#10

1.5K 261 19
                                    

Sana menggenggam tangan kiri Taehyung. Sejak kejadian semalam, dia tak pernah melepaskan genggaman tangannya pada Taehyung. Terlebih karena saat ini tangan Taehyung benar-benar mendingin.

"Eonni, apa cintamu mudah berpindah?" bisik Dahyun yang membuat Sana langsung menoleh. Dia memberikan tatapan tajamnya pada Dahyun sebelum akhirnya kembali memperhatikan Taehyung.

Sana membulatkan matanya saat tubuh Taehyung menggigil. Dia lantas melihat tangan kiri Taehyung dan begitu terkejut dengan luka cakaran yang sepertinya Taehyung dapatkan saat zombie-zombie itu mulai mengerumuninya.

"Eonni, aku rasa Taehyung terkontaminasi."

Pernyataan Sana itu membuat Nayeon menghentikan mobilnya dengan segera. Dia kemudian melihat ke arah belakang dan menelan salivanya melihat kondisi Taehyung saat ini. Dia tak mungkin jika harus membuang Taehyung.

"Ikat lukanya." Nayeon memberikan perban yang masih tersisa pada Sana, berharap itu akan membantu menghentikan virus itu terus menyebar ke seluruh tubuh Taehyung. Tapi yang dia tahu, luka cakaran tak secepat luka gigitan.

Sana mengikat luka Taehyung dengan kencang dan membuat pria itu langsung membuka matanya. "Aku perlu mengikatnya. Apa rasanya sakit?"

Taehyung hanya mengangguk, membuat Sana sedikit tak tega untuk mengikatnya terlalu kencang. Tapi karena dia juga tak ingin Taehyung terkontaminasi, dia akhirnya secara terpaksa mengikatnya dengan sangat kencang.

Tatapan Taehyung begitu sayu, membuat Sana semakin tak tega menatapnya secara langsung seperti saat ini.

"Keluarkan saja aku," pinta Taehyung yang membuat Nayeon memejamkan matanya rapat-rapat dan membiarkan air matanya luruh. Dia sungguh tak tega jika harus melakukannya. Terlebih karena selama ini Taehyung selalu membantunya. "Kalian akan dalam bahaya jika aku tetap di sini."

Sana memalingkan wajahnya, mengusap air mata yang tiba-tiba saja jatuh. Taehyung adalah pria yang tak dia kenal. Tapi Taehyung sudah mengorbankan dirinya semalam. Tak mungkin jika dia sanggup melihat Taehyung turun dan menjadi bagian mayat-mayat hidup itu.

"Dengarkan aku kali ini saja, mengikat lukanya sungguh tak akan membantu. Aku tetap akan jadi bagian dari mereka," jelas Taehyung yang kini terduduk. "Aku harus turun."

Sana memegang tangannya, membuat Taehyung kembali menoleh. "Sana, aku benar-benar harus turun."

Sana menggeleng--menolak permintaan Taehyung itu. Dia yakin Taehyung tak akan berubah menjadi zombie. Lagipula itu hanyalah luka cakaran, bukan gigitan.

Dahyun dan Momo saling tatap, mereka sungguh takut jika Taehyung sampai berubah menjadi zombie di dalam mobil. Yang ada mereka semua akan berubah menjadi zombie juga dan usaha mereka untuk bertahan hidup selama ini benar-benar sia-sia.

"Aku rasa dia benar," gumam Dahyun yang mendapat anggukan dari Momo.

"Seharusnya kau membelanya, Dahyun," ujar Sana yang membuat Dahyun menggeleng.

"Bukankah kita harus berpikir menggunakan logika untuk saat ini?" tanya Dahyun yang semakin membuat Taehyung yakin untuk segera turun.

"Aku harus turun," kata Taehyung yang kemudian meraih pintu mobil itu.

Seokjin mengusap halus punggung Nayeon, mencoba menenangkan gadis Im yang sedari tadi hanya menangis dalam diam. Dia lalu menoleh ke arah Taehyung yang saat ini sudah berusaha untuk membuka pintu mobil. Dia tak tahu kenapa situasi saat ini benar-benar berubah menjadi sangat dramatis.

"Tidak boleh ada yang keluar. Bertahanlah dan aku akan cari cara agar kita secepatnya bertemu dengan mobil Namjoon-ssi." Nayeon menghapus air matanya lalu mulai menancap gasnya. Dia tak peduli meski beberapa kali dia menabrak mayat-mayat hidup itu atau sesekali menggilas mereka pula.

Taehyung tak sadar jika tangannya terluka. Yang dia tahu, dia hanya terkena peluru meleset dari Dahyun. Hingga kilasan kejadian semalam masuk ke dalam pikirannya, dia mulai paham kenapa dia mendapat luka cakaran itu.

