bagian 35

18.8K 1.1K 140
                                    



🌾Selamat membaca


Edo dan Zidan memutuskan tetap melanjutkan pencarian sang adik diikuti 2 mobil polisi didepannya. Zidan memijat pelan keningnya yang terasa sedikit pusing. Sudah 2 malam ini ia tak tidur sama sekali, tidak mungkin iya bisa tidur sedangkan keberadaan Rafa belum ia ketahui sama sekali.

"Lo kalau capek tidur aja. Ntar kalau polisinya berhenti gua bangunin." Edo yang tengah berada disampingnya tau bahwa Zidan benar benar lelah sehingga ia menyarankan Zidan untuk beristirahat saja.

"Gua ngga akan bisa tidur, do." jawabnya dengan nada sendu dan mata yang sibuk memperhatikan keadaan jalan yang sepi itu. "Setidaknya tenangin otak lo, istirahat sebentar." Saran Edo pada Zidan.

"Hah.. Gua bahkan ngga tau Rafa udah tidur apa belum. Ya tuhan, ini harus gimana?" Lirih Zidan seakan pasrah akan segalanya.

Edo melirik sahabatnya  yang tengah menundukkan kepalanya itu. Ia memukul bahu Zidan pelan. Zidan yang merasakan itupun mulai mengangkat kepalanya dan menatap Edo.

"Gua ngga pernah jumpain Zidan yang tiba-tiba cengeng gini?" Ejek Edo sambil tersenyum pada Zidan. Semua itu ia lakukan semata-mata untuk menenangkan pikiran sahabatnya tersebut.

"Makasih banyak, Do. Makasih udah bantu gua."




//


Fitri kini sudah menanti-nantikan permainan hari ini. Melihat keadaan Rafa sekarang benar benar membuatnya bahagia. Fitri memperintahkan Reza beserta anak buahnya untuk terus memukuli Rafa yang saat itu belum bangun dengan membabi buta tak berperasaan.

Bugh

Bugh

Bugh

Fitri tertawa melihat darah yang terus merembes di kening Rafa dan hidungnya. Mereka bahkan dengan sengaja menendang keras perut Rafa hingga memuntahkan darah yang yak sedikit itu.

"CUKUP!" Teriakan Fitri tersebut membuat semua anak buahnya mundur dan memberhentikan kegiatannya itu.

Fitri lalu berjalan ke arah koper usang yang ada dipojok ruangan usang tersebut. Mengeluarkan benda tajam yang sudah ia siapkan dari kemarin. Setelah mengambil benda itu, kini ia kembali mendekat ke tubuh anak yang sudah tergeletak tak berdaya di depannya.

"Goodbye, honey." Bisikan itu Fitri bisikkan ditelinga kanan Rafa.

Fitri mulai mengangkat benda yang ia pegang, berancang-ancang untuk menusuk Rafa tapi suara tembakan keras sudah lebih dulu menyambutnya.

DOR

Ia membalikkan tubuhnya menghadap Reza yang tengah menghadapkan pistol miliknya ke arah Fitri. Untungnya tembakan pertama tak mengenainya. Fitri yang melihat itupun lantas menatap tajam Reza yang sedang mengeluarkan seringainya itu.

"APA-APAAN KAU REZA!?" Bentak Fitri pada lelaki bertubuh besar dihadapannya tersebut.

"Hahahaha, Fitri Fitri. Masuk juga kau ke jebakan yang aku buat." Reza tiba-tiba tertawa terbahak-bahak sambil memperhatikan Fitri yang kebingungan itu.

"APA MAKSUDMU? KAU MENJEBAKKU??!"

"Kau masih bodoh ya, seperti dulu." Reza memulai permainan yang ia isyaratkan pada seluruh anak buahnya tadi.

"Reza, kita sudah sepakat. JANGAN GILA REZA!!" Teriakan itu sukses membuat Rafa yang tadi terpejam membuka matanya. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali seraya menghilangkan rasa sakit yang teramat dibagian perut dan kepalanya.

"Aku tidak gila Fitri. Apa salah, bila aku balas dendam setelah kau khianati aku dulu?" Reza kembali berucap remeh.

"Kenapa kau selalu mengungkit masa lalu? Bukankah masalah itu sudah selesai?" Jelas Fitri yang membuat keadaan disana semakin panas saja.

"Aku tidak mengungkit masa lalu, aku hanya ingin semua yang kau lakukan dulu, kau bayar sekarang." Jawab Reza dengan tegas. Fitri yang mendengar itu tak dapat menahan amarahnya.

"DASAR REZA GILA!! KAU INGIN APA? 200 JUTA? IYA?!" Tawar Fitri dengan mudah.

"Kau pikir nyawa bisa kau bayar dengan uang?"

"Apa maksudmu?" Fitri bingung dengan ucapan lelaki itu barusan. Ntah apa yang Reza inginkan ini?

"Iya, nyawa dibayar nyawa." Jawabnya kembali dengan jawaban yang sama.

Reza menghadapkan pistolny yg ia turunkan tadi ke arah fitri. Reza tersenyum penuh kemenagan.

"Goodbye, honey." Reza mengarahkan pistolnya ke arah Fitri. Dan...

DOR

   

                     
//

Zidan tiba-tiba terbangun dari lelapnya dengan keringat dingin yang membasahi pelipis serta lehernya. Tak lupa deruan nafas yang begitu cepat membuat Edo terkaget melihat tingkah Zidan.

"Hah..hah..hah.."

"Kenapa sih, dan? Bikin kaget orang mulu." Kesal Edo yang masih saat itu tengah menyetir. "Ngga tau, perasaan gua ngga enak banget, do." Jawab Zidan seraya menghapus peluhnya itu.

"Minum dulu, ngos-ngosan banget gua liat." Zidanpun menuruti perkataan sahabatnya tersebut. Ia ambil dengan segera air mineral dijok belakang mobilnya lalu mengambil 2 botol air yang terlihat menyegarkan itu.
Ia meneguk habis 1 botol air mineral dengan sekali minum.

"Kenapa? Cerita sini!" Ujar Edo saat melihat Zidan yang tampak sudah tenang.

"Gua ngga tau kenapa bisa mimpi begitu. Gua takut, do." Jawabnya dengan sendu.



//

Suara tembakan keras seketika memenuhi pabrik bekas tersebut. Fitri yang saat itu menunduk sambil menutup kedua mata dan telinganya merasa ada yang aneh. Ya, ia tak merasakan apapun. Dengan perlahan, ia buka kedua maniknya dan...

Brukh...

Alangkah terkejutnya ia saat melihat tubuh lemah itu luruh di lantai kotor tersebut. Matanya belum terpejam. Ia bahkan sempat menatap mata Fitri sejenak diiringi suara batuk begitu menyakitkan. Sedangkan Fitri, ia membeku melihat apa yang terjadi sekarang.

"KABUR!!" Reza pergi dengan seluruh anak buahnya begitu saja tanpa ada rasa untuk bertanggung jawab.

Fitri tak megindahkan teriakan Reza, ia malah mendekat ke sosok yang hampir terpejam itu. Dapat ia lihat betapa kesakitannya anak tersebut. Matanya mulai memburam, hingga 1 tetes air matapun jatuh.





























[TBC]

aku yakin kalian udah tau apa yang bakal terjadi. Selamat berimajinasi semuaa hahaha😁

Makasih ya yang udah baca, vote, komen 😚😘

MAKASIH BANYAAAAAAK💜💫

*kalau masih ada kesalahan setelah direvisi, tolong dikoreksi yaa😉

P L E A S E! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang