[4] One Winter Day

24 0 0
                                    

Sabtu, 11 Juli 2020

One Winter Day

A Story Written by Utamiwu_

Udara dingin sore hari menyeruak masuk, bersamaan dengan suara lonceng yang berbunyi ketika pintu kafe terbuka. Kota Seoul sudah memasuki musim dingin. Pantas saja udara terasa begitu dingin meskipun di siang hari.

Sosok laki-laki tinggi hampir dua meter dengan tubuh berlapis coat tebal berwarna cokelat, serta kacamata hitam yang bertengger di batang hidungnya, berdiri di ambang pintu masuk kafe. Jangan lupakan senyum manis yang terpatri di wajah tampannya membuat semua perempuan, baik pegawai maupun pengunjung kafe menjerit histeris. Teriakan itu semakin menjadi tatkala laki-laki itu membuka kacamatanya secara perlahan.

"Astaga, bagaimana bisa ada manusia setinggi dan setampan dia?"

"Lihatlah senyumnya, begitu menawan."

Laki-laki yang menjadi bahan obrolan para perempuan itupun hanya membalas dengan senyuman. Ia melangkahkan kaki untuk memesan minuman. Itulah tujuan utamanya, tebar pesona hanyalah tambahan.

"Hai Tiara, aku mau memesan Americano tanpa es. Kau tahu, udara diluar sangat dingin. Tapi sedikit menghangat ketika aku melihat wajahmu yang imut itu," kata laki-laki itu pada perempuan pegawai kafe dengan name tag yang tertulis nama 'TIARA'.

"Gyaaaa!!"

Bukan.

Teriakan itu bukan berasal dari Tiara—perempuan yang diajak laki-laki itu berbicara, melainkan datang dari perempuan lain yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik laki-laki dengan tinggi menjulang itu. Respon yang diberikan seisi kafe berbeda dengan Tiara. Perempuan itu hanya diam tanpa merespon. Ia tengah sibuk menyiapkan pesanan laki-laki tinggi di depannya.

"3.200 won kak," kata Tiara memberikan pesanan.

Perbedaan tinggi badan mereka yang luar biasa membuat Tiara mendongak untuk melihat wajah pelanggan kafe tersebut. Laki-laki itu tersenyum lebar sembari memberikan empat lembar uang seribu won pada Tiara sembari berkata, "Kembaliannya untukmu saja."

Laki-laki itu mengusap pelan kepala Tiara sebelum melenggang keluar dari kafe. Tiara hanya mengerjapkan mata, bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Sedangkan perempuan seisi kafe memandang iri pada Tiara.

"Astaga Tiara, kau beruntung sekali mendapat perlakuan seperti itu di hari pertamamu bekerja," kata Sunny—rekan kerja Tiara.

"Apa? Kenapa memangnya? Dia siapa?" tanya Tiara bingung.

"Kau tidak tahu? Padahal ia begitu terkenal, bagaimana kau bisa tidak tahu. Laki-laki tinggi itu namanya Alex. Model dari agensi yang ada di sebelah kafe ini," kata Sunny menjelaskan sembari memandang langit-langit kafe, membayangkan paras laki-laki bernama Alex yang begitu tampan, baginya.

Tiara hanya mengangguk paham tanpa menunjukkan minat sedikitpun. Ia mengusir halus Sunny dengan mengatakan, "Maaf Sunny, masih ada banyak pekerjaan yang harus aku lakukan."

Mendengar itu, Sunny pergi setelah sebelumnya menepuk bahu Tiara pelan. Perempuan berkacamata bulat itu berdiam diri sesaat, memegangi kepalanya, memikirkan hal yang baru saja terjadi. Ia berkata dalam hati, "Kenapa ia mengusap kepalaku tiba-tiba?"

Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam, Tiara berpamitan untuk meninggalkan kafe. Ia hanyalah seorang pekerja paruh waktu, jadi waktu kerjanya di kafe hanya 6 jam kerja. Usai mengemas barangnya, ia berjalan pulang. Beruntung asramanya terletak tidak jauh dari kafe tempat ia bekerja. Hanya membutuhkan waktu lima belas menit berjalan, Tiara telah sampai.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 11, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

T I M E (Kumpulan Cerpen)Where stories live. Discover now