bagian 12

14.8K 1.1K 49
                                    


🌾Selamat membaca


Hari sudah menunjukkan pukul 06.30 pagi. Namun pagi ini, Rafa belum diperbolehkan zidan untuk bersekolah karena baru dipulangkan dari rumah sakit. Kini zidan tengah menyiapkan sarapan untuk rafa. Ntah hantu apa yang merasuki kakaknya kini? Pikir rafa.

"RAFA!! SARAPAN!" zidan terpaksa berteriak karena jarak kamar rafa yg jauh dari dapur. "Mana lagi nih anak?" Kesalnya karena tak mendapat jawaban dari rafa. Ia melangkahkan kakinya ke kamar rafa. Mungkin adiknya belum bangun dan, ya. Ketika zidan membuka pintu kamar rafa, adiknya  itu masih tertidur pulas.

Ia mendekat ke sang adik, duduk disebelahnya dan mengelus kepala adiknya pelan. Tangannya terangkat begtu saja tanpa ia sadari.

"Fa, bangun. Udah gua siapin sarapan tuh!" Ujarnya sepelan mungkin sambil menyingkirkan tangannya dari dahi sang adik.

"Eh kakak?" Rafa bingung kenapa kakaknya ada disebelahnya sekarang.

"Mandi sana, abis itu turun. Gua udah bikinin sarapan." Lanjut zidan sambil membuka gorden jendela rafa.

"Iya kak." Rafa duduk sebentar dan langsung memasuki kamar mandi.

Zidan tersenyum singkat. Akhirnya hubungan mereka sudah mulai membaik. Memang agak sedikit canggung. Tapi lebih baik dari sebelumya. Rafa juga sudah tidak menunjukkan rasa takutnya ke zidan lagi.

//

Sarapan itu berlangsung hikmat. Tak ada sautan sedikitpun dari kedua kakak adik itu. Mereka sama sama menikmati sarapan pagi yang sengaja  dimasakkan oleh zidan.

"Kak, kok ngga ngga sekolah?"tanya rafa sambil melihat kakaknya yg tengah membersihkan meja makan.

"Terus lo sendiri gitu disini? Kalau lo tiba tiba collaps gimana?" Sewotnya sambil menunjukkan kekesalannya dengan sedikit menghentakkan gelas yang ia pegang saat itu.

"Tapikan kakak jadi banyak ketinggalan pelajaran." Jawab rafa dengan sendu.

"Gapapa kali, gua bisa pinjem cacatan temen." Zidan membawa semua piring yg ada dimeja ke arah mesin pencuci piring.

Rafa meninggalkan dapur dan beranjak ke ruang keluarga untuk menonton TV. Jujur ia sudah 1 minggu lebih tak membuka siaran televisi. Biasanya ia menonton doraemon atau kartun sinchan bila libur seperti ini.

Zidan yg sudah selesai membereskan piring tadipun mendekat ke sang adik dan duduk disampingnya.

"Hahaha.." Ini pertama kalinya rafa tertawa lepas dihadapan zidan.

Zidan bahagia melihat adiknya tersenyum dan tertawa lepas seperti  ini. Ia sangat jarang bahkan tak pernah membuat adiknya tertawa sekalipun. Ada rasa hangat yang menjalar saat itu.

Karena terlalu gemas zidan mengacak rambut rafa dan mencubit pipi sang adik. Rafa yg tadi tertawa melihat tv teralihkan ke sang kakak. Rasanya tak percaya.

"Eh sorry sorry." Ujar zidan yang tengah gugup itu.

Rafa masih terdiam medengar kakaknya berujar barusan. Namun lamunan itu buyar ketika suara zidan kembali terdengar.

"Kenapa diem?" Tanya zidan dengan mengangkat dagunya dan menatap rafa dengan tampang sombongnya.

"Ka-kakak pegang rafa?"  Katanya yang membuat zidan terkekeh.

"Lo masih ngga percaya sama gua?" Tanya zidan dengan serius.

Zidan mencium kening rafa tanpa persetujuan sang adik yang semakin tercengang melihat tingkah zidan yang berubah 180°. Sedangkan zidan, laki laki itu tampak mencoba untuk tidak salah tingkah atas apa yang ia perbuat tadi.

Rafa belum bergerak sedikitpun. Ia masih terlalu kaget melihat tangan kekar zidan dengan santainya mengacak rambut rafa.

"Gua ke kamar dulu." Ujar zidan sambil berdiri menjauh dari rafa yang sedang tersenyum saat kakaknya memunggungi dirinya.

"Kak!" Panggil rafa setelah itu. Zidan yang terpanggil pun membalikkan badannya menghadap rafa yang tersenyum cerah.

"Makasih."

//

15.25

"HALOO! I'M COMING!!" keinan masuk tanpa aba-aba. Bahkan anak itu tak mengucapkan salam maupun mengetok pintu sebelum masuk.

"Ribut?!" Rafa yg saat itu sedang menonton TV pun cukup terkejut dengan adanya keinan yang tiba tiba berteriak keras.

"Sorry. Namanya exited, ya harus teriaklah." Ucapnya sambil menghampiri rafa.

"Terserahlah." Jawab rafa dengan lesu. Terlalu lelah bila harus berdebat dengan keinan sekarang.

"Eh kak zidan mana?" Tanya keinan.

"Keluar bentar sama temennya. Lo ngga bawa apa apa kei?" Sambil melihat tangan keinan.

"Ngga, uang gua abis bayar uang kas tadi." Jawabnya santai, dan tentunya bohong. Seorang keinan kehabisan uang? Mana mungkin. Itulah yang ada dipikiran rafa sekarang.

"Ngeles aja lo, bilang aja malas beliin." Ucap rafa dengan kesal sambil memukul paha keinan.

"Tuh tau, nanya lagi." Jawabnya sambil terkekeh pelan.

Ceklek...

"Lho keinan? Kapan balik?" Kedua mata tersebut tertuju kepada  seorang laki laki yang baru memasuki rumah.

"Hehehe, baru aja kak." Jawabnya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.

"Lo udah makan belum? Tuh didapur ada pizza. Mau ngga?" Tawar zidan dengan ramah.

"Ngga deh kak, tadi gua udah makan sate pas pulang sekolah." Jawabnya pula dengan sebaik mungkin.

"Oohh... Fa nih!" Ucap zidan seraya memberi 1 bungkus bubur ayam yang sudah dapat rafa ketahui dari baunya.

"Bubur lagi? Enek kak." Ucap rafa dengan muka masamnya.

"Makan aja! Apa susahnya sih?" Sambil membawa bungkusan bubur tersebut ke dapur.

"Makan sana! Dari kak zidan marah lagi." Kini giliran keinan yang menyuruhnya. Rafa yang mendengar itu langsung menegakkan dirinya lalu berlalu ke dapur.



















[TBC]

Yeaayy!! Rafa zidan dah baikan🎉 tapi tak semudah itu ferguso wkwkw😅 konflik bakal jalan terus abis ini.

Makasih banyak yang udah baca ampe abis, udah vote juga ngomen💜

MAKASIH BANYAAAK💫😘

*kalau masih ada kesalahan setelah direvisi, tolong dikoreksi yaa😉

P L E A S E! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang