61

25.1K 1.9K 163
                                    

Acara wisuda Dyba sudah siap, mereka semua memutuskan untuk langsung pulang. Dyba juga sudah berfoto-foto bersama angkatannya. Baju wisudanya juga sudah Dyba lepas tinggal kebaya dan selempang dengan tulisan 'Adyba Bailey Khenzi S. Psi.'

Mereka sudah akan berjalan ke luar taman yang digunakan untuk acara wisuda tadi, tetapi langkah Sam yang terhenti membuat empat orang lainnya ikut berhenti juga.

"Kenapa, Sam?"

Sam hanya tersenyum mendengar pertanyaan Nia-- bunda Dyba. Ia dengan cepat mengubah posisinya di depan Dyba menekuk sebelah lututnya untuk ditumpukan di tanah.

Sam tersenyum, ia menggenggam tangan Dyba. "Aku tau ini mendadak untuk kamu, tapi aku udah gak bisa nahan ini lebih lama lagi. Aku pengen cepat-cepat ngehalalin kamu."

Mata Dyba dan orang-orang di sekelilingnya membulat. Banyak mahasiswi yang menjerit melihat pertunjukan live itu. Lulus kuliah dan dinobatkan dengan IPK tertinggi di jurusannya, diberi kejutan oleh sang pacar, dan tiba-tiba di lamar di hadapan orang-orang.

Sam meneguk ludahnya, ia menatap dan menyelami bola mata Dyba itu. "Maaf, mungkin ini bukan lamaran romantis yang kamu pengen. Maaf aku sering buat kamu kesal, buat kamu marah-marah. Maaf selama ini aku juga posesif keterlaluan sama kamu. Maaf mungkin aku belum bisa jadi pasangan yang baik untuk kamu. Tapi, untuk sekarang, mau gak kamu jadi seseorang yang nemenin aku untuk menjadi lebih baik lagi? Merubah sifat seorang lelaki tidak sempurna ini menjadi imam yang baik nantinya."

Air mata Dyba menetes begitu saja. Ia tidak percaya dengan yang dilakukan Sam. Samudera, lelaki penuh kejutan.

Sam mengeluarkan kotak merah dari saku jasnya, berisi cincin yang modelnya simple, tetapi membuat Dyba terpukau karena bentuknya. "7 tahun lebih kita sama-sama, dan aku ingin selamanya kita bersama. Adyba Bailey Khenzi, will you marry me?"

Dyba tersenyum di sela-sela tangisannya. Ia menatap ayah dan bundanya yang berada di belakang tubuh Sam. Kedua orangtuanya mengangguk yang membuat Dyba mengalihkan tatapannya ke arah Gio. Gio memberikan jempolnya kepada Dyba yang berarti lelaki itu setuju dengan Sam. Dan Dyba menatap sekelilingnya yang tengah memperhatikannya dan orang-orang juga bersorak 'terima'. Bahkan, banyak dari mereka yang sudah mengeluarkan ponselnya untuk merekam Sam dan Dyba.

"Dy ...."

Dyba menatap bola mata itu. Keseriusan, kekaguman, cinta, ada di sana. Dyba dengan perlahan menganggukkan kepalanya. Mata Sam membulat, ia menatap Dyba dengan mata berbinarnya.

"Are you serious?"

"Yes. I want to marry with you."

Sam dengan cepat memasangkan cincin itu di jari manis Dyba dan langsung memeluk tubuh itu. Sam bahkan sampai menggoyang-goyangkan tubuhnya ke kanan dan kiri karena senang. Orang-orang di sekeliling mereka bertepuk tangan melihat pasangan itu.

'Uwu banget njir!'

'Pengen juga!'

'Pengen punya satu yang kayak dia!'

'Kapan aku bisa kayak gitu?'

'Aaa, gila! Aku selalu cuma jadi penikmat uwu orang terus!'

Begitulah pekikan-pekikan orang-orang yang ada di sekeliling mereka. Sebenarnya Sam sadar ini bukan lamaran yang romantis, tetapi Sam sudah tidak bisa menahan keinginannya supaya ia bisa memiliki hubungan yang lebih serius dengan Dyba.

"Maaf ini bukan lamaran yang romantis. Ini bukan lamaran yang dipenuhi bunga-bunga. Ini bukan lamaran di depan menara Eiffel atau gimana. Maaf aku gak bisa ngerangkai kata-kata yang romantis. Ma-"

Possessive Samudera [Selesai] Where stories live. Discover now