24. Perlu memperhatikan

708 69 122
                                    

"Salah satu ciri pemimpin yang baik adalah menerima setiap saran dari anggota, kemudian mempertimbangkannya."

Magnus melempar gawainya malas. Kenapa pula harus ditunjuk menjadi kandidat? Jika begini ia bisa menjadi ejekan Al jika tidak bisa memenangkannya. Secara Al mantan ketua umum PMR MHS. Di mana masa itu ketika sedang jaya-jayanya.

Punggungnya ia senderkan pada tembok. Baru menyadari markas saat ini sedang sepi. Sepertinya para panitia terlalu sibuk di ruang kelas yang akan digunakan untuk acara nanti. Magnus sangat suka jika sekolah ada kegiatan ekstra seperti ini. Jadi, tidak melulu tentang pelajaran.

Deringan singkat di gawainya membuat Magnus mengambil  benda itu. Lagi-lagi pesan misterius itu kembali muncul setelah sekian lama menghilang. Magnus pikir si peneror kehabisan data. Ini masalah pribadi Magnus, jadi anak se-ekstranya tidak boleh ada yang tahu.

"Mau lo apa?" tanya Magnus begitu sampai di tempat yang diinginkan orang itu. Orang bermantel hitam dengan perawakan mirip bodyguard. Magnus menjulukinya 'KTN' singkatan dari Kenal Tapi Nggak.

KTN telah memberitahu informasi tempat saat ini dengan detail. Hanya saja, tidak ada yang tahu jika seseorang telah menghapus beberapa pesan di gawai Magnus. Salah satunya tentang tempat ini.

Tidak ada jawaban yang terdengar. Magnus tidak menyadari orang itu membawa sebuah balok kayu yang kini sudah dipukulkan pada kakinya.

Rasa perih seketika menjalar ke seluruh bagian kaki kanannya. Meski, tidak berlangsung lama, nyatanya hal ini membuat Magnus jadi kehilangan jejak orang itu. Saat mendongak, Magnus sudah tidak lagi mendapati pria bermantel itu.

"Lo siapa sih?" tanya Magnus.

Merasa penasaran, Magnus berdiri sedikit tertatih. Ia berjalan menuju belakang tempat ini. Masih ada di dalam lingkup sekolahnya, mata Magnus mengedar ke seluruh penjuru.

Gelengan disertai erangan lirih terdengar. Magnus benar-benar kehilangan jejak orang yang sudah menggangunya ini. Buru-buru ia berbalik mengingat suasana sekolah semakin ramai dan ia harus segera kembali ke markas.

Belum sampai sempurna, Magnus membalikkan badan. Sebuah tarikan dari belakang mengikat kedua tangan Magnus bersamaan dengan sebuah kain yang membekap mulutnya.

Magnus lengah, sampai tidak waspada dengan keadaan sekitar. Ia ingin memberontak, tetapi sadar jika harus menghemat tenaga di tubuhnya. Ia tidak boleh membuat jantungnya bekerja lebih keras lagi.

"Wah, kandidat ini sepertinya sangat berwibawa, ya?"

Suara itu terdengar tepat di telinga Magnus. Suara laki-laki. Magnus akan mengingatnya.

"Sudah tahu bukan, jika anda harus menjauhi mantan anda itu? Kenapa anda malah gencar mendekatinya?" Lembut. Namun, mampu membuat bulu kuduk Magnus berdiri.

***

Mata Sergio mengintip ke pintu kaca penghubung ruang tata usaha dan ruang kepala sekolah itu. Sedangkan Lerby dan Vera mengedar ke seluruh penjuru tata usaha.

"Bro!"

Lerby dan Vera sontak menoleh ke arah Sergio saat cowok itu berseru. Ada wajah penuh harap yang mereka tunjukkan saat ini. Namun, harapannya luntur saat Sergio tiba-tiba menggeleng.

"Pak Slamet mau kesini," ujar Vera panik. Dari dalam sini ia bisa melihat dengan jelas Pak Slamet yang berjalan cepat menuju ruang tata usaha.

Tanpa pikir panjang, Sergio menarik kedua lengan temannya ini keluar dari ruangan. Ia berbelok ke arah kiri, menuruni tangga kecil yang membuatnya berakhir di antara ruang BK dan ruang Perpustakaan.

BAOBABOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz