13 Pernikahan

14 4 0
                                    

Pernikahan adalah hari yang paling membahagiakan bagi setiap orang. Tapi tidak dengan Zen. Hari ini dia sedang berada di ruang rawat sang daddy yang sedang berbaring lemah dengan berbagai macam selang dan bantuan alat pernafasan di hidungnya.

Dan ini adalah hari pernikahan Zen dan Fisa yang hanya di saksikan oleh Raka dan beberapa dokter serta Nia, bagas suaminya dan balu bocah 5 tahun anak laki laki Nia.

Fino tersenyum lemah merasakan hari yang sangat bahagia sepanjang hidupnya. Ia menangis haru melihat Zen putra satu satunya dan menantu pilihannya saling bertukar cincin pernikahan mereka.

Setelah selesai  berdo'a yang berarti Zen dan Fisa telah sah menjadi suami istri, tiba tiba Fino kejang kejang yang membuat semua orang panik.

"Dad, daddy kenapa?" Teriak Zen panik.

"Ra... raka tolong kak Fino, lakukan apa aja yang kalian bisa" sergah Nia yang ikut panik juga.

"Iya Raka, tolong kalian bergerak cepat" Bagas ikut panik dan meneriaki para dokter di situ.

Belum para dokter bertindak, Fino menutup matanya dan terkulai kaku tak sadarkan diri di iringi suara mesin pendeteksi jantung yang menunjukan garis lurus.

"DADDY" Teriak Zen dengan muka memerah menahan tangisnya sambil mengguncang guncangkan tubuh Fino.

"KAKAK" Nia menangis terduduk lemas di lantai dengan Bagas yang berada di sebelahnya memeluk Nia dari samping mencoba menenangkan.

Fisa membulatkan matanya sambil menutup mulut tak percaya dan sedetik kemudian ia ikut menangis. Para dokter hanya menggelengkan kepala mereka sambil menunduk merasakan kesedihan juga.

Raka menghela nafas dengan kasar." Maafin Om Zen, daddy kamu sudah gak ada" ucap Raka sambil menunduk.

"GAK GAK MUNGKIN DADDY GAK MUNGKIN NINGGALIN ERALD" teriak Zen sambil memeluk erat tubuh Fino dengan tangisannya yang kencang memenuhi ruangan tersebut.

"Maaf Zen, kita para dokter sudah berusaha semaksimal mungkin, kamu yang sabar terima kenyataan ini" ucap Raka.

Zen menggelengkan kepala kuat tak percaya atas kematian Daddynya. Ia perlahan melepas pelukannya dari Fino dan tiba tiba mengeraskan rahangnya menatap wajah Fisa dengan tatapan mata merah menyala.

"PUAS LO HAH?!"

Fisa tersentak karena bentakan Zen padanya, ia menatap wajah Zen tak percaya kenapa tiba tiba Zen membentaknya.

Semua dokter yang ada di situ terkejut sekaligus bingung dengan sikap Zen pada Fisa. Tak terkecuali dengan Bagas dan Nia menatap Zen bingung juga.

"GARA GARA BAPAK LO ITU, DADDY GUE JADI MENINGGAL" Teriaknya lagi.

Fisa hanya diam menunduk meneteskan air matanya yang terus mengucur.

"Aberald kamu ngomong apa hah?!" Bentak Nia pada Zen.

"Kenapa Aunty lebih belain dia, padahal dia anak orang yang udah bikin daddy meninggal" ucap Zen tegas.

Nia tak bisa berkata kata ia memandang Zen tak percaya bisa bisanya keponakannya ini berkata seperti itu.

"Erald ini kecelakaan yang gak di sengaja dan kamu gak boleh menyalahkan siapa pun di sini, gak ada yang mau peristiwa ini terjadi coba kamu buat berpikir dewasa sedikit" ucap Bagas menaikan volume suaranya.

Balu yang tidak mengerti tentang pertikaian orang orang dewasa itu, hanya menatap polos sambil berdiri menyandar pada tembok dan memakan lolipopnya."kenapa papi sama abang rald teriak teriak ya?" Ucapnya dalam hati.

"GAK, SAMPAI KAPANPUN AKU GAK AKAN MAAFIN DIA KARENA INI SEMUA KESALAHAN AYAHNYA" Tunjuk Zen pada Fisa dengan marah.

Fisa menerima cercaan Zen, dia tidak bisa berbuat apa apa selain menangisi takdir yang tuhan berikan.

"Tolong kalian jangan bertengkar begini, seharusnya kita berduka atas kepergian Pak Fino, masalah ini bisa di bahas di rumah saja, kita harus segera mengurus jenazah pak Fino" ucap salah satu dokter yang ada di situ

"Iya dokter ferdi benar, tolong kontrol emosi kamu Zen dan terima kenyataan ini" ucap Raka.

Zen menutup mata mencoba menenangkan kepalanya yang terasa panas. Ia benci melihat Fisa, ia benci tangisan itu, dia berjanji pada dirinya sendiri tidak akan memaafkan gadis ini.

Fisa terus menangis di tempat ia bediri, tubuhnya terasa lemah dia ingin tumbang sekarang juga, dimana ayahnya di salahkan atas kematian Fino oleh suaminya sendiri.

Ia tidak marah atau pun menyalahkan siapa pun disini, Fisa juga sangat bersedih atas kepergian Fino. Fino adalah sosok ayah yang baik seperti ayahnya, Fino sangat menyayangi Zen sampai Fino harus menikahkan Zen dengan dirinya.

Ia menyakinkan dirinya sendiri bahwa semua akan baik baik saja. Fisa akan menjaga dengan baik amanah dari ayahnya untuk kuat dan tidak mudah menyerah maupun amanah dari ayah mertuanya untuk selalu menjaga dan mendampingi Zen apa pun yang terjadi.

*************************

Jangan lupa vote and comentnya teman teman.....

Sekalian follow akun authornya yah......

Tbc

Because I Love You [Nafisa And Zenardo]Where stories live. Discover now