66

24.7K 1.9K 191
                                    

Yang minta double up ku kasih!

***

Dyba menghembuskan nafas panjang, menara Eiffel yang ada di depan matanya bahkan seketika tidak ada menariknya sama sekali. Pikirannya masih kepada Sam yang bahkan chat-nya sampai sekarang belum centang biru juga.

Dyba melihat sekelilingnya, banyak pasangan yang sedang bermesraan di depan menara Eiffel ini. Matahari sudah mau tenggelam menghasilkan semburat jingga di langit yang begitu menawan. Dyba memasukkan tangannya ke saku jaketnya. Udara lumayan dingin, mungkin karena ini udah mau masuk musim dingin.

Dyba sudah melihat pembangunan perusahaan ayahnya. Pembangunannya sudah berjalan 50% dan berjalan dengan baik. Dyba pikir tidak ada yang salah dengan pembangunan itu.

Dyba membalik badannya dengan cepat dan langsung menampar lelaki yang tadi memeluknya dari belakang dengan erat.

Mata Dyba membulat, di sana Sam tengah memegangi pipinya. Dyba dengan cepat bergerak ke depan. Meraih tangan Sam yang tengah mengusap pipinya sendiri dan menggantikan dengan tangannya untuk mengusapnya.

Mata Dyba berkaca-kaca. "Maaf, aku gak tau." Dyba masih mengelus pipi yang tampak memerah itu. Dyba meringis, pasti sakit.

"Kamu juga kenapa mau meluk gak bilang-bilang? Aku kira kan orang jahat!"

Sam tidak menjawab, ia masih meringis saat Dyba mengelus pipinya. Mungkin tenaga yang dikeluarkan Dyba tadi tenaga paling kuat.

Air mata Dyba turun saat Sam tidak menjawab perkataannya. Dyba menangkup pipi Sam. "Maafin aku."

Sam menghapus air mata Dyba dengan lembut, ia melengkungkan senyumnya. "Iya, gak papa. Kamu gak mau peluk aku gitu?"

Dyba terisak, ia dengan cepat mengalungkan tangannya di leher Sam dan memeluk tubuh Sam dengan erat.

"Maaf, aku gak tau kalau kamu."

Sam mengelus-elus punggung itu. Ia balik memeluknya dengan erat. "It's okey, aku seneng kalau respon kamu kayak tadi, itu berarti kamu bisa jaga diri kamu dari orang-orang di luar sana."

"Kenapa kamu di sini? Kan harusnya kamu wisuda."

Sam terkekeh, ia melepaskan pelukan Dyba. Menatap mata itu dengan lembut dan penuh kasih sayang. Sam menggenggam tangan Dyba dan menciumnya. Sam mengeluarkan sebuah kotak dari saku jaketnya. Membuka kotak itu dan membuat Dyba terbelalak.
Sam tertawa gemas melihat ekspresi wajah Dyba. Ia mengeluarkan gelang dari kotak itu dan tersenyum dengan manis ke arah Dyba.

"Harusnya kemarin aku lamar kamu di sini, di depan menara Eiffel sama kayak yang kamu mau dulu. Tapi, aku malah udah lamar kamu waktu hari wisuda kamu. Aku mau ngulangin lagi, aku pengen ngewujudin impian kamu untuk dilamar di depan menara Eiffel."

Sam menarik nafas pelan. Ia menekuk sebelah lututnya. "Sekali lagi ini bukan lamaran romantis. Aku gak bisa ngerangkai kata-kata romantis. Yang aku mau bilang, aku sayang kamu, aku mau kamu selalu ada di samping aku, dampingin aku di saat senang maupun susah. 7 tahun lebih udah kita lewati, aku mau sampai aku tua nanti aku tetep sama kamu. Bantu aku untuk menjadi imam yang baik nantinya, bantu aku untuk jadi ayah yang baik untuk anak-anak kita nantinya."

Dyba tersenyum di sela-sela tangisannya. Air matanya sudah merembes saat Sam memakaikannya gelang.

Sam tersenyum lembut. "Alors, serez-vous ma femme? M'accompagner jusqu'à ce que je vieillisse? Devenir mère de mes enfants plus tard?"

Orang-orang di sekitar mereka tersenyum haru. Mereka bertepuk tangan terhadap tindakan Sam itu. Dyba tersenyum, ia paham apa yang dikatakan Sam. Sangking cintanya dengan negara menara Eiffel ini Dyba sampai mempelajari bahasa Prancis.

Dyba langsung menubruk tubuh Sam. Ia tidak menyangka Sam benar-benar akan mewujudkan impiannya untuk dilamar di depan menara Eiffel. Sam tersenyum, untung saja ia bisa menahan tubuhnya kalau tidak mungkin mereka berdua sudah terjungkal ke belakang.

Orang-orang mengucapkan selamat kepada pasangan itu. Sam membalas ucapan itu dengan senyum dan kepala yang dianggukkan.

"Hei, lepas atuh, mau pelukan terus?"

Dyba memajukan bibir bawahnya sambil menatap Sam dengan matanya yang masih berkaca-kaca. Sam terkekeh, ia mengusap bekas air mata yang masih basah di pipi Dyba.

"Princess Sam jangan nangis atuh."

Dyba berdiri diikuti Sam. "Aku tuh bingung, gimana kamu bisa di sini? Tapi, di sisi lain aku seneng."

Sam terkekeh, ia mengacak-acak rambut Dyba. "Aku wisuda sebenernya kemarin. Dan ya, aku yang minta sama ayah supaya kamu bisa terbang ke Prancis."

Mata Dyba membulat. "Jadi, kamu dibalik ini semua?"

Sam menyengir, ia menarik kepala Dyba, mengecup kening itu dengan sayang. "Ya aku gak tau harus gimana lagi."

Dyba membenamkan wajahnya di dada Sam. "Padahal aku pikir kamu bakalan marah sama aku karena aku gak hadir di wisuda kamu."

"Aku rela wisuda sendiri, cuma mama sama papa doang yang datang. Aku ngelakuin supaya bisa ngasih surprise ini sama kamu."

Dyba mengecup bibir Sam. "I love you. Thank's for the surprise. I like it so much."

Sam tersenyum, ia ganti mengecup bibir Dyba. Melumat bibir itu dengan lembut yang membuat Dyba mengalungkan lengannya di leher Sam. Dyba tersenyum di sela-sela lumatan Sam itu. Ia pikir hari ini akan menjadi hari yang suram, tetapi ternyata hari ini malah menjadi hari yang menggembirakan untuknya. Menyenangkan, di saat sesuatu yang kamu impikan bisa menjadi kenyataan.

Bahagia, satu kata yang menggambarkan perasaan Dyba kali ini. Satu tangan Dyba beralih ke pinggang Sam, menyusupkan tangannya ke dalam jaket yang dikenakan Sam dan memeluk pinggang itu dengan erat.

Dyba melepas pelukannya, senyum tidak sirna sama sekali dari wajahnya. Sam yang melihat senyum Dyba itu jadi ikut mengembangkan senyumnya.

"Setelah ini kita bakalan pulang ke Indonesia. Aku bakalan bawa mama papa untuk lamar kamu secara resmi dan ngomongin tanggal pernikahan kita."

Wajah Dyba sumringah. Ia menganggukkan kepalanya dengan semangat.

"Aku bahagia banget, Sam!"

Sam terkekeh mendengar teriakan tertahan gadisnya itu. Gadisnya kembali menyusupkan wajahnya ke lekukan leher Sam, menghirup wanginya.

"Kita berapa lama di sini?"

"Cuma tiga hari. Nanti kalau kita udah nikah, kita bakalan honeymoon ke tempat-tempat yang kamu mau. Paris, Maldives, Itali, atau terserah kamu kita mau ke mana. Untuk sekarang, kita cukup tiga hari dulu di sini."

"Siap pak bos!"

Sam rasanya tidak akan melepaskan pelukan ini. Rasa hangat menyelimuti mereka berdua. Di depan menara Eiffel, di hadapan banyak orang, mereka menunjukkan kisah cintanya. Kisah cinta yang mungkin hanya beberapa orang beruntung yang akan mendapatkannya saja.

Tubuh Dyba seakan benar-benar pasangan tubuhnya, sangat pas. Hari ini, hari kebahagian lagi untuk mereka berdua, awal kisah yang akan menjadi hubungan lebih serius untuk nantinya. Tidak ada yang tau bagaimana hari esok, tidak ada yang tau apa yang bakalan terjadi nantinya. Untuk sekarang, biarlah kebahagiaan ini melingkupi mereka. Dan semoga saja itu akan terjadi juga ke depannya.

Tamat...





















Tapi boong!

TBC....
Warning!! Typo berterbaran....
Jangan lupa vote and comment....
Terima kasih yang udah mau baca, vote, and comment ceritaku....

08 Agustus 2020

Possessive Samudera [Selesai] Onde as histórias ganham vida. Descobre agora