Chapter 2 : Di rumah Evan dan Vano

63 27 110
                                    

- Sebuah mimpi memang terasa seperti kenyataan. Namun, mimpi itu belum tentu benar adanya. -

Senin, 11 Januari 2020.

Jam menunjukkan pukul sekitar setengah enam pagi yang menandakan bahwa satu jam lagi Evan  dan Vano sudah harus berangkat ke sekolah.

Evan sedang menikmati semangkuk bakso di meja makan. Di sebelah mangkuk bakso itu ada secangkir teh manis dengan aroma yang harum seperti bunga.

Tiba-tiba, ia dikejutkan oleh Vano yang mendadak muncul di depannya dengan wajah penuh keringat seperti baru saja selesai berperang.

"Vano! kamu buat aku kaget! Ada apa dengan ekspresi wajahmu itu?!" omel Evan.

"Tidak penting. Cepat jawab pertanyaanku."

"Kamu belum memberiku pertanyaan, Van!"

"Oh belum ya?"

"Huh, iya."

Vano pun mengutarakan pertanyaannya, "Semalam kamu dimana?"

"Bobok di kamar," jawab Evan dengan singkat. Ia memang sedang tidak ingin berbicara karena asyik menyantap bakso miliknya.

"Kalau kemarin sore? apa kamu ikut lomba balapan lagi?"

Saat mendengar pertanyaan itu, Evan berhenti makan. "Iya. Tapi tunggu dulu.  Aku tidak memberitahu kamu. Kenapa bisa tahu?"

"Aku tahu aja. Terus, apa kemarin ada sesuatu yang terjadi?"

"Ada."

"Apa?"

"Aku ... menang lomba juara 1! Yeay! Evan memang hebat! Wow!"

"Ahh."

Memang tidak ada hal buruk yang terjadi.
Malam panjang itu aku hanya bermimpi.
Lagipula, mengapa aku harus khawatir dengannya? batin Vano.

Setelah mendengar jawaban Evan, ia pun beranjak pergi meninggalkan Evan.

"Vano! kenapa pergi? kamu tidak mau merayakan kemenanganku?” tanyanya.

"Tidak," jawab Vano dengan singkat. Ia terus berjalan menaiki tangga menuju ke kamarnya di lantai 2.

Evan sedikit kesal dengan sikap Vano, namun ia cepat untuk menghilangkan rasa kesal itu.

Ia terus menikmati pentol bakso yang sekarang hanya tersisa satu biji.
Sampai akhirnya datang bunda Yasmin  dan papa Axell yang menghampirinya.

"Evan. Kamu pagi-pagi seperti ini makan bakso?" tanya bundanya.

Vano yang mendengar suara itu, seketika berhenti melangkah dan sedikit menoleh ke belakang.
Ia melihat papa dan bundanya sedang mengobrol bersama Evan.

"Hehe sekali-kali, Bun. Semalem aku nggak makan bakso, jadi yaudah pagi ini aja.
Aku kan nggak bisa kalo sehari nggak nyobain baksonya bang Kino warung sebelah," jelas Vano sambil tertawa kecil.

"Ya  sudah Evan. Lagian bakso nya sudah terlanjur kamu telan. Tapi, lain kali kalo pagi harus makan roti dan susu seperti biasanya ya,” pinta bundanya.

Evan mengangkat telapak tangan kanannya di atas kepalanya seraya berkata, "Siap bunda!"

"Oke bagus. Oh iya, bunda berangkat ke butik sekarang  ya. Bunda sarapan disana saja.”

“Papa juga mau berangkat ke kantor,” sahut papa Axell.

Evan mengangguk pertanda ia mengerti.
Orang tuanya juga segera bersiap-siap pergi ke tempat kerja.

F3 : FIGHTING FOR FRIENDS Where stories live. Discover now