lebih bodoh dari ku. Sekali-kali jangan pelit lah, beri aku ayam goreng yang banyak dan enak." Perkataanku membuat ketua geng itu mengambil sesuatu. Aku takut bagaimana jika dia mengambil benda tajam dan menusuk perut atau jantungku.

"Astaga kalian benar-benar geng yang tak masuk akal, kalian jahat. Ini kan sudah basi mana mungkin aku makan. Dan jika aku makan, lepaskan dulu tanganku. Aku tak terbiasa disuapi ketika makan. Kau bisa membunuhku setelah ini. Jika kau tak menuruti, aku akan jadi hantu gentayangan dan pastinya akan mengganggumu." Mereka mulai lengah sesuai rencanaku, akhirnya anak buah geng itu melepaskan salah satu tanganku. Aku memegang ayam dengan tangan gemetar dan sengaja menjatuhkan ayam agar mereka tak melihat ku ketika menyentuh jam tangan. Ini yang aku inginkan, karena setelah tanganku lepas, aku akan memencet tombol pada jam digital ku.

Suara sirine polisi terdengar begitu saja. Wiuwiuwiuwiuwiu. Mereka panik ketakutan. Aku harus pura-pura santai agar mereka percaya kalau ada polisi yang datang.

"Kalian pikir aku aku sini sendirian? Kalian meremehkan polisi?" Kataku dengan harapan mereka lebih takut. Mereka akhirnya pergi satu per satu. Lalu mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi, mereka pikir polisi benar-benar datang. Dasar genster bodoh. Sudah kubilang, kalian lebih bodoh dariku.

Yang ku lakukan memang tak sesuai prosedur. Aku menyalahi aturan agar bisa mengetahui dengan jelas siapa pembunuh anak DPR itu. Banyak rekan ku yang sudah kenyang dengan uang kotor, itu sebabnya aku melakukan investigasi ulang kasus sendiri. Biasanya aku tak melakukan hal semacam ini. Tapi kali ini, korban pembunuhan adalah orang yang telah menolong hidupku. Meski dia anak anggota DPR, tapi perilakunya tetap rendah hati, dia tak pernah menyalahgunakan nama ayahnya.

Aku harus tahu siapa pembunuh sebenarnya. Harus ku kemanakan rekaman ini? Jika diberikan ke detektif yang bertanggung jawab, dia pasti akan menghapusnya, kudengar dia orang yang sangat mudah di suap. Bagaimana jika Kapolres? Ya, Pak Kepala pasti akan menerimanya. Aku tak peduli dia akan memuji atau menaikkan pangkat ku, yang penting pembunuh sebenarnya bisa ditangkap.

0oo0


Aku tiba di parkiran tempat ku bekerja. Kulihat banyak wartawan yang berkumpul di depan lobi, mereka sudah haus informasi dari berbagi kasus.

"Pak kudengar penyidik jaksa datang kemari, apa ini ada keterkaitannya dengan kasus pembunuhan Defandra? Apa polisi salah tangkap pelakunya?" Tanya salah satu wartawan yang menyerbu ku.

"Nanti akan diberi tahu saat konferensi pers." Aku sengaja menjawab singkat dan langsung masuk ke kantor. Mereka selalu ingin tahu apa yang kami lakukan. Benar-benar tidak sabaran, tunggu konferensi pers kan bisa.

Malam ini akan kuberikan rekaman pengakuan gengster itu ke Kapolres. Tak sabar bagaimana rekasi Pak Kepala. Dia pasti akan langsung memarahi Detektif murahan itu. Sukurin, biar tahu rasa dia. Selama ini udah enak dia makan uang haram itu. Dari dulu, aku berusaha meloporkannya tapi selalu gagal, karena kurangnya bukti. Tapi malam ini, tamat riwayat mu Detektif murahan.

"Pak kepala, ada yang ingin saya bicarakan, ini informasi penting." Tak kusangka aku bertemu Kapolres di jalan menuju lobi.

"Informasi apa yang dimiliki detektif bodoh sepertimu? Cepatlah aku harus bersiap konferensi pers sekarang."

Aku menceritakan semuanya ke Kapolres. Dia juga mendengarkan rekaman percakapan itu. Bukannya senang, ekspresi yang dia perlihatkan justru agak kesal. Dilihat dari wajahnya, sepertinya dia akan segera memberiku ceramah.

"Aku tahu kau bodoh, tapi cobalah gunakan otakmu sekali saja. Kau ingin aku mengumumkan kalau polisi sudah salah tangkap pelaku? Aku tak peduli jika kau dipecat, tapi seluruh kepolisian akan merasa malu karena perbuatanmu. Simpan saja usulmu itu," Ceramah Kapolres.

Selama ini aku tak pernah sakit hati jika dicela orang lain, aku menahannya. Tapi kali ini, orang tak berdosa akan dihukum karena perbuatan orang lain. Dan korban adalah orang yang selama ini membantu hidupku. Aku tidak akan tinggal diam, setidaknya aku harus menangkap pelaku sebenarnya agar korban bisa tenang.


Maaf kalau banyak typo...
HAPPY READING😊😊 Semoga suka ceritanya

Jangan lupa vote& coment ya👇👇
Thank you

Tuan Rubah BerdasiWhere stories live. Discover now