Taehyung kembali meletakan kepalanya di pangkuan Sana kemudian tersenyum. "Kau mengkhawatirkanku?"

"Tentu saja, kau sudah berkorban untukku semalam."

Taehyung kembali tersenyum lalu mengusap air mata Sana. "Aku punya alasan kenapa aku melakukannya."

*
*
*

"Apa itu mobil mereka?" tanya Mina yang kemudian memberikan teropong miliknya pada Jimin.

Jimin hanya mengangguk saat melihat mobil itu melesat masuk. Tapi dia sungguh tak yakin jika itu memang mobilnya Seokjin. Terlebih mobilnya benar-benar berbeda.

"Bersiaplah, mungkin saja yang datang adalah mobil zombie," teriak Jimin yang membuat mereka bersiap dengan senapan mereka masing-masing.

"Aku rasa itu Nayeon noona," gumam Jungkook saat melihat mobil itu semakin mendekat. Dia tahu persis bagaimana Nayeon mengemudikan mobil. Tapi dia tak boleh percaya begitu saja karena bisa saja ini adalah mobil yang dikemudikan zombie.

Mobil itu berhenti, membuat jari mereka kini sudah bersiap menekan pelatuk dari senapan yang mereka genggam. Namun saat Nayeon keluar dengan wajah paniknya, mereka langsung menurunkan senjata.

"Tolong Taehyung, aku mohon," pinta Nayeon yang hanya membuat Namjoon mengeryit. Namun saat Seokjin membopong Taehyung, Namjoon kembali mengangkat senjatanya.

"Tidak, kau tidak boleh menembaknya, aku mohon, dia hanya tercakar. Tapi efeknya cukup membuat dia seperti itu. Aku mohon bantu dia." Nayeon kini mulai menangis. Dia tak mungkin membiarkan Taehyung perlahan menjadi bagian dari mayat-mayat hidup itu. Dia terlalu menyayangi Taehyung seperti adiknya. "Aku mohon."

Namjoon terdiam, memikirkan apa yang perlu dia lakukan untuk saat ini. Apa dia perlu menggunakan vaksin yang dia bawa? dia rasa ini terlalu dini untuk digunakan.

Nayeon menangis sambil menyatukan kedua tangannya. Dia sudah putus asa untuk meminta tolong pada siapa. Dia sungguh tak ingin kehilangan Taehyung dengan cara seperti ini.

"Baiklah, aku akan membantunya." Namjoon berjalan mendekati Seokjin dan juga Sana yang saat ini membopong Taehyung. Dia kemudian meminta mereka berdua untuk mendudukan Taehyung saja.

Namjoon berlutut lalu mengeluarkan suntikan dan juga botol vaksin yang dia bawa di tas pinggangnya.

"Yak! kau sungguh akan melakukannya?" tanya Taehyung dengan nada takutnya. Hal ini tentu saja merubah suasana yang tadinya penuh ketegangan menjadi lucu.

"Percayalah padaku." Namjoon melipat baju Taehyung dan mengarahkan suntikan itu. Namun belum juga suntikan itu menyentuh kulitnya, dia sudah lebih dulu mundur dan membuat Namjoon memutar malas kedua bola matanya.

"Aku tidak mau."

"Kau ingin jadi bagian dari mereka?" tanya Namjoon yang kembali meraih tangan Taehyung, membuat pria Kim itu menatap Sana untuk meminta bantuan.

"Tenanglah, itu hanya suntikan, kau tidak takut pada zombie tapi kau takut pada suntikan sekecil itu?" Sana mengedipkan matanya, memberikan kode pada Namjoon agar melakukannya secepat mungkin selagi dia mengajak Taehyung bicara.

"Ini lain cerita. Kenapa kau tidak menyelamatkanku? aku tidak percaya padanya, bagaimana jika cairan itu akan membuatku mati?"

"Dia punya darah ilmuwan, tidak mungkin dia melakukan itu," jelas Sana yang kemudian tersenyum setelah Namjoon mengacungkan jempolnya--pertanda tugasnya sudah selesai.

"Dia sungguh takut suntikan?" tanya Jimin dengan suara pelan.

Jungkook mengedikan bahunya. Ini juga kali pertamanya dia melihat ketakutan Taehyung.

"Dia payah," ujar Jeongyeon yang membuat semua menoleh ke arahnya karena dia mengatakannya dengan suara yang cukup keras.

"Apa dia—" Sana hanya mengangguk saat Taehyung akan menanyakan soal suntikan itu dan membuat Taehyung mulai menangis layaknya anak kecil sekarang.

"Haruskah kita mendorong dia ke gerbang agar dia jadi zombie saja?" tanya Yoongi yang kini dengan santainya memakan makanan ringan yang dia curi dari pusat perbelanjaan tempat mereka bersembunyi.

TBC🖤

8 Aug 2020

Danger (Z)one✔️Where stories live. Discover now