56. Keluarga?

656 46 7
                                    

Jangan lupa vote nya!!!

Happy Reading!

***

Ari memarkirkan motornya di depan rumah. Ia mengerutkan keningnya ketika mendapati sebuah mobil yang ia kenali adalah mobil milik ayahnya. "Papah pulang?" Ia langsung bergegas masuk dan melihat dua orang yang tengah duduk di ruang keluarga sambil menonton televisi. "Papah? Bunda?"

Kedua orang itu langsung menoleh. Seorang wanita paruh baya langsung bangkit dan berhambur memeluk Ari. "Ya ampun sayang, akhirnya kamu pulang juga!" Ujarnya dengan penuh rasa senang karena dapat memeluk anaknya.

Papahnya-Farhan langsung ikut berdiri dan menghampiri Ari dan bundanya-Rida. "Sudah pulang kamu."

"Enggak, Ari masih di acara prom night," jawab Ari. "Ya udahlah, Pah. Kalo Ari masih di luar berarti belum pulang," gerutunya.

"Papah, kan, cuma nanya sayang," ujar Rida.

"Kamu gak tau basa basi banget," balas Farhan dengan gemas.

"Oh, iya, Ara mana? Gak bareng kamu? Atau udah pulang duluan?" Tanya Rida.

Ari langsung terdiam. Ia ingin membicarakan tentang Nayla pada kedua orang tuanya. Tapi ia tak tahu itu apakah ini saat yang tepat atau tidak.

"Ri?"

"Eh?" Ari langsung tersadar ketika Rida memanggilnya. "Udah pulang kayaknya," jawabnya sekenanya.

"Lho? Kalian gak bareng?" Tanya Farhan.

"Enggak. Dia bareng Raden," jawab Ari dengan malas.

"Kalian lagi berantem, ya?" Tanya Rida. Ia sangat hafal dengan sikap Ari yang selalu murung ketika bertengkar dengan Ara walau ia tak selalu berada dengan anaknya ini.

"Enggak. Ara udah gede, Bun. Dia pasti punya kehidupannya sendiri. Orbitnya gak selalu tentang Ari doang," jawab Ari.

"Fix ini mah, kamu berantem sama Ara," balas Rida dengan yakin.

"Bunda kelamaan di Melbourne, ya?" Ledek Ari.

"Aduh, Ari! Kamu malah ngeledek bunda lagi," omel Rida.

"Oh, iya, Bun, Pah, kapan berangkat lagi?" Tanya Ari.

"Perusahaan di sana udah stabil. Jadi kami gak akan pergi lagi. Bunda kamu juga kayaknya udah kangen banget sama kamu. Dia gak akan ikut lagi perjalanan bisnis papah," jelas Farhan.

"Iya, bunda juga mau liat kamu tumbuh. Walau kayaknya udah telat," Rida memasang wajah memelas. "Bunda juga kangen banget sama Ara."

Ari menggaruk kepalanya. "Awalnya kangen sama anaknya, eh ujung-ujungnya kangen sama anak tetangga juga," cibirnya.

"Astaga, Ari. Kamu masih aja cemburuan sama Ara. Jangan-jangan kamu juga cemburu, ya, Ara pulang sama Raden makanya uring-uringan?" Terka Rida.

"Apaan, sih, bunda. Kok bawa-bawa Ara sama Raden?" Ari berubah sewot.

Rida langsung berdeham. "Cemburu, ya?" Godanya.

"Apaan, sih, Bun? Enggak!" Kelit Ari dengan tegas.

"Tapi bunda dapet laporan dari tante Ria, kamu belum pernah lagi main ke rumahnya," pancing Rida sambil menaikkan sebelah alisnya.

Ari berdecak. "Ck, itu mah bunda aja yang nanyain," jawabnya. Ia kemudian berjalan dan duduk di sofa diikuti oleh kedua orangtuanya.

"Kamu beneran lagi berantem sama Ara?" Interogasi Farhan.

Ara & Ari √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang