#04

7 1 0
                                    

Kebetulan-kebetulan rasanya selalu datang menghampiri Sila. Yang entah itu kebetulan bertemu Gerhana, ataupun kebetulan bertemu Andi—teman dari adiknya. Seperti saat ini, keduanya bertemu sacara kebetulan di taman tak jauh dari tempat Sila berkerja. Sila yang tengah menikmati angin sepoi-sepoi di sore hari, mendapatkan seseorang menyentuh pundaknya dan duduk di sampingnya. Rupanya itu Andi. Untuk kesekian kalinya, kedua orang itu bertemu.

"Sedang apa?" remaja jangkung itu bertanya. Matanya tak lepas memperhatikan Sila yang masih menutup mata, menengadah seolah sangat menikmati angin yang beterbangan menerpa wajahnya.

Andi paham, sepertinya lelaki di sampingnya tidak ingin berbicara dahulu untuk sesaat. Alhasil dia hanya terdiam, turut menikmati angin yang membuat surainya menari-nari ringan.

Beberapa kali dipertemukan oleh takdir, Andi sudah mulai tahu siapa Sila. Pemikiran bahwasanya sosok Sila merupakan seorang pemulung rupanya salah saat lelaki itu mengatakan sesungguhnya. Keduanya sudah mulai bercerita banyak, bahkan hubungan Sila dengan Mia sekali pun. Awalnya Andi tidak terlalu percaya, namun saat melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwasanya Mia keluar dari rumah yang sama dengan teman barunya itu, Andi mempercainya. Selama ini Mia berbohong, entah itu kepada dirinya ataupun dengan orang banyak.

Mia sering mengatakan dirinya dari golongan orang kaya. Ayahnya pembisnis, sedang ibunya seorang desainer. Saat Andi dan teman-temannya mengantar Mia pun perempuan itu akan menuntun mereka menuju perumahan elite, tanpa mengizinkan mereka mengetahui di mana letak rumahnya yang sesungguhnya. Meskipun begitu, rasa suka Andi terhadap Mia tidak pernah berkurang sedikit pun. Seberapa banyak Mia membohonginya, Andi tetap menyukai lelaki itu. Andi telah jatuh terlalu dalam dengan sosok teman sepermainannya tersebut.

'Bagaimana kabar Mia?'

Selembar kertas yang diberikan oleh Sila sudah dapat ditebak, bahwasanya lagi-lagi temannya itu tidak kembali ke rumah. Sila mendesah pelan. Sebenarnya dirinya juga tidak tahu bagaimana kabar orang yang dicintainya itu. Terakhir bertemu saat dua hari lalu, setelahnya dia benar-benar tidak tahu.

"Baik. Mia sedang bersama Dewi." Lagi-lagi Andi hanya dapat berbohong. Dia tidak ingin kakak dari orang yang dicintainya itu sedih. Andi cukup tahu kondisi keluarga orang di depannya tidaklah baik. Mendengar semua kisah—baik dari mulut Sila ataupun temannya—Jordan dan Hery, Andi menjadi sangat iba. Meskipun dirinya tidak merasakan, akan tetapi rasa yang ditanggung Sila seakan menjalar juga kepadanya. Beruntunglah dia dikenalkan dengan kedua teman sosok di sampingnya kini, dengan begitu dia dapat merasakan apa yang Sila rasakan. Sila terlihat tegar dan selalu tampak gembira, walau pada nyatanya Andi tahu semua hanyalah topeng belakang.

Jordan bilang Sila hanya tidak ingin melihat orang-orang di sekitarnya turut sedih, maka dari itu dia selalu tersenyum, walau pada nyatanya hatinya sangatlah pedih.

"Kamu sudah makan?" setelah cukup lama hanya diisi keheningan, Andi bersuara. Hari telah siang, waktunya untuk makan siang.

Gelengan diterima. "Mau makan bersama? Ayo kita ke kedai dekat sini!" Andi berujar riang, namun lagi-lagi gelengan kepalalah yang diterima. "Nga, usah! Ndi ajha, kuenyang."

'Tidak usah, Andi saja, aku kenyang' Andi tersenyum miris. Bagaimana bisa kenyang jika dia belum makan? Sila itu terlalu keras kepala.

"Tadi pagi kamu habis bekerja, 'kan?" Sila mengangguk mendengar pertanyaan Andi. "Vano memberikanmu makanan?" Sila terdiam. Tidak ingin menjawabnya.

Andi tahu siapa Vano. Dia pernah bertemu dengan lelaki itu. Tentunya, saat dirinya tidak sengaja bertemu Sila. Mereka bilang, mereka rekan kerja. Namun Andi rasa, si Vano itu memiliki rasa—yang mungkin tidak Sila sadari. Andi tidak pandai mengartikan sikap seseorang sebagai rasa suka ataupun sayang, namun rasanya yang Vano lakukan kepada Sila cukup berbeda. Lelaki itu akan menatapnya dengan bengis, seakan tidak terima kehadirannya. Seakan tidak ingin waktu berduanya dengan Sila diganggu oleh dirinya. Posesif, namun tidak dapat berbuat apa-apa.

ˢᵘⁿʸⁱHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin