🌾selamat membaca
Setelah menarik tangan rafa ke dalam rumah. Kini zidan membawa rafa ke kamar miliknya. Ia menatap rafa dengan tajam, ia mulai mendekat ke arah Rafa yang sudah terduduk dilantai sambil menangis. Tangan kecil itu berusaha menghapus air mata yang turun dengan derasnya.
"Gua mau lo jujur sama gua. Apa yg udah lo ceritain sama suster itu?" Masih bisa Rafa dengar nada dingin itu terucap dari mulut Zidan.
Rafa hanya menggeleng kuat."Gua mau lo jawab pertanyaan gua. Bukan diam kayak begini. Punya mulutkan??!" Kini suara lantang Zidan mulai terdengar mengerikan.
"R-r-rafa ngga b-b-bilang apa-apa kak." Jawabnya gugup sambil menunduk. Tak sanggup bila menatap mata penuh amarah dimata kakaknya itu."BOHONG!! SEKARANG GUA MAU LO JUJUR FA! APA SUSAHNYA SIH JUJUR SAMA GUA!" Yang benar saja, emosi Zidan semakin tak terkendalikan. Tak mendapat kepercayaan dari sang kakak membuat Rafa sedikit jenuh karena merasa apa yang ia ucapkan tak ada artinya.
"RAFA UDAH JUJUR KAK. KAKAK MAU RAFA GIMANA LAGI? Hiks..hiks..." Rafa yang saat itu mendengar bentakan sang kakak tak tahan lagi hingga amarahnya tersulut juga.
"Dari sini aja gua udah tau kalau lo pasti bilang sesuatu sama suster itu. Oh gua tau, LO MAU NGADU GITU! LO MAU MINTA PERLINDUNGAN DARI ORANG BIAR PERCAYA SAMA LO!!" Tangan zidan bahkan kini sudah mencengkram kerah baju sang adik.
Rafa tak tinggal diam, ia memberanikan diri menatap mata Zidan yang bahkan tak ada rasa iba sedikitpun itu. "Segitu ngga percayanya kakak sama Rafa? Sampai kakak dengerin omongan orang lain dibanding -" Perkataannya belum selesai namun tangan Zidan mulai terlepas dan memutuskan untuk beranjak meninggalkan adiknya seorang diri.
//
Keesokan harinya...
Rafa kini tengah duduk di taman depan rumahnya. Menikmati udara pagi yg menyejukkan baginya. Ia tak bersekolah, kakaknya sempat menyarankan untuk rafa home schooling. Namun kejadian itu membuat semua persiapan itu hancur.
Air mata itu kembali turun dari mata indahnya itu. Menatap langit yg masih terlihat gelap.
"Kakak kenapa ya? Sekarang berubah. Dia kayak bukan kak Zidan." Kata itu terlepas dari mulutnya diiringi 1 tetes air mata.
Setelah 20 menit berdiam diri di taman rumahnya, Rafa memutuskan masuk kembali ke rumahnya. Ia bawa langkah kakinya ke dapur karena perutnya yang belum terisi apapun pagi ini. Namun pergerakannya terhenti saat melihat wanita yang tengah duduk di meja makannya. Dan yang benar saja, itu Fitri.
"Tante fitri?"
Merasa terpanggil, Fitri pun menoleh ke Rafa yang tengah berdiri tegap di belakangnya. Senyum sinis itu ia layangkan ke anak itu. Rafa tau ibu dari sahabatnya itu dari awal tak menyukai kehadiran dirinya.
"Terkejut ngeliat saya disini? Hahaha.. Rafa-Rafa, kamu tau? Semudah itu membuat semua orang menjauhi kamu. Kasian." Ejek Fitri dengan santainya yang membuat Rafa yakin bahwa Fitri tak sebaik yang kakaknya katakan.
"Tante ngapain disini?" Tanya Rafa ke Fitri yang kini mengambil pisau di dalam laci dapurnya."Kita mulai ya, permainannya?"
Fitri kian mendekat ke arah Rafa. Kemudian hal tak terdugapun terjadi.
Pisau itu ia sayatkan ke arah tangan kirinya, hingga cairan merah berbau anyir itu keluar dan menetes ke lantai dapur putih tersebut."T-t-tante, Ya ampun tante ngapain ngelakuin ini?" Ucap rafa sambil menyingkirkan pisau yang fitri gunakan untuk menyayat tangannya tadi.
Fitri kini tersenyum. Rencananya berjalan lancar. Tepat saat rafa memegang pisau itu, Keinan datang. Ia sengaja menelpon saang anak agar permainan yang ia jalankan semakin menarik.
"RAFA!! LO APAIN MAMA GUA!!" Keinan mendorong tubuh Rafa yang membuat tubuhnya limbung ke arah meja makan hingga kepalanya terbentur ke ujung meja tersebut.
Keinan menggandeng tangan ibunya yang tampak sesekali meringis. Ia sempat melirik ke arah Rafa yang sedang berusaha mempertahankan kesadarannya. Rasa bersalah itu tiba-tiba muncul di hatinya. Bahkan bisa ia lihat darah mengucur dari kepala sahabatnya dengan derasnya.
Fitri yang saat itu sadar bahwa keinan tengah melirik Rafa pun kembali menjalankan aktingnya. "Kei mama pusing." Kata fitri sambil memegang kepalanya.
"Ayo ma. Kita harus ke rumah sakit. Nanti luka mama infeksi." Keinan langsung tersadar dan lantas membawa mamanya keluar dari rumah tersebut.
Sedangkan Rafa, ia hanya mempasrahkan dirinya. Tak ada kekuatan lagi untuk membuka mata. Darah itu kian deras keluar dari kepalanya. Bahkan tak hanya kepala, hidungnya pun mulai mengeluarkan cairan merah tersebut.
Nafas itu kian menipis. Tak ada yg bisa ia rasakan sekarang. Semua badannya seakan mati rasa. Hingga kegelapan kembali menariknya ke alam bawah sadar.
[TBC]
Ini mah lebih pendek dari part sebelumnya, hahaha sorry semua. Bakal cepat kok upnya, sabar yaa😚👍
Makasih yg udah baca sampai habis, udah vote sama komen juga😍
MAKASIH BANYAAAAK💜💫
*kalau masih ada kesalahan setelah direvisi, tolong dikoreksi yaa😉
KAMU SEDANG MEMBACA
P L E A S E! [End]
Teen FictionDia yang hidup hanya sebagai pelampiasan kemarahan dari seseorang yang tak lain adalah kakaknya sendiri. ......... "LO ITU CUMA NUMPANG BANGS*T!! "Maaf kak..." #48 friendship → 20200831 #10 brotheship→ 20200907 #06angst → 20210217 ⚠AKU TEKANIN, CER...