bagian 31

12.1K 937 104
                                    


🌾Selamat membaca


Keadaan Rafa semakin membaik setelah demam yang dialami kemarin. Ketika ia bangun dari tidur, Rafa mendengar sang kakak tengah menelpon seseorang di depan kamarnya. Ia langkahkan kakinya keluar menemui Zidan.

"Kak, Siapa yang nelpon?" Tanya Rafa dengan suara serak khasnya. Zidanlun menoleh ketika mendapati sang adik yang sudah bangun dari tidurnya.
"Keinan. Katanya nanti malam ada acara kayak pesta dirumahnhya. Dia ngundang kita." Jawab Zidan sambil memasukkan handphonenya ke saku kanan celananya.

"Kakak pergi?" Rafa bertanya dengan ragu, takut kakaknya marah dengan pertanyaan itu.

"Ngga enak nolak undangan orang, terlebih lagi Keinan sama tante Fitri udah baik sama kita." Jawab Zidan dengan helaan nafas yang dapat Rafa dengar.

"Ohh.."

"Lo juga pergi, ngga usah ngurung diri di kamar." Zidanpun berlalu meninggalkan Rafa yang berada di depan pintu kamarnya itu.


//

Zidan dan Rafa akhirnya sampai di kediaman Keinan. Banyak mobil mewah yang sudah terparkir di depan rumah megah tersebut. Rafa terdiam cukup lama di dalam mobil, memperhatikan orang yang berlalu-lalang di depannya.

"Ayo masuk!" Suruh Zidan dengan tegas.

"Iya kak." Mereka berdua akhirnya masuk ke keramaian itu. Zidan melihat ada 1 meja kosong di samping pintu utama. Ia lalu  memegang tangan Rafa dan mengajaknya ke meja kosong yang belum ditempati siapa-siapa itu.

"Duduk! Gua ambil minum dulu."

"Kak! Biar Rafa aja yang ambil. Kakak duduk aja." Rafa kemudian memperhatikan dimana letak meja tempat disediakannya makanan dan minuman. Ternyata disana, tepat disamping panggung acara. Rafa langkahkan kakinya mendekat ke meja tersebut, Namun terhenti saat melihat Fitri yang tiba-tiba datang dan tersenyum sinis padanya. Wanita itu tampak menghampiri Rafa.

"Ada Rafa ternyata. Gimana kamu suka sama permainan saya?" Perkataan itu seakan mengejeknya. Rafapun menggelengkan kepalanya seraya tertunduk.

"Maksud tante apa?" Tanya Rafa.

Fitri semakin mendekat ke Rafa. Lalu membisikkan sesuatu ke telinganya.
"Tunggu permainan saya selanjutnya." Ucapan itu seakan menjadi ancaman bagi Rafa. Setelah mengucapkan hal itu, ia kemudian meninggalkan Rafa yang masih terpaku mendengar perkataan Fitri barusan.

Rafa baru sadar bahwa kakaknya tengah menunggunya kini. Ia pun dengan segera mengambil 2 minuman berwarna merah dan hijau itu lalu membawanya ke sang kakak. Zidan merasa aneh melihat tingkah adiknya yang tampak lebih diam setelah mengambil minuman tadi.

"Lo kenapa sih? Kok diam?" Tanya Zidan pada adiknya itu.

"Ngga kok kak, Rafa cuma agak ngga nyaman sama keramaian kaya gini." Jawab Rafa dengan bohong. Jujur perkataan Fitri tadi membuatnya sedikit takut untuk berlama-lama disini. 

"Namanya juga pesta, ya pasti ramailah." Jawab Zidan sambil meminum minuman yang dibawa Rafa tadi.

Rafa tersenyum hambar mendengar ucapan kakaknya itu. Andai ia tau apa yang sebenarnya terjadi. Rafa lalu melihat sekelilingnya, memperhatikan orang yang saling bercengkrama satu sama lain.

"Apa yg bakal tante fitri lakuin?" Ucapnya dalam hati.


//


Acara tersebut berakhir sekitar pukul sebelas malam. Kini hanya tersisa Zidan dan Rafa disana. Mereka sepakat menemui Fitri dan Keinan sebelum pulang.

"Tante Fitri, Keinan!" Panggil Zidan ketika melihat dua orang itu sedang duduk ditaman depan rumahnya itu.
"Zidan? Belum pulang?" Fitri berdiri lalu bertanya demikian. Keinanpun ikut berdiri lalu menatap kedua orang yang sedang bercengkrama tersebut dengan aneh.

"Mau pulang kok, Tan. Makasih udah ngundang Zidan sama Rafa ya." Ucap Zidan sambil tersenyum ke arah wanita paruh baya yang ada dihadapannya itu. "Ya ampun, kamu ini kaya sama siapa aja. Oh iya, boleh tante bicara berdua sama Rafa dulu sebelum kalian pulang?" Rafa yg mendengar itu sontak menatap Fitri. Perasaannya mulai tak enak sekarang.

"Oh boleh kok, Tan. Fa! Tante fitri mau bicara sama lo." Ujar Zidan kepada Rafa yang masih diam dibelakangnya itu. "Hmm bicara apa ya, tante?" Kini giliran Rafa yang bertanya.

"Ikut tante sebentar. Keinan, temani Zidan bentar ya sayang? Mama mau ngobrol sama Rafa dulu." Fitri membawa Rafa ke samping kolam yang berada dibelakang rumahnya.

"Tante ngapain bawa Rafa ke sini?"

Fitri tersenyum sinis ke arah rafa yg tampak kebingungan.

"Kita mulai permainanya ya? Saya sudah tidak sabar." Fitri kemudian mendekat ke arah Rafa, namun tiba-tiba ia menceburkan dirinya ke kolam yang tepat berada disampingnya lalu berteriak meminta tolong.

"TOLONG!! AAKHH..! RAFA!" Fitri benar-benar sudah gila. Bahkan Rafa tak memegangnya sedikitpun. Apa ini permainan yang ia katakan itu?
Rafa hanya terdiam ditepi kolam. Bila ia bisa berenang, mungkin ia akan menyelamatkan Fitri sekarang.

"KEINAN!! TOLONG MAMA! UHUK..UHUK...!"

keinan yang saat itu sedang berbicara dengan Zidanpun merasa seperti ada yang memanggilnya. Dan yang benar saja, itu suara sang ibu.

"Mama?" Ia berlari ke arah suara itu berasal. Hal yang pertama kali Keinam lihat adalah Fitri yang sudah mulai lemas dikolam berenang miliknya.

"MAMA!" Tanpa aba-aba Keinan melompat ke dalam kolam lalu membawa mamanya ke tepi dan menaikkannya ke pinggir. Mata tajam keinan kini beralih ke Rafa yang tampak ketakutan. Keinan berdiri lalu memukul rahang Rafa saat itu juga.

Bugh

"Benerkan? LO EMANG MAU BUNUH MAMA GUA!!" Teriaknya yang disaksikan Zidan dan ibuny itu. "Ngga kei, tadi.. Tadi -" Rafa mencoba membela diri namun bentakan itu kembali terdengar ditelinganya.

"TERNYATA BELUM PUAS YA LO!?"

Zidan yang melihat suasana yang mulai keruh mendekat, ia menenangkan keinan yang sedang terbakar emosi itu. "Kei, gua bener-bener minta maaf. Gua ngga tau apa yang Rafa lakuin, tapi gua mau minta maaf tentang kejadian ini, Sekarang mending lo bawa mama lo kedalam dulu. Kasian, dia pasti kedinginan." Ucap Zidan setenang mungkin.

Keinan nampak terdiam saat Zidan mengucapkan hal tersebut. Ia lalu berjalan ke arah mamanya yang tengah menangis itu. Keinan usap bahu sang ibu dengan penuh kehangatan. "Ma, kita ke dalam ya? Keinan tau mama pasti shock." Fitri hanya diam dan mengiyakan kemauan sang anak. Keinan kemudian membantu sang ibu masuk ke rumah yang sudah sepi itu.

"IKUT GUA!!" Zidan tiba-tiba menarik paksa tangan adiknya yang sedang tertunduk itu keluar dari hunian megah Keinan.




































[TBC]

Double up ngga tuh?

Okeh, makasih yang udah baca sampai habis, udah vote dan komen juga😚😘

MAKASIH BANYAAAAAK💜💫

*kalau masih ada kesalahan setelah direvisi, tolong dikoreksi yaa😉

P L E A S E! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang