Extra Part #2 : Semuanya Harus Selesai.

1.3K 59 9
                                    

"Ari?" David langsung menghampiri Ari yang sudah kembali dengan pakaian lusuh. Bukan hanya pakaiannya saja, tetapi juga wajahnya yang benar-benar memprihatinkan.

Semua temannya yang lain langsung ikut menghampiri Ari. Bahkan Liana dan Tina juga ada di sana.

"Gimana?" tanya Kevin.

Ari tak menjawab. Ia hanya diam dengan ekspresi yang sulit ditebak.

"Kayaknya gak usah ditanya lagi, deh. Mukanya udah gak mengenakkan," sahut Liana. Ia dapat melihat dari air wajah Ari yang benar-benar menyedihkan.

"Lo gak ketemu sama dia?" Raden memastikan.

"Atau lo udah ketemu tapi dia gak mau ngomong sama lo?" terka Keyla.

Ari menghela napas berat dan menggeleng pelan. "Gue gak ketemu sama Ara," jawabnya.

Semuanya menampakkan wajah ikut bersedih.

"Yang sabar, ya, Ri. Mungkin waktu kalian emang salah," ujar Riko.

"Dia bakalan balik lagi, kok. Asalkan perasaannya aja yang gak berubah," tambah Kevin yang langsung membuat semuanya menoleh ke arahnya. "Apa?" tanyanya yang merasa risih dipandang aneh seperti itu.

"Kevin bener," dukung David. "Dia bakalan balik lagi. Tapi gak tau hatinya. Bakalan masih sama atau enggak." Ia langsung menoleh pada Raden. "Atau bakalan pindah perasaan."

Ari mengerti apa yang dimaksud oleh David. "Den, gue pengen ngomong sama lo," ujarnya.

"Apa?" tanya Raden singkat.

Ari berjalan menjauh dari teman-temannya diikuti oleh Raden. Setelah yakin telah jauh dari teman-temannya, Ari menghadap Raden dengan wajah serius. "Jaga Ara."

"Gak perlu disuruh."

"Jangan bikin dia merasa sakit hati untuk kesekian kalinya."

"Ya."

"Tapi gue yakin lo gak akan bisa ngabulin apa yang jadi permintaan gue selanjutnya," ujar Ari.

Raden mengangkat sebelah alisnya. "Apa?"

"Gue yakin lo gak bakalan turutin," sahutnya.

"Hal yang ngebahayain Ara, ya mana mungkin gue mau," jawab Raden dengan kesal. Ia malas main tebak-tebakan dengan Ari.

"Jaga cinta Ara buat gue."

Raden membulatkan matanya. Napasnya memburu mendengar permintaan Ari. "Gila lo!"

Ari terkekeh mendengar Raden yang begitu emosi mendengar permintaan. "Gak papa. Gue yakin itu gak akan lo lakuin. Tapi gue selalu nungguin takdir. Jodoh gak akan kemana, kan?" ujarnya sambil terkekeh pasrah.

Raden hanya memandang datar Ari. sungguh brengsek laki-laki di depannya itu. "Ya udah, tungguin aja sampelo lumutan!"

"Kedengarn bucin emang, tapi gue gak akan nyerah, Den. Walau Ara sama lo, belum tentu hatinya juga sama lo, kan?"

Raden menggeram. Tangannya mengepal, dan ingin sekali ia layangkan pada wajah Ari. sungguh ia memang geram sendiri. Ia sendiri yang mengikhlaskan Ara, tetapi ucapannya hanya terhenti di mulut.

"Gue tau lo emosi karena gue masih berharap sama Ara. Gue emang bakalan ikhlasin siapa yang Ara pilih. Tapi tolong, jangan hentiin gue buat cinta sama Ara. Biarin harapan gue yang membumbung tinggi. Gue tau, gak baik terlalu meninggikan harapan, tapi Cuma itu yang jadi motivasi gue buat tetap hidup. Walau bukan Ara yang jadi pendamping gue, kelak," jelas Ari.

"Gue gak tau, Ri." Raden menghela napas pelan. Ia sungguh tak tega melihat Ari seakan hilang harapan untuk hidup. Kemana Ari yang biasanya selalu bersemangat dengan janji akan mengukir sejarah dengan mantan terbanyak?

Ara & Ari √Where stories live. Discover now