Spesial Chapter - 3

1.9K 214 22
                                    

Jeon Jungkook, ia berpikir semua akan baik-baik saja setelah melakukan kesalahan pada Taehyung. Ia pikir, hidupnya akan tenang, impiannya akan tercapai dan juga teman-teman sekolahnya terus memperhatikan dirinya.

Namun, hidup bagaikan roda. Terkadang diatas dan dibawah. Kesenangannya hanya sesaat dan kini tinggallah sebuah penyesalan besar dalam hidupnya.

Ia memejamkan matanya, mengingat kembali momen kebersamaannya bersama Kim Taehyung. Seorang sahabat, teman, kakak dan saudara. Mereka berdua bahagia dengan hal-hal kecil, tertawa bersama dan juga berbagi kesedihan.

Kim Taehyung adalah sahabatnya yang terbaik. Pemuda itu selalu berada di sampingnya, meng supportnya saat dia merasa benci dengan ayahnya.

Sekarang, semua hanyalah sebuah kenangan.

Ia telah kehilangan sahabatnya karena keegoisan sesaatnya.

Jungkook menundukkan kepalanya, netra hazelnya memandang lekat lapangan sepak bola di bawahnya. Semilir angin berhembus pelan, menerbangkan beberapa helai hitamnya yang panjang.

Mengangkat tangannya, bekas luka yang ia buat sendiri akan berbekas untuk selamanya. Jungkook merasa jijik dengan tangannya sendiri, bukan karena bekas jahitannya, tetapi karena kenangan buruk itu.

Jungkook berdiri dari duduknya. Kakinya berpijak pada pembatas rootoft, merentangkan kedua tangannya dan menghirup napas sebanyak-banyaknya. Mungkin ini saat-saat terakhirnya dapat menghirup udara sebanyak mungkin.

Ia memejamkan matanya. Air matanya mengalir bersamaan dengan sudut bibirnya yang terangkat naik.

Hatinya sakit. Sangat sakit.

Bisakah Jungkook menjelaskan betapa sakitnya dia kehilangan orang yang berarti untuknya? Menjelaskan bagaimana kehidupannya yang sulit karena ayahnya?

Hidup sangat tidak adil untuknya.

“Yakk...”

Jungkook masih memejamkan matanya. Ia sama sekali tidak menghiraukan jeritan seseorang dibelakangnya.

Suara lari yang terdengar buru-buru mendekatinya.

“Kau tidak boleh melompat. Tanahnya akan penuh dengan darahmu jika kau melompat.”

Jungkook mengernyitkan keningnya. Kalimat apa itu? Untuk pertama kalinya Jungkook mendengar seseorang menahan orang untuk bunuh diri dengan kalimat sekonyol itu.

Memutar kepalanya sekedar melihat orang yang baru saja melontarkan kalimat konyol padanya.

Obsidian hitam itu memandangnya begitu lekat. Matanya bulat dengan pupil hitamnya yang lebar, wajahnya kecil, ia memiliki pipi yang chubby dan bibir merah alami.

Untuk sesaat Jungkook terpanah akan pesona gadis cantik itu.

Gadis itu mengulurkan tangannya. Tatapannya kini memohon agar Jungkook menerima uluran tangannya.

“Kau bisa cerita denganku jika kau tidak bisa menceritakannya dengan orang lain.”

Jungkook masih diam.

“Kumohon.” ucapnya dengan suara lirihnya.

Obsidian hazel Jungkook terus memandang wajah gadis di bawahnya. Ia benar-benar terpanah sampai dia tak bisa mengalihkan pandangannya dari gadis itu.

Gadis cantik itu mengambil semua perhatian dan juga kewarasan Jungkook.

Mengetahui Jungkook hanya diam menatapnya, gadis itu segera menarik tangan Jungkook dan membawanya turun dari pembatas rootoft.

Who Are You? || [M] ✅Onde histórias criam vida. Descubra agora